Chereads / Mendadak Vokalis / Chapter 4 - Mengorek Informasi dari Reino

Chapter 4 - Mengorek Informasi dari Reino

Rangga dan Anton akhirnya tiba di restoran mereka tempat mereka berencana makan malam. Mereka terlambat satu jam lebih dan tiga anggota lainnya beserta manajer mereka sudah hampir selesai makan.

Rangga dan Anton segera memesan makanan. Rangga membebaskan Reino untuk memilih makanan yang ia mau.

Rangga sangat bahagia melihat Reino makan dengan lahapnya.

"Permisi, Mas Demas, eh Mas Rangga maksudnya. Boleh minta foto bareng?" Tanya seorang gadis muda yang tampaknya masih SMA.

Rangga tersenyum dan mereka berpose untuk selfie bersama, "jangan lupa datang ke konser D'Jagoan ya!" Rangga tersenyum ramah.

"Rangga, ini siapa?" tanya Nuno penasaran.

"Ini adiknya Raisa, namanya Reino." Rangga memperkenalkan Reino kepada teman-temannya.

"Ini Anton, Jimmy, Nuno, dan Tommy." Rangga melanjutkan. "Sementara, Reino, bakal tinggal bareng gue."

"Elu udah minta izin, Nyokap elu?" Tanya Nuno bingung.

Rangga teringat bahwa Demas ini hanyalah remaja berusia 18 tahun yang masih SMA dan tinggal bersama ibunya.

"Eomma, pasti gak keberatan lah!" tutur Rangga tenang.

"Rangga," Jimmy sedikit berbisik, "elu harus hati-hati. Kalau media tahu, elu mengajak adiknya Raisa tinggal di rumah elu, mereka bakal semakin curiga dengan hubungan elu dan Raisa."

Setelah makan malam dan mengantar Anton pulang, Rangga berusaha mengorek informasi yang ia ketahui mengenai hubungan antara Raisa dengan Demas selama mereka di dalam mobil.

"Reino, jadi kamu tahu kalau Kak Raisa sudah berpacaran dengan Kak Rangga?" tanya Rangga hati-hati.

"Aneh banget rasanya kalau harus panggil Kak Demas dengan sebutan Kak Rangga. Rangga kan namanya, Bapak."

Rangga mengangguk.

Reino memperhatikan lampu jalan, ia belum pernah pergi ke daerah Jakarta bagian ini, "sejak Kak Rangga, sering antar jemput Kak Raisa, Kak." Reino akhirnya menjawab.

Rangga berbelok menuju apartmentnya, "itu sudah berlangsung berapa lama?"

"Loh... Itu, bukannya, harusnya Kak Rangga yang lebih tahu?" Reino menatap Rangga bingung.

"Iya sih, tapi.... Hanya saja.... Yasudahlah..." Rangga memutuskan tidak bertanya lebih jauh.

"Lalu, apa benar, Kak Rangga akan menikah dengan Kak Raisa?" tanya Reino polos. "Atau jangan-jangan sudah menikah?" tanya Reino curiga, "kalian kawin lari ya?"

"Eh...uh..." Rangga gelagapan menanggapi pertanyaan dari Reino.

"Kita sudah sampai. Ayo turun!" Ucap Rangga mengalihkan pembicaraan.

Rangga membantu Reino untuk membawa peralatannya.

"Eomma?" Rangga memanggil Kamila.

Kamila yang sedang bersantai di ruang keluarga sambil memandang ke arah Rangga dengan tatapan bingung, "itu anak siapa, Demas?"

"Ini, Reino, Mah. Dia adik dari teman Reino yang masih koma karena kecelakaan waktu itu." Rangga berusaha menjelaskan.

"Oh... Adiknya Raisa ya," Kamila mengusap kepala Reino dengan ramah. "Selamat datang, jangan malu-malu ya, anggap saja rumah sendiri."

Rangga merasa sedikit tenang karena ternyata Kamila dapat menerima Reino dengan baik.

"Ajak Reino ke ruang tamu ya, Demas. Kalau kalian mau makan, ada ayam pop dan nasi padang di kulkas, tinggal kalian panaskan." Kamila kembali menonton televisi.

Rangga mengangguk dan mengajak Reino ke kamar tamu.

Setelah Rangga kembali ke kamarnya. Ia berbaring dan menatap langit-langit kamarnya. Sebagai seorang ayah, ia mengkhawatirkan Raisa. Apakah benar Demas yang menghamili Raisa.

Bila benar begitu, Demas harus bertanggung jawab dan menikahi Raisa. Itu artinya, ia harus segera keluar dari tubuh Demas.

Bila ia keluar dari tubuh Demas. Akankah ia dapat kembali ke tubuhnya sendiri? Akankah Demas hidup seperti sedia kala?

