"Ah, sungguh menyebalkan," ucapnya dalam hati.
Risa memfokuskan pikirannya untuk menyetir. Ia tidak ingin terlalu memikirkan hal yang negatif. Tak lama kemudian, ia telah sampai di universitas tempatnya mengajar.
Segera Risa turun dari mobilnya dan berjalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangannya, ia segera mengeluarkan laptop dan memeriksa jadwal mengajarnya hari ini. Setelah semua siap, ia pun memulai aktivitas nya untuk mengajar.
Jadwal mengajar hari ini cukup padat, Risa harus mengajar di empat kelas berbeda dan dengan waktu yang berdekatan sehingga tidak ada waktu untuk beristirahat.
Saat menuju kelas, Risa terkejut karena handphonenya tertinggal di ruangannya. Ia pun segera memutar balik langkahnya dan bergegas menuju ruangan untuk mengambil handphonenya.
Saat berjalan menuju ruangannya, Risa terkejut saat melihat rekan kerjanya yang bernama Dimas sedang duduk di kursinya.
"Eh, maaf," ucap Dimas.
Dimas terkejut ketika melihat Risa berdiri tepat di sampingnya
"Kenapa?" tanya Risa singkat.
"Maaf, aku tadi sedang menunggumu," jawab Dimas
"Ada perlu apa?" tanya Risa.
Risa tidak habis pikir terhadap tingkah Dimas yang selalu mengusik hidupnya. Padahal ia selalu berusaha untuk menghindar darinya, namun Dimas tetap saja selalu mengganggunya.
"Aku ingin mengajakmu makan malam bersama akhir pekan," jawab Dimas.
Risa terdiam dan berpikir sejenak. Mungkin Dimas menyangka jika Risa akan menyetujui nya. Namun, Risa tetaplah Risa yang selalu menolak semua lelaki yang berusaha mendekatinya.
"Bagaimana cara menolaknya," ucap Risa dalam hati.
Risa berpikir bagaimana cara menolak ajakan Dimas dengan baik. Walaupun ia tidak menyukai Dimas, tetapi ia tidak ingin menyakiti hati Dimas. Walaupun ia tahu, jika penolakan-penolakannya selama ini pasti sudah menyakiti hati Dimas.
"Kamu tidak bisa menolak," ucap Dimas.
Risa terkejut mendengar ucapan rekan kerjanya itu.
"Kenapa?" tanya Risa.
"Kamu sudah sering menolakku, kali ini kamu harus menerimanya," jawab Dimas.
Risa menghembuskan nafas kasar, ia sebenarnya tidak pernah tertarik dengan ajakan Dimas. Tapi tidak ada salahnya jika kali ini dirinya menerima ajakan Dimas.
"Baiklah," jawab Risa.
Senyuman indah terukir dari wajah seorang pria berwajah tampan. Ya, Dimas menampilkan wajahnya yang sangat rupawan. Semua wanita mengakui jika Dimas memiliki wajah yang menarik dan banyak diantara mereka yang berusaha untuk mendapatkan hatinya.
Namun, Dimas adalah seseorang yang tidak mudah jatuh hati. Sekali ia mencintai seorang wanita, pasti dirinya akan berusaha untuk mendapatkan wanita pujaan hatinya itu.
Memang benar, Dimas sedari lama menyimpan perasaan untuk Risa. Dimas selalu berusaha untuk memberikan perhatiannya kepada Risa. Namun selalu ada penolakan dari Risa.
Dimas pun tidak mengerti bagaimana lagi harus menaklukkan hati wanita pujaan hatinya itu. Ia sudah melakukan berbagai cara, namun hasilnya tetaplah nihil. Semua pengorbanannya tidak mampu menyentuh hati kecil seorang Risa.
"Terimakasih cantik," jawab Dimas. Dimas pun berlalu pergi meninggalkan Risa. Risa seketika mematung ketika Dimas memuji dirinya.
"Ah, semua lelaki sama saja," ucapnya.
Risa masih dengan prinsipnya, menolak lelaki yang berusaha mendekatinya. Bukan tanpa alasan dirinya bersikap seperti itu. Ia tidak ingin mengambil resiko dengan membuka hatinya untuk pria yang tidak tepat.
Risa seketika lupa dengan tujuan awal dirinya kembali ke ruangan. Ia pun segera mengingat apakah alasan dirinya kembali ke ruangan ini.
