Rangga berjalan ke gedung rekaman. Ia tampak sedikit tegang. Sebagai pemilik toko kaset, ia tahu sedikit banyak tentang grup band D'Jagoan dan lagu-lagu mereka. Tetapi bernyayi?
Semasa mudanya, Rangga memang pernah menjadi vokalis band SMA-nya, ia juga bernyanyi di masa kuliahnya. Mungkin bila ia serius dengan bandnya tersebut, ia bisa saja terkenal.
Tetapi, ketika di tahun kedua kuliahnya, Angelia hamil. Gadis itu awalnya berencana menutupi kehamilannya dari keluarganya ataupun keluarga Rangga. Tetapi, Rangga berusaha bersifat kesatria dan sebagai pria bertanggung jawab, ia lalu menikahi Angelia.
Raisa lahir di tahun kuliah mereka yang ketiga. Saat itu, mereka berdua berjuang bersama dan mulai membuka usaha toko kaset dan CD sambil terus berkuliah. Akhirnya mereka berdua lulus kuliah setahun kemudian.
Walau mereka berdua sudah menjadi sarjana, mereka berdua sepakat tetap mempertahankan toko kaset dan CD yang sudag mereka miliki.
Rangga berusaha fokus dengan rapat yang diadakan dengan anggota bandnya.
"Kayaknya gue harus latihan dulu, terutama, karena, gue udah lama enggak nyanyi." Rangga menatap anggota band-nya dengan serius. "Gue, bahkan enggak inget dengan lagu-lagu yang gue tulis sendiri ini."
Rangga menatap berkeliling, tampaknya suara tersebut bukan dari anggota band yang lainnya.
"Oke! Kita masih punya tiga minggu untuk persiapan, sebelum konser kita dimulai!" Jimmy mengangguk. "Kita harus mulai latihan intensif! Sejak hari ini!"
"Setuju!" Semua anggota band berteriak sepakat.
***
Latihan hari itu berjalan lancar, walau sangat melelahkan bagi Rangga. Ia duduk dan menyeka wajahnya dengan handuk dingin ketika seorang wanita muda menyodorkan sebotol minuman dingin.
Rangga menatap wanita tersebut dan kemudian mengambil botol minuman tersebut dan meneguknya. Si wanita duduk di sebelahnya.
"Selamat datang kembali, Demas, atau sekarang harus kupanggil, Rangga." Si wanita berkata dengan nada lembut menggoda. Tubuhnya duduk sangat rapat dengan tubuh Rangga dan wajahnya mereka pun sangat dekat.
Rangga merasa sedikit tidak nyaman dengan jarak tersebut dan kemudian sedikit bergeser untuk membuat ruang diantara ia dan si wanita.
Si wanita tersenyum dan memutar bola matanya. "bukankah kau biasanya membiarkanku duduk di pangkuanmu?"
Rangga masih menatap bingung, ia bahkan tidak tahu siapa wanita tersebut. Dari penampilannya si wanita tampaknya berusia sekitar 20 tahunan. Sedikit lebih tua dari usia Demas.
"Oh iya, aku lupa. Kau kan sudah punya mainan baru. Si Jalang."
"Jangan panggil dia Jalang!" Rangga hamppir berteriak. Nada suaranya yang kencang membuat anggota bandnya menatap ia dan si wanita dengan tatapan ingin tahu.
Anton berjalan mendekat, "Silvia, mending elu pergi deh. Kita disini lagi fokus latihan untuk persiapan konser."
Silvia menatap Anton dengan kesal tetapi tanpa banyak bicara, gadia bernama Silvia itu pergi keluar ruangan untuk membiarkan mereka berlatih.
Anton memandang Silvia dengan dingin, memastikan wanita itu pergi dari ruangan, "gue gak pernah suka sama mantan elu yang itu." Ujar Anton dingin, "Ayo buruan! Kita latihan lagi!"
Kemudian grup band D'Jagoan mulai berlatih kembali.
***
Rangga cukup bangga dengan dirinya sendiri, ternyata ia masih memiliki kemampuan menyanyi yang sangat baik.
Jimmy menepuk pundak Rangga, "Dem, eh maksud gue, Rangga, yok kita makan malam! Sekalian ngerayain kebangkitan elu dari kubur!"
Rangga tersenyum dan mengikuti keempat sahabat barunya. 'Ternyata menjadi anak muda itu menyenangkan,' pikirnya.
