Risa melangkahkan kakinya menuju kamar untuk membersihkan tubuhnya. Sesampainya di kamar ia segera melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya dan mulai membersihkan tubuhnya.
Risa mengusap lembut tubuhnya menggunakan sabun dan tak lupa membersihkan rambut indahnya menggunakan shampo. Kotoran-kotoran yang melekat di tubuhnya mulai berguguran jatuh ke lantai. Ia merasa sangat lega setelah membersihkan tubuhnya ini.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Risa pun segera keluar dari kamar mandi dan bergegas menuju lemari untuk mengambil pakaian yang akan digunakannya malam ini. Ia memilih piyama berwarna biru muda dan memiliki motif bunga.
Risa menuju cermin besar yang berada di dalam kamarnya. Ia menatap seluruh tubuhnya mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ia melihat tubuhnya terpampang jelas dihadapannya. Bentuk tubuh yang ideal, dengan rambut yang indah serta wajah yang cantik. Wajar saja jika banyak lelaki yang berusaha mendekatinya.
Risa menyadari jika dirinya cukup cantik, dan ia sadar jika banyak lelaki yang mendekatinya. Namun tidak ada satupun diantara mereka yang dapat memikat hatinya. Begitupun dengan Aldi yang juga tidak mampu meluluhkan hatinya.
Sudah cukup lama Risa merasakan hidupnya sangat kesepian. Tekanan dari berbagai pihak menambah kesedihannya. Bukan kehendak dirinya untuk melajang hingga saat ini. Namun hatinya belum siap untuk menerima sesosok lelaki untuk hadir dalam hidupnya.
Risa tersadar dari lamunannya, ia pun teringat akan perkataan ayahnya untuk segera makan malam setelah mandi. Ia pun melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan menuju meja makan untuk makan malam bersama.
Sesampainya di meja makan, Risa melihat kedua orang tuanya sudah menunggunya di meja makan. Langkah kakinya ternyata membuat kedua orangtuanya menoleh kearahnya.
"Maaf ya yah, Bu," ucapnya.
"Iya nak, ayo makan," jawab Kirana.
"Iya Bu " Risa pun segera menempati kursi yang kosong.
"Ibu masak apa?" tanya Risa.
"Ibu masakin makanan kesukaan Risa," jawab Kirana.
"Wah pasti enak," pujinya.
Kirana pun segera mengambil sebuah piring dan menyiapkan makanan untuk putri semata wayangnya itu.
"Biar Risa aja Bu," ucap Risa.
"Nggak apa-apa nak, ibu aja," jawab Kirana.
Risa pun menunggu Kirana menyiapkan makanan untuknya.
"Ini nak," ucap Kirana sembari memberikan sepiring nasi beserta lauk pauknya.
Risa segera mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh ibunya. Ia melihat makanan kesukaannya di piring tersebut. Ia pun segera menyantap makanan buatan ibunya dengan sangat lahap.
"Benar-benar enak," puji Risa.
"Makasih nak," jawab Kirana.
Di tengah menyantap makanan kesukaannya itu, Risa tiba-tiba tersedak. Ia pun segera mengambil segelas air dan dengan cepat meminumnya.
"Hati-hati nak," ucap Wijaya.
"Iya yah," jawab Risa.
"Sepertinya ada yang rindu," ucap Kirana
"Apaan sih Bu," ucap Risa
"Oo iya ada yang mau ibu bilang ke kamu," ucap Kirana.
"Apa Bu?" tanya Risa.
"Besok kan hari Minggu, keluarga Aldi akan datang ke rumah kita," jawab Kirana.
"Kenapa mereka datang?" tanya Risa.
"Sudah, nggak usah dipikirin," ucap Wijaya.
"Memangnya ada apa, kok seperti ada yang ditutupi," ucap Risa.
Kirana dan Wijaya terdiam sejenak, mereka erusaha memberikan jawaban yang sesuai agar tidak membuat putrinya marah.
"Kenapa?" tanya Risa.
"Kok diam?"
"Ya sudah kalau begitu akan ibu beritahu."
Kirana menghela nafas panjang. Sedangkan Risa berusaha menajamkan pendengarannya karena ia tahu akan ada suatu hal besar yang mungkin membuatnya terkejut.
"Ibu dan ayah sudah sepakat akan menjodohkan kamu dengan Aldi," ucap Kirana.
