"Kenapa nggak ada Nicky?"
Lama bertahan dengan pura-pura tidur, Aila lelah juga. Sudah saatnya dia kembali ke kelas akan tetapi perutnya benar-benar tak bisa diajak bekerja sama.
Haha.
Bahkan bisa dikatakan bahwa saat ini dia benar-benar merasa seperti akan segera mati. Ini benar-benar menyakitkan. Sepertinya karena memang semalam dia sengaja menolak makan dan hanya minum segelas kopi.
"Apa masalahnya? Ada aku yang siap jagain kamu, Mikaila," balas Regan dengan cengiran menyebalkan.
Tentu saja Aila yang melihatnya ingin sekali menimpuk wajah cowok itu dengan buku. Amat disayangkan lantaran saat ini di sekitarnya hanya ada obat-obatan yang ringan.
"Males, sana Lo pergi aja. Duh Regan, kita nggak akan bisa jadi apapun seperti yang Lo harapkan jadi lebih baik mundur aja," tukas Aila.
Wajah Regan tampak kesal untuk sementara waktu. Namun, dia kini merogoh saku dan mengeluarkan sebungkus permen coklat lantas memakannya sendiri.
Aila yang merasa diabaikan pun hanya bisa menghembuskan napas pelan. Sudahlah percuma saja dia menyalak saat ini.
"Mau permen? Btw, kalau butuh jaket punyaku ada di sampingmu. Bentar lagi jam ketujuh, jam terakhir kayaknya lebih baik kalau kamu balik ke kelas. Kangen banget sama Nicky, 'kan? Cih cewek-cewek modelan kalian itu—"
"Nggak banget dan bukan tipe Lo? Soon like good," kekeh Aila.
Kontan saja Regan meringis. Harusnya dia berkata mereka bukan 'kalian' da membuat Aila tersinggung seperti ini. Ah, dasar mulutnya ini memang tak bisa dikendalikan.
"Sorry, aku nggak ada niatan kayak gitu, Mikaila. Yang jelas kalau kamu butuh apa-apa kabari aja, ini nomorku," ujar Regan gugup.
Bagaimana mungkin dia tak gugup jika saat ini kalau Aila terus saja menatapnya dengan sorot mata tajam tapi terlihat sangat manis? Ah, tidak-tidak. Mungkin bisa dikatakan bahwa saat ini Aila sangat manis.
Wkwk, konyolnya Regan merasa bahwa di bagian bibir Aila jauh lebih mempesona. Pikiran-pikiran kotor menyergapnya, dia ingin segera menubruk bibir itu jika saja Aila tak mengucapkan kata-kata pedas kemudian.
"Gak usah sok baik kalau punya niat tersembunyi, Regan. Lagipula gue punya cowok yang bakalan datang lima belas menit kemudian kalau gue bilang lagi ada masalah. Btw kalau butuh saran masalah pertemanan lawan jenis, bakalan bubar kecuali salah satu nikah dan punya anak," tukas Aila.
***
"WHAT?!" Nicky kembali menghebohkan kelas di jam terakhir.
Ah, bukan-bukan. Aila pikir ini bukan jam terakhir lagi karena guru yang mengajar telah keluar. Hem, sebetulnya saat ini wajah Aila sangatt pucat jika saja pewarna bibir peach itu tak menempel di bibirnya.
"Gimana bisa?" Refia bertanya sambil mengemasi barang-barangnya.
Melihat Refia sebentar membuat Aila meringis. Gadis yang berpindah duduk tepat di sampingnya itu benar-benar definisi orang gila. Bagaimana bisa ke sekolah tapi tak satu pun buku yang dia bawa?
Haha, bahkan meskipun merubah penampilannya tapi sebetulnya Aila masih dirinya yang lama dan di dalam tas pun berisi begitu banyak buku-buku pelajaran.
"Ya gak gimana-gimana," balas Aila.
Ah, mengenai kehebohan Nicky dan pertanyaan dari Refia tadi sebetulnya dia baru saja bercerita bahwa Regan merayunya lagi. Bukan berarti Aila menggunakan kata-kata itu secara langsung, dia hanya menceritakan tentang beberapa kata hingga kedua teman barunya langsung menyimpulkan.
"Terus kalau cowok Lo mendadak datang? Aila, dia biasanya jemput Lo diam-diam di depan pagar supaya kita nggak tau, 'kan?" Refia bertanya dengan penuh selidik dan mengintrogasi.