Beribu pertanyaan menghampiri kepalanya hingga akhirnya ia tertidur.

Keesokan harinya, setelah mengantarkan Reino ke sekolah, Rangga juga berangkat ke sekolah. Ia hampir lupa bahwa Demas masih kelas XII SMA. Ia baru menyadari jika Demas dan Raisa bersekolah di sekolah yang sama dan bahkan mereka teman sekelas.

Rangga tiba di sekolah, aneh rasanya menjadi anak SMA lagi.

"Selamat pagi, Rangga!" Wajah-wajah take dikenal dari murid lain menyapanya. Tampaknya mereka semua sudah tahu bahwa ia sekarang dipanggil sebagai Rangga.

Rangga masuk ke kelasnya. Sekolah internasional ini jauh lebih bagus dari sekolah negeri tempat bersekolah dahulu.

"Hei Rangga, bagaimana rasanya bangkit dari kematian?" Tanya Ardian yang merupakan ketua kelas.

"Hanya seperti bangun tidur." Jawab Rangga pendek, "dan aku kan belum mati, hanya koma."

Ardian mengangguk, "sayang ya, Raisa belum bisa bangun. Padahal beberapa bulan lagi, ia akan sekolah ke Singapura."

Rangga mengangguk.

"Apa benar kamu akan berhenti dari D'Jagoan dan sekolah ke Singapura juga bersama Raisa?" Tanya Ardian.

"Em... Itu... Belum ditentukan dengan pasti."

Sepulang sekolah, Rangga menjemput Reino. Kemudian Ia berangkat ke gedung rekaman untuk latihan bersama anggota bandnya.

'Wow, jadi begini rasanya menjadi seorang bintang. Selebritis. Melelahkan.' Pikir Rangga.

Nuno tiba-tiba datang dengan kameranya, ia sedang membuat vlog harian kegiatan band D'Jagoan.

"Dan sekarang, kita akan menyapa vokalis kesayangan kita. Demas Ranggasta." Ujar Nuno bersemangat.

Rangga memaksa dirinya untuk tersenyum ke depan kamera.

"Rangga, gimana sih rasanya bangkit dari kematian?" Tanya Nuno.

"Gue enggak mati. Gue cuma koma." Ucap Rangga dengan nada bosan.

"Terus, kenapa elu milih dipanggil Rangga dibandingin Demas kayak dulu?"

"Gue anggap ini sebagai kesempatan kedua." Ujar Rangga masih tampak bosan.

Di layar kamera Nuno mulai beterbangan gambar hati. Selain itu banyak penggemar menuliskan komentar:

[Oppa Rangga, sarangheyo!!]

[Rangga! Marry me!]

[Rangga! I love you!]

Rangga tersenyum, "terima kasih semuanya!" Rangga tersenyum kemudian ia berdiri agar Nuno tidak mewawancarainya lagi untuk vlog.

Rangga mengistirahatkan dirinya untuk persiapan pertunjukan sebelumnya. Ia mulai mengecek berbagai foto di telepon genggam Demas.

Ungkap suara di kepala Rangga, tapi Rangga tidak mengindahkan suara tersebut.

Rangga tersenyum karena ia menemukan banyak foto Raisa. Putri sulungnya sangat cantik. Demas tampaknya sangat menyukai Raisa. Rangga dapat menemukan foto Raisa dalam berbagai kegiatan.

Tertidur, makan, tersenyum dengan manis, dan berbagai foto yang diambil secara diam-diam.

Kemudian ia melihat berbagai foto mereka berdua, saling berpelukan, mencium pipi, dan kemudian berciuman.

Tanya suara di kepala Rangga lagi.

Rangga akhirnya sadar, suara yang ia dengar, bukan hanya di pikirannya saja. Tetapi ia benar-benar mendengar sebuah suara.

"Demas?" panggil Rangga. Ia tidak mendengar suara apapun.

'Cuma perasaanku saja ternyata. Mungkin efek dari koma.' Pikir Rangga.

Rangga berhenti di sebuah foto ketika Raisa dan Demas melakukan swafoto dengan latar matahari terbenam di Bali, hanya dua minggu sebelum kecelakaan terjadi.

Kenang suara di kepala Rangga.

"Demas?" Rangga memanggil sekali lagi.

"Rangga!" Anton yang memanggil untuk bersiap-siap di pertunjukan selanjutnya membuatnya terperanjat kaget

"Elu bikin kaget aja, Anton!" Protes Rangga.

"Kok, elu manggil diri elu sendiri tadi?" Tanya Anton bingung.

"Ah, masa sih, perasaan elu aja!" Ayo berangkat ke statsiun TV.