Chereads / Javanese Freislor / Chapter 9 - Kematian Semu Reos dan Saudaranya

Chapter 9 - Kematian Semu Reos dan Saudaranya

"Ingatlah hari ini, Atreas! Sekali pun para pendahuluku harus bertanggung jawab karena pernah dijebak oleh kaummu, mereka telah mengampuni kaum kalian. Hanya saja, kaumku malah ditindas karena mereka terlalu baik. Dan sekarang, kalian akan tahu. Seberapa pantasnya, kalian semua dibunuh dan mati di tanganku!" bentak Freislor. Kedua tangan gadis itu mengarah lurus ke depan. Dalam hitungan detik, pecahan-pecahan bola api yang berhamburan di angkasa, ia satukan kembali.

"Good bye," ucapnya dengan nada tegas. Gadis itu memejamkan kedua matanya. Ia menjetikkan jarinya beberapa kali di angkasa. Tak lama kemudian, beberapa planet yang menyatu seketika terarah kepada Relopso, Atreas, dan juga Reos. Di sana, planet yang menyatu tersebut terpecah belah menjadi serpihan berlian. Tajam dan sangat runcing, yah, itulah yang bisa dinilai dari serpihan berlian tersebut. Serpihan berlian itu menusuk Relopso, Atreas, dan Reos secara bersamaan. Freislor bisa melihat dengan jelas bahwa Relopso dan yang lainnya seperti seorang pesakitan.

"Rasakan itu, Relopso! Aku tidak pernah bermain-main dengan kata-kataku!" Bentak Freislor sembari tersenyum licik. Perlahan tapi pasti, darah segar keluar dari tubuh Relopso dan yang lainnya.

"Aku bersumpah akan membalas kaummu! Lihat saja!" ucapnya sebelum menghembuskan nafas terakhir. Malam itu menjadi salah satu malam yang paling mencekam bagi Breckosn dan yang lainnya. Seluruh warga yang dari awal hanya berani mengintip dari balik jendela, seketika ke luar dari rumah mereka.

"Apa yang terjadi?" tanya Kreysa, gadis itu berada di dalam hutan yang sepi dan gelap gulita. Pedang yang ada di genggamannya terselimuti oleh darah. Dan di depannya, ada beberapa bangkai hewan yang telah ia bunuh dan mulai membusuk.

"Apa Kakak berhasil melakukannya?" batinnya. Ia menyeka darah yang ada di bagian pipi. Langit luas yang ada di hadapannya, menyapa dirinya dengan beberapa burung merpati yang terbang melewatinya.

"Merpati putih? Ah, Kakak berhasil melakukannya," ucapnya sembari tersenyum lebar. Gadis itu melompat kegirangan dan segera berlari menemui sang kakak. Di satu sisi, Freislor masih belum selesai dengan urusannya. Gadis itu terbang ke langit yang lebih tinggi. Memejamkan kedua mata, memegang pedangnya dengan kedua tangannya. Ia menempelkan sebuah simbol yang ada di pedang itu segaris dengan simbol mahkota yang sedang ia pakai. Breckson yang melihat itu hanya bisa melihatnya dengan wajah keheranan.

"Freislor, sebenarnya apa yang kamu lakukan? Aku sama sekali tak mengerti. Terlalu rumit untukku," ucapnya lirih. Freislor sama sekali tak memikirkan hal itu, karena ada yang lebih penting dari itu. Terlihat dari bagaimana sebuah kilatan cahaya bersinar terang di angkasa. Putih dan biru, kedua warna itu seolah mendominasi. Ketika ia kembali membuka mata, beberapa leluhur yang telah meninggal dunia kembali hidup dan berada di sekelilingnya. Freislor memusatkan perhatiannya kepada para leluhur itu. Ia melepas mahkotanya dan meletakkannya di antara para leluhur.

"Vweruapor," ucapnya pelan. Gadis itu membiarkan jemari telunjuknya berkuasa di depan mahkota. Sedangkan, para leluhur itu menyambutnya. Mereka semua hadir dengan keadaan yang sagat mengenaskan. Seluruh penduduk yang menyaksikannya menundukkan badan mereka sebagai tanda penghormatan. Salah satu tangan Freislor tiba-tiba mengambil sebuah kalung yang selama ini ia pakai. Berlian yang ada di sana ia taruh di tengah mahkota itu.

"Ah, baiklah. Aku harap, para penerusku bisa menjaganya," ucap Freislor sembari tersenyum tipis. Gadis itu mengambil nafas sejenak, sebelum akhirnya melanjutkan apa yang telah menjadi tugasnya. Di sana, ia memberikan sebuah pengorbanan berupa sisa hidupnya.

"Kakak!" teriak Kreysa dari kejauhan, gadis itu tak sanggup bila harus melihat kakaknya melakukan sebuah pengorbanan diri. Garis di pergelangan tangan Freislor sengaja ia gores. Darahnya menetes dan mengenai mahkota. Para leluhur yang telah menjadi arwah itu bersama-sama meneguk tetesan darah yang keluar dari sana. Para leluhur itu membuka mulut mereka dengan buas, terlihat gigi taring mereka yang runcing seperti pedang. Breckson yang mengetahui hal itu seketika terbang ke udara untuk meraih tubuh Freislor.