Dari sini saja dia tahu bahwa agak salah menggunakan Ryan sebagai tamengnya. Jujurly, pacar yang terus Aila maksudkan ya Ryan satu-satunya. Dia tak memiliki orang lain untuk dijadikan pacar.
"Eh tapi kan ada yang pakai mobil juga waktu itu. Cowok Lo berapa sih? OMG! Jangan-jangan Lo ternak buaya, ya?!" Nicky berseru dengan suara cemprengnya itu.
"Cuman yang pakai motor kok," balas Aila tenang.
Meskipun suaranya terdengar cukup tenang tapi tidak dengan hatinya. Maksud ucapan Refia tadi apa? Selama ini Aila selalu diam-diam dan tak banyak yang mengenalnya, jadi siapa yang mau datang dan menjemputnya dengan mobil?
"Tapi waktu itu seriusan ada yang jemput Lo pakai mobil. Cowoknya tinggi, pakai jaket item terus maskeran. Potongannya model comma hair deh kayaknya," jelas Refia.
Penjelasan yang rinci itu membuat Aila makin mengkerutkan keningnya. "Kenapa kamu bisa jelasin sampai rinci banget kayak gitu, Refia?"
Gadis yang bernama Refia itu tersenyum lebar. "Hehe, sebetulnya dia bayar gue 300k buat ngasih informasi bagaimana keadaan Lo di sekolah. Ah, ini nomornya kalau Lo pengen tau."
Wajah Aila langsung berubah menjadi sangat murka saat ini. Nicky yang menyadari suasana langsung tertawa terbahak-bahak.
"Selow woy selow, ini kan bukan masalah besar. Lagian kalau dia nyari informasi secepat itu dari Refia sudah jelas tu cowok suka sama lo. Btw Ref, bukan om-om kan yang deketin Lo?" tanya Nicky.
Kontan saja Aila langsung ikut menatap Refia. Gadis yang menjadi tersangka utama itu tertawa kecil.
"Dia kayaknya mahasiswa, Lo tau nggak Rowoon? Dia versi kw."
***
"Mobil ya? Kayaknya sih akhir-akhir ini memang ada sih, Ai. Cuman ya aku gak begitu liatin sih. Hem keknya udah dari kita kelas 8 deh, mobilnya sama," tutur Ryan.
Kontan saja Aila langsung menabok lengan cowok yang duduk di depannya ini. Begitu pulang keduanya memutuskan untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah bersama. Meskipun begitu Aila lebih dulu menyelesaikan tugasnya.
Alasannya?
Tentu saja karena tugas di sekolah Aila lebih sedikit dan cenderung mudah. Sebetulnya kurang efisien untuk Aila, tapi jika di sana dia bisa mendapatkan peringkat pertama maka tak masalah bukan?
"Terus kenapa kamu nggak pernah ngomong apa-apa sama aku?!" seru gadis itu sambil memanyunkan bibirnya.
"Dih, kenapa juga aku harus ngomong? Aila, kalau aku jelasin semuanya yang ada kamu malah khawatir nanti. Makanya selama ini aku diam aja nggak pernah bahas ini, lagian kalau dia memang berniat buruk sejak awal kamu sudah kenapa-kenapa, 'kan?"
Penjelasan Ryan membuat Aila kebingungan. Dia sedikit kesal karena Ryan seolah-olah menunggu dirinya terluka dulu baru bertindak. Namun, mengingat semua hal di masa lalu dimana dia banyak pikiran sampai tak bisa memikirkan masalah luar, tindakan Ryan sangat benar.
"Aku yang salah deh kayaknya," desis Aila.
Kini Ryan yang baru saja mulai menuliskan sesuatu di atas kertas pun geleng-geleng kepala. "Buang deh kebiasaan buruk kamu yang satu ini. Dan juga, mau foto bareng?"
Tawaran yang tak biasa dari Ryan membuat Aila mengernyit. "Buat apa?"
"Ya biar teman-teman kamu percaya kalau beneran udah punya pacar. Akun ig-mu yang baru ... florafloo itu bukan?" Ryan tampak bersemangat menjabarkan tentang rahasianya.
Aila mendesah panjang. "Lagi-lagi aku nggak bisa sembunyi dari kamu. Btw, kenapa kamu nggak marah pas aku pura-pura jadi pacarmu?"
Ryan bungkam bahkan memalingkan muka. Aila yang melihatnya hanya mendengus geli, pasti alasan itu.
-Bersambung ....