Refia dan Nicky. Keduanya menjadi teman dekat Aila hanya dalam dua mingguan saja. Selain karena Aila yang pandai dalam bidang akademik, dia juga didekati teman seangkatannya maupun adik kelas.
Ya, dalam waktu yang sangat singkat followers Instagram fake miliknya dikenali seluruh dunia. Tentunya bunda, Ayka, Ryan dan semua orang yang Aila kenal di masa lalu sudah Aila blok duluan.
Ah, di sekolah baru Aila bahkan mendapatkan nilai yang sangat sempurna, banyak guru menawarkan berbagai macam olimpiade padanya. Di sekolah ini Aila bisa melakukan segala hal hingga dia merasa heran dengan dirinya sendiri.
Sejak kapan dia mempelajari banyak hal seperti ini?
Dan saat mengingat-ingat, Aila menyadari sesuatu. Di sekolah lama dia terlalu diawasi dan sekarang ia berdiri penuh percaya diri.
"Sosis lagi?" Nicky menatap horor bekal sosis yang Aila bawa.
Sejujurnya semua teman sekelas Aila pun ngeri juga. Masalahnya sejak hari kedua sampai detik ini Aila selalu saja membawa menu yang sama meskipun berubah-ubah bentuknya.
Semua orang mungkin tak melihatnya dengan jelas. Namun, dalam kotak makannya terbentuk huruf-huruf kecil yang bila setiap hari digabung akan ada tulisan 'Ryan' dengan sangat jelas.
"Memang kenapa lagi sih? Kekasihku yang memberikannya, mana mungkin aku tega membuangnya saat ini. Lagian ini enak," balas Aila sambil tertawa geli.
Refia ikut tergelak ringan. "Sumpah Ai, yang kayak gini beneran nggak cocok sama kamu loh. Dan satu lagi, pakaian modis ditambah bekal ini ... terlalu norak."
Aila cemberut mendengarnya. "Tapi dia manis, gemesin juga jadi mana bisa aku menolak masakan buatannya?"
Kontan saja Nicky mengajukan pertanyaan laknat. "Sudah berapa kamu tidur bareng dia?"
Aila meringis, selain blak-blakan kedua orang ini juga hobi ikut-ikutan. Padahal lebih bagus mereka menggunakan lo-gue agar Aila bisa membedakan dengan kisah lamanya. Sayangnya mereka justru ikut-ikutan begini, mau atau tidak dia hanya bisa meringis sambil memaksakan diri untuk memahami keadaan saat ini.
"Entahlah, aku mana menghitungnya. Lagipula dia sering kali menyelinap masuk ke kamarku," balas Aila apa adanya.
Jawaban Aila terlalu kencang hingga Regan (cowok yang pernah mencium pipi Aila ) mengernyit mendengar hal itu. Dia sempat terkejut tapi tak selang beberapa detik malah tersenyum miring.
"Sudah berapa kali dia melakukannya dengan cuma-cuma? Apa hebatnya menjadi pemain terbaik tapi tak dibayar apa-apa?" gumam Regan dalam hati.
Merasa tak begitu suka mendengar pembahasan itu, dia pun bergabung. Tentu saja teman-teman Regan langsung mengikutinya. Semula anggota Back Lion hanya 3 orang saja, tetapi semenjak Regan mulai menjadi ketua umum keamanan sekolah secara bertahap anggotanya bertambah sendiri.
Untuk anggota inti ada 7 orang termasuk Regan. Dengan tampang tengil khas-nya Regan menyeret bangku kosong agar bisa duduk di samping Aila.
"Bagi dong, Sayangku," ucap Regan.
Kontan saja keenam teman Regan geleng-geleng kepala, mungkin mereka sendiri pun juga merasa malu memiliki bos gila seperti ini.
"Sayang ak—" Regan belum sempat melanjutkan ucapannya karena Aila tiba-tiba saja memegangi perutnya sambil merintih kesakitan.
Semua orang panik, lebih lagi Regan yang hendak menyentuh lengan Aila tapi ditepis habis-habisan.
"Ai kenapa? Perut kamu sakit atau gimana? Please aku khawatir jadi tolong jawab," desak Nicky.
Namun, Aila hanya merintih kesakitan sambil menggelengkan kepalanya. Dia menarik ponselnya, saat hendak memencet nama Ryan, Regan tiba-tiba saja membopongnya.
