Rangga akhirnya sampai di rumah sakit sekitar satu jam kemudian. Ia melakukan pembayaran via transfer online dan segera berlari ke rumah sakit dengan baju seragam sekolah-nya yang sedikit kotor.
Kamila dan Reino sudah menunggu kedatangan Rangga.
Kamila segera meremas lengan Rangga dengan kesal, "kamu ini, kenapa lama sekali?! Raisa sudah tidur itu."
"Tapi Raisa sudah bangun kan eomma?" tanya Rangga.
Kamila mengangguk, "Ia sudah stabil. Kamu mau menunggui Raisa di rumah sakit?" Tanya Kamila penuh perhatian. "Nanti eomma bawakan pakaian ganti sekalian eomma mengantar Reino pulang."
Rangga dan Demas, dalam satu pikiran, mengangguk setuju.
Kamila pulang bersama Reino dan kembali sekitar dua jam kemudian ke rumah sakit dengan beberapa potong baju bersih.
Kamila tentu saja sudah tahu mengenai Demas yang dipanggil kepala sekolah dan mobilnya yang menabrak pohon di luar kota. Tapi, untuk saat ini, ia tidak mempedulikannya.
Kamila tahu kalau Demas sangat menyayangi dan mencintai Raisa, bahkan sejak mereka masih kelas X.
Rangga membersihkan dirinya dan kemudian ia berbaring di sofa rumah sakit.
"Udah, disini aja. Dari sini juga keliatan."
Tiba-tiba Rangga merasa tubuh Demas bergerak tanpa ia perintah. Demas berhasil menarik sofa tersebut dengan tubuhnya sendiri.
Rangga membaringkan tubuhnya di sofa.
"Demas, bagaimana kalau aku tidak dapat kembali ke tubuhku dan terjebak di tubuhmu selamanya?" tanya Rangga sungguh-sungguh.
"Tapi kemungkinan itu ada kan?" Rangga masih berpikir, "dan nanti kalau kalian menikah, dan kalian berhubungan suami istri." Rangga bergidik.
Rangga tersenyum dan ia pun tertidur nyenyak.
Keesokan paginya, Rangga terbangun karena suster yang mengantarkan sarapan untuk Raisa.
Demas memaksa Rangga untuk duduk di sebelah tempat tidur Raisa dan menggenggam tangannya.
"Kamu itu bucin banget ya ternyata sama, Raisa." Rangga yang sebenernya kesal dengan Demas tetapi akhirnya menuruti permintaan Demas.
Sekitar sejam kemudian, Raisa akhirnya terbangun. Ia membuka matanya perlahan.
Baik Rangga dan Demas tersenyum.
"Selamat pagi, cantik." Demas berhasil mengambil alih tubuhnya. Ternyata Demas mampu mengambil alih tubuhnya ketika Raisa di dekatnya karena gadis itu adalah sumber kekuatannya.
Rangga kebingungan di dalam tubuh Demas. Ia dikelilingi kegelapan. 'Demas!' Ia berteriak, tetapi ia hanya dapat mendengar suaranya sendiri yang bergema. Ia pernah terjebak disini beberapa hari yang lalu, hingga ia merasa kedinginan dan akhirnya tertidur.
Raisa menatap Demas, matanya menunjukkan kebingungan, "kamu siapa? Kamu bukan perawat kan?"
Demas membeku mendengar pertanyaan Raisa, "Rai, kamu bercanda kan, Sayang?" Tanya Demas bingung.
"Sayang?" Tanya Raisa bingung, "kita saling kenal?" Raisa menatap Demas dengan lekat, "aku tidak ingat, siapa kamu."
Nafas Demas tercekat, sorot matanya ketakutan. Ia takut kehilangan Raisa. Ia sudah kehilangan karir menyanyinya, ia tidak bisa kehilangan Raisa juga.
"Rai, ini aku, Sayang. Demas. Aku... Aku... suami kamu." Ucap Demas parau, ia sangat ingin menangis sekarang.
Raisa mulai merasa tidak nyaman dengan kehadiran Demas, ia kemudian memanggil perawat melalui tombol panggil.
"Iya, Raisa? Ada apa?" Tanya perawat ramah.
"Pria ini, dia mengaku sebagai suami saya. apa benar, Sus?"