"Handphone," ucapnya.
Risa seketika teringat dengan handphone yang tertinggal di ruangannya. Ia pun segera mengambil handphonenya, dan bergegas menuju kelas.
Risa melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kelas. Ia tahu jika dirinya hampir terlambat. Tak lama kemudian ia sudah tiba di kelas tempat dirinya mengajar.
"Untung saja," batinnya.
Risa memang sangat disiplin dan tepat waktu. Ia selalu berusaha untuk menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin. Ia menganggap jika waktu adalah uang. Dan jika dirinya tidak tepat waktu itu sama saja dengan menghamburkan uang.
Risa merupakan salah satu dosen yang menjadi panutan bagi banyak mahasiswa. Kerap sekali ia mendapatkan pujian dari mahasiswanya. Namun ia tidak tinggi hati ketika semua orang memujinya.
Risa bekerja dengan tulus dan ikhlas, membantu orang lain yang membutuhkannya. Tanpa rasa pamrih, ia terus mencoba memperbaiki dirinya agar menjadi lebih baik lagi.
Risa selalu menerapkan ilmu padi, yaitu semakin berisi semakin merunduk yang artinya semakin tinggi ilmu seseorang makan akan semakin rendah hatinya.
***
Hari ini cukup melelahkan bagi Risa, ia sudah menghabiskan harinya dengan mengajar. Namun ia sangat senang dengan pekerjaannya ini.
Risa pun merapikan seluruh barang-barangnya dan memasukkan ke dalam tas. Setelah semua selesai, ia pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya dan berjalan menuju parkiran mobil.
Risa menjalankan kesehariannya dengan penuh semangat. Walaupun terkadang muncul rasa bosan dalam hatinya, namun dengan cepat ia menepis rasa itu dan mengembalikan niatnya seperti sedia kala.
Risa telah menghidupkan mobilnya dan menyetir mobilnya menuju rumah. Ia sudah terbiasa dengan aktivitas padat yang setiap hari selalu dilakukannya.
Di sepanjang perjalanan, Risa selalu memikirkan perkataan orang tuanya. Ia tahu jika orang tuanya sangat menginginkan dirinya untuk segera menikah. Hal itu dilakukan karena orangtuanya khawatir dengan keadaan Risa saat ini.
Bukan hal mudah bagi Risa untuk membuka hatinya untuk seorang pria. Ia trauma dengan kejadian di masa lalu yang menggoreskan luka yang mendalam di relung hatinya. Bahkan luka itu masih terasa nyata dan terekam jelas dalam ingatannya.
Sudah kesekian kalinya Risa menolak keinginan orang tuanya. Berbagai cara sudah dilakukan oleh orangtuanya untuk membujuk Risa untuk segera menikah. Dan pada puncaknya ia harus dijodohkan dengan seorang pria.
Risa memang mengenal seorang pria yang akan dijodohkan dengannya ini. Ia sadar jika semasa kecil mereka memang sangatlah akrab. Namun seiring berjalannya waktu, Risa dan Aldi adalah dua orang yang tidak saling mengenal. Baik Risa maupun Aldi bersikap cuek terhadap perjodohan yang akan dilakukan ini.
Tak lama kemudian, Risa telah sampai di rumahnya. Ia pun segera memarkirkan mobilnya dan bergegas masuk ke rumahnya.
KRING KRING KRING
Risa menekan bel di rumahnya berharap seseorang segera membuka pintu. Tak lama kemudian, ia mendengar suara langkah kaki pertanda jika seseorang akan membukakan pintu untuknya. Dan benar saja pintu sudah terbuka lebar dan menampakkan seorang pria paruh baya tepat dihadapannya.
"Ayah," ucap Risa.
"Ayo nak masuk," ucap Wijaya.
"Iya yah terimakasih."
Risa terkejut ketika Wijaya adalah seseorang yang membukakan pintu untuknya. Biasanya Kirana lah yang selalu membuka pintu saat dirinya pulang bekerja.
"Dimana ibu yah?" tanya Risa.
"Lagi mandi," jawab Wijaya. Risa pun mengerti mengapa Wijaya yang membukakan pintu untuknya.
"Risa mandi dulu," ucap Risa.
"Iya," jawab Wijaya.
"Habis mandi kita makan malam bersama ya," ucap Wijaya.
"Ee.. iya yah," jawab Risa.