Bak disambar petir, ternyata apa yang ditakuti nya benar-benar terjadi. Risa berusaha menyadarkan dirinya yang mungkin saja sedang berada di alam mimpi. Tapi semua ini nyata, ia benar-benar akan dijodohkan dengan seorang pria yang tidak dicintainya.
Risa memilih menghentikan makan malamnya dan pergi meninggalkan kedua orang tuanya begitu saja. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Kenyataan yang sangat pahit benar-benar akan dihadapinya.
Risa melangkahkan kakinya keluar rumah dan menuju garasi. Sesampainya di garasi, ia pun menghidupkan mobil dan menjalankannya. Tidak ada arah dan tujuan, ia hanya ingin melepas semua beban yang sedang dirasakannya. Tidak ada yang dapat memaksanya untuk menikah, bahkan kedua orangtuanya pun tidak mempunyai kuasa itu. Namun mengapa semua terjadi begitu saja, mimpi buruk sudah benar-benar di depan mata.
Tidak membawa handphone maupun uang membuat Risa hanya dapat berdiam di dalam mobil. Ia berhenti disebuah cafe yang sering dikunjunginya. Tak terasa air mata menetes membasahi pipinya. Dadanya terasa sesak bagai di hantam sebongkah batu besar.
Tak lama kemudian, Risa melihat seorang pria yang tidak asing dimatanya. Untuk memastikan, ia pun mengusap kasar air mata yang menghalangi penglihatannya. Dan benar saja, ia tidak salah melihat.
Risa memutuskan untuk keluar dari mobil dan mengejar pria itu. Ia melihat pria itu sudah duduk sendiri disebuah kursi. Dengan cepat ia pun menghampiri pria tersebut. Pria tersebut terkejut melihat Risa tiba-tiba datang menghampirinya.
"Kenapa bisa disini?" tanyanya.
"Aldi, aku harus bicara sama kamu," ucap Risa.
Benar saja, pria tersebut adalah lelaki yang akan dijodohkan dengannya. Lelaki yang tidak dicintainya bahkan sudah lama tidak ditemuinya.
"Aku sudah mendengar semuanya dari orang tuaku," ucap Risa.
"Tentang apa?" tanya Aldi.
"Tentang perjodohan kita," jawab Risa.
Risa melihat wajah Aldi tiba-tiba berubah ketika ia memberitahu perihal perjodohan itu. Nampaknya Aldi sangat terkejut mendengar ucapannya.
"Perjodohan?" tanya Aldi.
"Iya, kita akan dijodohkan," jawab Risa memperjelas ucapannya.
"Kenapa? Aku benar-benar tidak tahu," ucap Aldi.
"Kamu akan segera tahu," ucap Risa.
"Aku harap kita sama-sama tidak menyetujuinya, sehingga perjodohan ini tidak akan terjadi," lanjutnya.
Aldi terdiam mendengar penjelasan Risa. Risa sangat lega sudah mengungkapkan semuanya kepada Aldi. Sehingga ia tidak perlu takut, perjodohan ini tidak akan pernah terjadi.
"Baiklah," jawab Aldi. Risa benar-benar bisa bernafas lega, kini mimpi buruknya tidak akan menjadi nyata. Ia akan terbebas dari perjodohan yang sudah direncanakan kedua orangtuanya.
Setelah mendengar jawaban Aldi yang ternyata juga menyetujui rencananya, Risa segera meninggalkan Aldi dan menuju mobilnya. Ia dapat tidur dengan tenang malam ini tanpa dihantui rencana perjodohan gila itu.
Risa membawa mobilnya dengan perasaan senang. Ia tidak perlu khawatir lagi saat ini. Tak lama kemudian mobilnya sudah terparkir rapi di garasi rumahnya. Ia segera turun dari mobil dan masuk ke rumahnya.
Saat membuka pintu rumahnya, Risa melihat kedua orangtuanya sedang duduk di ruang tamu. Keduanya menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara pintu terbuka.
"Dari mana?" tanya Wijaya.
"Nggak dari mana-mana," jawab Risa.
Risa mempercepat langkahnya, meninggalkan kedua orangtuanya. Sudah cukup hatinya terluka karena perlakuan kedua orangtuanya. Kali ini ia benar-benar sangat kecewa dengan keputusan ayah dan ibunya.