Aila yang merasa perutnya benar-benar sakit pun hanya bisa pasrah dalam gendongan Regan. Perlahan-lahan pandangan gadis itu pun memburam dan ... semuanya gelap.
***
"Hanya kram perut, ini sedikit berlebihan sebetulnya. Kebanyakan remaja hanya mengalami kram perut dan tak sampai pingsan, lebih lagi beberapa terjadi di hari pertama bukan akhir seperti ini. Mungkin lebih baiknya dilakukan CT scan untuk mengetahui detailnya."
Regan menatap dokter juga Aila secara bergantian. Dalam hati dia bertanya-tanya, "Apakah datang bukan memang selalu menyakitkan seperti itu? Jika iya, mengapa wanita sanggup menahannya setiap bulan?"
"Akan saya bujuk dia nanti, Dok. Ngomong-ngomong periodenya ...?" Regan bertanya untuk jaga-jaga.
Siapa yang menduga bahwa dokter cantik di depannya justru merespon dengan kekehan geli? Regan malu bukan main saat ini, tapi mengingat wajah pucat Aila tadi ... dia juga tak tega.
Meskipun bukan benar-benar suka pada gadis ini, Regan paling tak tega melihat wanita kesakitan seperti itu. Niatnya hanya ingin menambah teman, tetapi Aila begitu manis sampai Regan ingin menjadikannya pasangan meskipun itu hanya sebatas angan-angan.
"Kalau sekarang tanggal 8 maka mungkin saja dia datang bulan di tanggal 30-2, untuk itu di waktu-waktu ini harus siap sedia. Entah pembalut atau jaket hitam jika saja sesuatu yang tak diinginkan terjadi," papar dokter tersebut.
"Oke," balas Regan singkat.
Kontan saja dokter cantik itu pergi setelahnya. Kini tentu saja Regan menunggu di samping Aila, agaknya gadis ini belum berniat untuk membuka matanya lagi.
"Dia benar-benar cantik," gumam Regan pelan.
Ingin rasanya menyingkap rambut Aila tapi ingatan Regan melayang pada kejadian beberapa saat lalu. Gadis ini benar-benar tak mau disentuh olehnya.
"Gan?"
Merasa dipanggil, Regan lekas menoleh. Dia tersenyum tipis saat melihat Adit—temannya dari kecil datang sambil membawa sekaleng soda juga sebungkus nugget kesukaannya.
"Lo harus makan, gue sebenernya lebih suka nyeret lo sih tapi ya ... kayaknya nggak bisa. Eh tapi sebelum makin jauh ijinin gue ngomong fakta yang ada, ni cewek udah punya pacar. Lo sendiri lihat gimana dia nolak Lo, jadi jangan berharap lebih." Adit menepuk pelan pundak Regan.
Cowok yang dinasehati tergelak. Dia jarang menaruh perhatian, pernah sekali dan ditinggalkan, mungkin saja itu alasan kenapa teman-temannya merasa khawatir.
"Santai, gue tau batasan," balas Regan.
"Kalau Lo beneran tau batasan mana mungkin gue datang dan ngomong gini, baka?" Adit tampak bersungut-sungut.
Regan kembali tertawa renyah dan menerima kaleng soda juga nugget kesukaannya. Dia menaruhnya di samping ranjang pasien Aila kemudian menatap Adit sungguh-sungguh.
"Gue nggak akan sejauh itu," tegasnya.
Seolah sudah hapal bagaimana kelakuan sang teman, Adit hanya mengangkat bahu dan melenggang pergi. Regan menolehkan kepalanya dan menatap Aila, sambil meraih kaleng soda dan membukanya dengan pelan, cowok itu mengajukan sebuah pertanyaan.
"Kalau gue beneran suka sama lo gimana, Ai?"
Regan tahu bahwa Aila sudah bangun sejak beberapa detik lalu. Nafas gadis itu tampak tak teratur. Agaknya dia tidak menerima fakta bahwa Regan yang di sampingnya bukan Nicky ataupun Refia.
Namun, Regan sendiri tak pernah berniat untuk beranjak dari tempat ini tanpa membawa siswa dari kelas tetangga ini. Regan menenggak minumannya kemudian menepuk-nepuk puncak kepala Aila pelan.
Melihat Aila masih berpura-pura tidur dan tak menepis tangannya, Regan merasa sangat puas.
"Lo bener-bener tau cara narik perhatian," gumamnya dalam hati.
-Bersambung ....