Ketika mereka keluar dari gedung perusahaan rekaman, ternyata para wartawan sudah menunggu Rangga dan berusaha mengumpulkan informasi darinya.
"Demas, kenapa anda mengubah nama panggilan anda menjadi Rangga?"
"Rangga, bagaimana persiapan konser D'Jagoan? Apakah anda sudah siap bernyayi lagi?"
"Rangga, siapa gadis yang ada di mobil kamu sewaktu kecelakaan?"
"Rangga, apa anak yang ada di kandungan gadis itu, anak kamu?"
"Rangga! Apa benar gosip kalau kamu dan Silvia sudah balikan setelah kalian merilis lagu Melankolia?"
"Jangan jawab apa-apa, Dem," Anton berbisik di telinga Rangga. Ia lupa bahwa sekarang, Demas dipanggil sebagai Rangga.
Rangga mengangguk mengerti dan seluruh anggota grup band akhirnya dapat naik ke mobil mereka. Rangga dan Anton menaiki mersi hitam Rangga yang sudah diperbaiki, sedangkan tiga anggota band lainnya menaiki Vellfire milik Jimmy.
Rangga merenungi pertanyaan-pertanyaan dari wartawan-wartawan tersebut. Ia sendiri tidak tahu jawabannya. Hanya Demas yang tahu jawabannya.
Ia kemudian mengkhawatirkan Raisa, putri sulungnya yang cerdas dan pintar, yang akan berangkat ke Singapura dalam beberapa bulan lagi untuk berkuliah di universitas tingkat dunia masih terbaring koma.
Entah apakah Raisa akan bangun atau tidak.
"Wow! Rangga, elu kenapa? Sini biar gue aja yang nyetir. Nanti, kita berdua koma lagi!"
"Gue, harus pulang!" Rangga kemudian memacu mobilnya pulang. Pulang ke rumah Rangga, bukan ke rumah Demas.
"Loh, rumah elu kan di daerah Jakarta Selatan, kok kita kesini?" Anton protes.
Rangga hanya terdiam, ia harus menengok Reino dan mengetahui keadaan putranya.
Ia berhenti di depan toko kaset dan CD sekaligus rumahnya di lantai dua. Anton memilih menunggu di mobil.
Ia memencet bel dengan tidak sabaran.
"Ya? Siapa ya malem-malem begini bertamu?" Tanya Reino dari speaker.
"Reino! Ini Bapak, Nak!" Ujar Rangga.
Terdengar suara anak tangga dituruni dengan tergesa-gesa. Reino tampak berlari dan membuka pintu. Ia menatap Rangga dengan bingung.
Rangga tersenyum dan memeluk Reino.
Setelah beberapa saat Reino mendorong Rangga dengan bingung, "kakak siapa ya? Bapak mana?"
Rangga tersadar, ia ada di tubuh Demas, dan mungkin Reino tidak mengenalinya.
"Kakak, vokalis band D'Jagoan kan?" tanya Reino tidak yakin, "yang sering antara dan jemput, Kak Raisa?"
"Iya benar, Kakak, Kak Rangga."
"Bapak, mana?" Tanya Reino polos.
"Bapak, masih di rumah sakit. Maksud Kakak kemari, Kakak mau jemput kamu agar kamu tinggal bersama Kakak. Setidaknya sampai, Bapak dan Kak Raisa, sadar." Ujar Rangga dengan lembut.
"Kalau, Kakak ternyata penculik, bagaimana? Ginjal dan jantung-ku diambil untuk dijual?"
Rangga tersenyum melihat putranya yang sangat hati-hati berhadapan dengan orang asing, "Enggak! Pokoknya, Kakak janji, kamu aman, kamu bisa bebas makan, kamu bisa bebas masak, dan bebas bikin video! Bahkan, Kakak bakal jadi bintang tamu di kanal YouTube kamu!" tawar Rangga.
"Serius, Kak!" Ujar Reino girang, "tunggu sebentar! Sepuluh menit ya!" Reino berlari ke lantai atas.
"Jangan lupa matiin air, listrik, dan gak ya, Nak! Eh.... Dik!" Ujar Rangga dari lantai satu.
Sesuai dengan yang dikatakannya, Reino kembali ke lantai satu sepuluh menit kemudian. Ia membawa seragam sekolah, baju secukupnya, buku pelajaran, konsol permainan, dan perlengkapan membuat videonya.
Rangga dan Reino kemudian berjalan kembali ke mobil.
"Kak Demas, apa benar Kak Demas sudah menikah dengan Kak Raisa?" tanya Reino polos.