Chereads / (TANPA) RESTU / Chapter 3 - Endaru

Chapter 3 - Endaru

"Kalau lo mau hidup lo aman di sekolah ini, lo jangan pernah cari masalah dengan anggota Ganesha. Hanya itu kunci hidup tenang di sini." Apa yang menjadi nasihat dari Thalita, gadis yang ditakdirkan untuk menjadi teman sebangku dari Azura yang kini terus terngiang-ngiang dalam benaknya. 

Kedua kaki jenjang milik Azura mendadak tidak bisa untuk menopang tubuhnya dengan sangat baik, tapi Azura tidak boleh gentar hanya karena cowok yang ada di hadapannya saat ini adalah ketua dari Ganesha. 

"Ganesha, ya?" tanya Azura dengan nada yang masih menatang pada Aiden. 

"Geng motor nomor dua setelah Endaru 'kan?" Aiden hanya terdiam dia tahu apa yang dikatakan oleh Azura saat ini adalah hal yang belum final sama sekali. 

"Lo mata-matanya Endaru, ya?" tuduh Ares dengan tatapan yang sangat nyalang tajam yang hanya dia tujukan untuk Azura. Sayangnya hal tersebut tidak akan mampu untuk mengintervensi gadis berusia 18 tahun itu. 

"Mata-mata? Tapi sayangnya Endaru tidak selicik itu sampai harus pakai mata-mata. Antares Anandipha Milando," eja Azura saat fokusnya saat ini hanya tertuju pada name tag yang ada di seragam Ares. 

"Tujuan lo ke sini apa kalau nggak jadi mata-mata, hah?" tanya Pasha yang masih menjadikan Endaru topik yang layak untuk goreng dengan sangat baik. 

"Tujuan gue untuk sekolah, bukannya menghabiskan waktu gue untuk hal yang nggak penting," kata Azura dengan nada yang penuh dengan tekanan. Kedua manik mata miliknya menatap satu persatu anggota Ganesha dan berakhir pada Aiden. 

Cowok yang secara tidak langsung telah memiliki first impression yang jauh dari baik dengannya. 

"Kalau lo bukan mata-matanya Endaru, terus kamu itu siapanya Endaru?" tanya Aiden yang tak ingin berbasa-basi untuk waktu yang lebih lama lagi. 

"Keanu Dhirgham Mananta adalah rajanya Endaru dan gue Azura Salsabila Mahatma adalah ratunya. Apa yang gue  bilang ini masih kurang jelas untuk lo semua telaah dengan baik, hah?" Keenam anggota Ganesha besar tampak terperangah tak percaya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Azura, tapi hal tersebut tidak berlaku untuk Aiden. Entah apa yang saat ini ada di pikiran anak itu. Tidak ada yang tahu. 

"Kayaknya di antara kita nggak ada lagi yang perlu untuk dibicarakan?" tanya Azura yang masih saja menajamkan kedua manik matanya ke arah Aiden. 

Niat Azuara untuk meninggalkan Aiden dan para Ganesha besar harus dia urungkan karena cekalan yang Aiden berikan untuknya. "Apa lagi?" tanya Azura masih dengan lirikan yang sangat sini dan hanya dia tujukan untuk Aiden. 

"Gue akan lepaskan lo bahkan buat hidup lo tenang di sekolah dengan satu syarat." Sebelah alis milik Azura lantas terangkat naik saat mendengar apa yang dikatakan oleh  Aiden. 

"Tanpa jawab pertanyaan lo seharusnya gue bisa untuk hidup dengan sangat tenang. Sayangnya ekspresi wajah lo yang begitu mengiba pada akhirnya membuat gue luluh dengan apa yang sedang terjadi." 

"Jadi lo mau tanya apa?" tanya Azura dengan nada yang dia buat semenantang mungkin. 

"Danu Gerhana Mahatma, dia ayah lo 'kan?" Sebelah alis milik Azura lantas terangkat baik saat mendengar apa yang dikatakan oleh Aiden. Tentu saja Azura tidak mau menistakan hal tersebut, tapi secara tidak langsung apa yang Aiden pertanyakan itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Azura menerka-nerka tentang siapa Aiden ini. 

