"Eum, yah. Ayo, aku tidak menyangka bahwa kamu akan memberitahukan ini padaku sekarang. Aku baru tahu kalo selama ini kamu tidak diizinkan untuk mengunjungi pemakaman Ibumu sendiri. Itu benar-benar aneh menurutku," ucap Freislor. Gadis itu tersenyum tipis ketika berhadapan denga Breckson.
"Yah, aku sendiri tidak terlalu mengerti kenapa Lord Swerol bisa mencegahku sampai seperti itu. Tapi, itu tidak masalah. Karena aku bisa mengunjunginya sekarang, sekalipun itu terlambat bagiku."
"Heum, aku senang mendengarnya, Breckson. Itu bagus untukmu," ucap Freislor sembari tersenyum. Mereka berdua berdiri dan berjalan kembali ke ruang dimensi yang seharusnya. Setelah mereka kembali, Freislor harus menerima kenyataan bahwa, banyak dari kaumnya yang bekerja keras untuk membetulkan beberapa rumah warga yang rusak karena ulahnya. Tak jarang juga, kaumnya menjelaskan apa yang terjadi kepada seluruh warga yang ada di sana. Sampai ia melihat ke arah sang adik yang tengah membersihkan diri dari bercak darah yang ada di bajunya.
"Kreysa," panggilnya dengan suara lirih. Kreysa, gadis yang tengah membersihkan diri menoleh ke arah sang kakak.
"Ah, Kakak. Apa kau baik-baik saja?" tanya gadis itu sembari melebarkan senyuman.
"Yah, Kakak baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Apa terjadi sesuatu yang buruk padamu? Katakan pada Kakak jika ada yang bisa Kakak bantu, oke?" tanya Freislor kepada sang adik. Gadis yang berdiri di hadapannya hanya tersenyum lebar dan menganggukkan kepala.
"Tidak ada yang perlu Kakak khawatirkan, aku baik-baik saja. Jangan lupa untuk beristirahat, Kak. Aku akan menemui nanti," ucap Kreysa. "Oke, aku pergi dulu," balas Freislor sembari tersenyum. Breckson berjalan mengikuti Freislor dan memberikan senyuman kepada Kreysa. Setelahnya, mereka berdua pergi meninggalkan gadis itu bersama dengan yang lainnya.
"Huh, aku tidak menyangka bahwa ini sudah selesai. Menurutmu, apa yang harus kita lakukan sekarang, Breckson?" tanya Freislor. Gadis itu menoleh ke arah Breckson. Pikirannya bermuara ke dalam lembah pertanyaan yang dalam.
"Apa maksudmu? Bukankah Tuan Reos sudah kalah? Kenapa kamu masih bertanya tentang hal yang sama?" Breckson menghentikan langkahnya. Mereka berdua berada di sebuah jembatan Loprolite. Sebuah jembatan terunik di kotanya.
"Heum, aku rasa dia belum sepenuhnya meninggal. Dengar, Tuan Reos bukanlah orang yang mudah ditaklukkan, dia pasti sudah merencanakan hal ini sebelumnya. Dan, aku tidak yakin bahwa yang aku bunuh adalah Tuan Reos yang asli. Bisa saja itu adalah reinkarnasi ketiganya. Mengingat, ia juga pernah berkata bahwa dia juga punya pengikut, bisa saja dia telah membuat pasukannya sendiri. Aku harus berpikir keras untuk mencegahnya," ucap Freislor sembari menerawang ke segala arah. Salah satu tangannya ia arahkan ke atas langit, nampak sebuah pancaran cahaya berwarna biru yang berbentuk sebuah lingkaran. Cahaya berwarna biru seketika menampakkan dirinya dengan bentuk manusia Grendolfin.
"Apa itu?" tanya Breckson. Ia menyatukan jemarinya sehingga membentuk lingkaran kecil. Dan dengan hal itulah, ia mencoba meneliti manusia itu lebih dekat.
"Ini adalah salah satu manusia yang bisa bertahan di zaman peradaban Kotamu, Breckson. Dia biasa dipanggil dengan nama Grendolfin. Grendolfin adalah salah satu manusia yang memiliki tanduk dan sayap terindah di dunia."
Breckson memperhatikan bagaimana bayangan itu menampakkan diri sebagai sosok manusia yang memiliki kedua sayap berwarna keunguan. Namun, sayap itu sangat tipis, sehingga, ia hampir tidak bisa melihatnya. Tapi, Grendolfin adalah sosok manusia yang berbeda dari kebanyakan. Karena pada dasarnya, tubuhnya terbentuk dari beberapa akar tanaman. Bentuk kepalanya seperti manusia pada umumnya, namun, ia memiliki kedua mata yang sangat sipit dengan kelopak matanya berbentuk cekung. Grendolfin yang terlihat dengan kacamata mereka berdua memiliki bentuk telinga yang panjang dan juga lebar. Bentuknya mirip seperti gajah. Tampak aneh, tapi, itulah kenyataannya.
"Apa kau tahu kenapa aku menunjukkanmu hal ini?" tanya Freislor kepada Breckson. Remaja yang berdiri di sampingnya menggelengkan kepala sembari menjawab dengan pelan, "Tentu saja aku tidak tahu. Lagi pula, apa yang harus kita perbuat dengan dia?"
"Hanya dia yang bisa menunjukkan siapa Tuan Reos yang asli, Breckson. Dia adalah salah satu manusia setengah dewi yang diutus ke bumi untuk membenahi hal-hal yang tidak benar. Intuisi adalah kekuatannya. Dan perencanaan adalah kaki dan tangannya. Dia adalah sosok yang harus ditemukan sebelum Tuan Reos melakukan pencarian dan kerusakan di bumi. Aku tidak tahu pasti dia di mana, sungguh." Freislor dan Breckson memperhatikan Grendolfin lebih dekat.