Perawat menatap Demas dan Raisa, "berdasarkan data yang kami punya, Raisa belum menikah." Ujar Si Perawat jujur.
"Raisa, pernikahan kita memang belom diumumkan." Ujar Demas parau.
Demas menatap perawat, "bisa kami bicara berdua saja?"
Perawat menatap Raisa, meminta izin untuk perlu, "boleh saya tinggalkan kalian berdua?"
Raisa berpikir sejenak dan kemudian mengangguk.
Perawat menatap Demas, "nanti bantu Raisa makan sarapannya ya."
Demas mengangguk mengerti dan perawar akhirnya meninggalkan ruang Raisa dirawat.
Demas menatap Raisa dengan ragu, "jadi kamu benar-benar enggak ingat aku Rai? Aku suami kamu dan kamu sekarang sedang hamil anak kita.
Raisa menatap Demas bingung, "hamil? bukannya aku masih anak SMA! Kamu perkosa aku ya!" Raisa berteriak marah.
"Rai! Tenang dulu! Aku bisa jelasin! Sekitar dua bulan lalu, kita mengalami kecelakaan sampai kamu koma." Dema menatap Raisa tajam, berharap Raisa akan mempercayainya.
Raisa menatap Demas dengan sorot mata yang tajam. Raisa dapat melihat bahwa pemuda yang duduk di depannya saat ini sangat serius dan mungkin ketakutan. Pemuda ini terlihat sangat muda dan tampan, 'apa benar ia suamiku?' pikir Raisa.
"Beberapa jam sebelum kecelakaan terjadi, kita menikah di sebuah gereja kecil di pinggiran Jakarta. Hanya pemberkatan sederhana dan kita berdua bahka cuma merayakannya di warung nasi padang kesukaan kita." Demas menambahkan dan kemudian mengambil telepon genggamnya dan mulai menunjukkanfoto-foto pernikahan mereka yang sederhan.
Raisa memperhatikan foto-foto yang ditunjukkan Demas, "kenapa kita cuma berdua? Dimana keluarga kita? Orang tua kita?"
"Itu..." Demas menggaruk kepalanya, berusaha mencari awal cerita yang terbaik. "Beberapa minggu yang lalu, kamu pergi ke Bali untuk menonton konserku. Umh... Aku seorang vokalis dari grup band bernama D'Jagoan." Demas menatap Raisa, "dan kita, tidur bersama, sampai akhirnya kamu hamil."
Raisa segera memegang perutnya, "aku hamil?"
Demas mengangguk, "dan, kamu terlalu takut untuk cerita kepada Bapak-mu dan akupun belum menceritakan hal ini kepada eomma-ku, maksudku ibu-ku."
"Aku tahu apa itu eomma, kamu orang Korea?" tanya Raisa penasaran.
"Ayahku orang Korea." Demas merasa sangat kecewa, tampaknya hanya ingatan tentang dirinya yang terhapus dari memori Raisa. "Dan juga, ada tekanan dari perusahaan rekaman. Oleh karena itu, kita berdua setuju untuk melakukan pernikahana rahasia. Hanya kita berdua saja, dan pendeta dan saksi dari gereja."
"Jadi, aku mencintaimu?" tanya Raisa bingung.
Demas tersenyum kecil dan mengangguk. "Kita saling mencintai."
Raisa tersenyum kepada Demas, "baiklah, aku percaya padamu. Aku ingin bertemu Bapak dan Reino. Bisa kau hubungi mereka?" tanyanya lembut, ia memperhatikan wajah Demas dengan seksama, berusaha mengingatnya.
"Itu... Reino saat ini mungkin masih di sekolah, ia tinggal bersamaku dan eomma. Bapak... Bapak-mu."
Raisa menatap Demas curiga, "Bapak-ku kenapa?"
"Bapak-mu ada di rumah sakit ini. Ia terbaring koma."
Raisa menatap Demas bingung.
"Bapak-mu juga menjadi korban kecelakaan di malam kita mengalamai kecelakaan itu. Kita bertiga selamat, tetapi mengalami koma yang cukup panjang. Aku bangun sebulan setelah kecelakaan, dan lalu kau bangun kemaren, hampir dua bulan setelah kecelakaan."
"Dan Bapak?" tanya Raisa lemah.
Demas menggeleng, "belum ada tanda-tanda Bapak akan bangun."