"Pilihan lo hanya iya atau benar." Rahang bawah milih Azura lantas terangkat dengan sangat cepat saat mendengar apa yang dikatakan oleh Aiden. 

"Untuk apa yang tadi lo pertanyakan gue nggak akan bohong kok karena seorang Danu Wira Mahatma  memang adalah sosok yang sangat berarti untuk hidupku. Dia lelaki versi terbaik, sempurna tanpa cacat." Tak ada dusta di kedua manik milik Azura sehingga Aiden dengan mudahnya melepaskan wanita itu. 

"Lo balik, Ra?" kata Aiden dalam hatinya saat sambil menatap terus sosok Azura yang pelan, tapi pasti kini tidak lagi terjangkau di kedua manik matanya. 

"Baru kali ini ada cewek yang berani banget ama lo, Bos?" Apa yang Oka katakan hanya sia–sia karena hal tersebut tidak mendapat respons dari Aiden. 

"Kantin pelangi sekarang!" kata Aiden tanpa menginginkan bantahan dalam bentuk apa pun itu. Oka yang melihat hal tersebut hanya bisa dibuat geleng-geleng kepala karenanya. 

"Dasar!" umpat Oka dalam hatinya. 

***

Bel pulang sekolah selalu menjadi angin segar yang tak pernah bisa ditolak seorang siswa  SMA Garuda Nusantara dan hal tersebut juga berlaku untuk para anggota geng motor Ganesha. 

"Bos kantin pelangi dulu atau kita ke markas?" tanya Dylan pada Aiden yang notabenenya juga adalah teman sebangku orang orang nomor satu di Ganesha geng itu. 

"Terserah kalian aja, gue mau pulang." Apa yang dikatakan oleh Aiden itu sontak saja membuat para sahabatnya menjadi saling pandang dengan banyak sekali pertanyaan dalam benaknya. 

"Pulang?" ulang Ares dengan sebelah alisnya yang terangkat naik. Dia tampak kesulitan dalam menelaah dengan baik apa yang sedang ada ada dalam pikiran Aiden saat ini. 

"Gue benci mengulang apa yang udah gue katakan, Res! Gue yakin kok apa yang gue katakan tadi itu masih bisa untuk lo dengar dengan sangat baik." 

Setelah mengatakan seperti itu Aiden lalu berjalan meninggalkan para anggota besar Ganesha. 

"Dia benar-benar pergi?" kata Ares yang merasa kalau yang tadi itu bukanlah Aiden yang dia kenal selama ini. 

"Itu Aidenn apa gimana sih?" Tapi para anggota dari Ganesha besar hanya bisa menggelengkan kepala mereka dengan cepat atas apa yang dikatakan oleh Ares. 

"Siluman," jawab Dylan dengan sangat cepat dan karena apa yang dikatakan Dylan itu Ares hanya bisa untuk memutar kedua manik mata mereka malas. 

"Jadi kita ke mana nih?" tanya Morgan yang  pada akhirnya juga membuka mulutnya itu. 

Baru saja Oka ingin menjawab apa yang dipertanyakan Morgan, niatnya itu harus dia urungkan saat melihat kemunculan saudara kembarnya, Oki. 

"Ares mana?" tanya Oki yang merasa ada yang kurang dari Ganesha besar saat ini. 

"Ki … bisa nggak tanya yang lebih aesthetic gitu. Itu cuma dua suku kata. Yang panjang dikit  bisa nggak?" tanya Oka yang merasa entah kapan saudara kembarnya ini bisa berbicara dengan suku kata yang lebih banyak. 

"Bisa," jawabnya dengan sangat datar tanpa ekspresi sama sekali. 

"Coba!" tantang Dylan dengan begitu antusiasnya. Yang menantang Oki siapa dan yang antusias juga siapa? Mungkin itulah tanya paling pantas untuk mereka saat ini. 

"Ares ke mana?" Apa yang dikatakan Oki hanya bisa mengundang malaikat Izrail datang sebelum waktunya tiba.