Chereads / Kemurnian Cinta Hyuna / Chapter 15 - Kemarahan Arjuna

Chapter 15 - Kemarahan Arjuna

Pesawat yang ditumpangi oleh Bagas, Hyuna dan Diandra sudah tinggal landas dan bertolak meninggalkan Bandara Ngurah Rai, Bali menuju Ibu Kota Jakarta, Soekarno Hatta.

Bruuukkkkk...!!

Suara lemparan pas bunga tersebut sangatlah keras dan kuat sehingga menimbulkan suara yang mengungkapkan telinga hingga pecahan beling dari pas bunga tersebut segala arah.

Pas bunga serta barang-barang pajangan yang berada di dalam kamar itu sudah berhamburan di atas lantai keramik, yang awal yang bersih mengkilap sekarang di kotori dan dinodai dengan beberapa pecahan pecah beling tersebut.

"Dasar wanita jalang!! wanita tidak tahu di untung, wanita sial, aku sangat membencimu dan tunggu saja pembalasanku, aku akan membuat Kamu lebih hancur dari apa yang aku rasakan saat ini," tubuhnya kemudian luruh ke lantai di samping ranjangnya dengan deraian air matanya yang cukup deras bercucuran membasahi seluruh wajahnya.

Siapa pun yang melihatnya akan tergugah dan tersentuh untuk ikut bersedih dan larut dalam kesedihannya yang menyayat hati.

Kondisi dari Arjuna sangat hancur hingga seketika berubah menjadi seperti orang gila saja. Handphone yang tidak berdosa pun sudah menjadi korban dari amukan dan kemarahannya. HP itu terlempar ke dinding, untungnya hp dengan gambar apel yang digigit sepotong itu mereknya yang pastinya mahal dan tahan kuat, walaupun dibanting dengan cara apapun juga.

Arjuna semakin dibuat emosinya meninggi dan kesal jika mengingat kembali hinaan yang dilontarkan oleh kekasihnya itu yang sekaligus sudah menjadi mantannya.

Arjuna mengerang kesakitan saat kepalang kembali pusing dan berdenyut serta seperti berkunang-kunang.

"Aaaaaaaaaahhhhhh!!"

Arjuna kembali berteriak menumpahkan segala amarah, dendam dan bencinya yang sudah bercampur menjadi satu bagian di dalam hati dan pikirannya.

Hingga berlangsung beberapa menit kemudian. Setelah merasakan ketenangan dan kelegaan setelah menumpahkan segala gunda gulananya dan emosi yang terpendam di dalam dirinya. Barulah Arjuna berdiri dan berjalan perlahan ke arah kamar mandi dengan berjalan sempoyongan ke dalam kamar sambil memegangi dinding tembok yang dilaluinya.

"Sayangnya Kamu tidak pantas lagi berada di dalam hatiku ini, Aku harus membuang Kamu jauh-jauh."

Arjuna melepas semua pakaiannya lalu ingin berendam di dalam bathtub nya yang sudah dia isi air dingin sebelumya. Matanya tanpa sengaja melihat ke arah bagian intinya dan keheranan serta shock melihat kondisi benda pusakanya sendiri.

"Apa ini? apa yang terjadi padaku? ini kan darah?" ucapnya yang keheranan melihat ada bekas darah di miliknya serta ada sisa air yang sedikit berlendir terkena dengan noda darah.

Arjuna kemudian memeriksanya sedemikian rupa hingga sangat detail, karena takut jika ada penyakit atau apa-apanya yang terjadi pada Miliknya yang sangat berharga dibandingkan dengan harta milliaran pun yang dia miliki.

Tanpa benda pusaka itu apa lah artinya hidupnya jika terjadi sesuatu kepada bagian sensitifnya.

"Tapi, kenapa bisa ada darah di sini? Aku sudah periksa dan tidak ada yang aku rasa sakit sedikitpun, jadi darah ini adalah darah apa?" Arjuna semakin kebingungan dan semakin keheranan dengan darah itu dan mencoba untuk mengingat kejadian beberapa jam yang lalu terjadi padanya.

Arjuna sudah berusaha untuk mengingat kejadian itu, tapi sama Sekali tidak menemukan tanda-tanda petunjuk dari darah itu.

Arjuna pun masuk ke dalam bathtub dan segera berendam dan semoga dengan berendam pikirannya bisa tenang dan tahu secepatnya apa yang terjadi pada dirinya yang sebenarnya.

"Haaaaaaaaaaa!!"

Arjuna memukul dengan kuat permukaan air, karena tidak berhasil memecahkan berbagai pertanyaan yang muncul di dalam benak dan pikirannya terutama tentang darah itu.

"Tapi, kalau diperhatikan dengan seksama dan lebih detail darah dan air yang ada itu adalah seperti seseorang yang telah berhubungan intim dengan perempuan."

Arjuna segera bangkit dari duduknya dan segera meraih handuk kemudian melilitkan handuk tersebut di pinggangnya. Kemudian berjalan ke arah luar untuk mencari keberadaan hpnya tersebut. Hp yang tidak berdosa sama sekali itu teronggok di lantai dengan cantiknya.

Arjuna pun meraihnya dan segera membuka Mbah Google untuk mencari informasi tentang apa yang terlintas dalam pikirannya tentang darah itu.

Tapi, baru saja membuka Google hpnya berdering seketika itu juga yang membuatnya refleks terkejut hingga hampir hpnya terlepas dan terjatuh ke atas lantai untuk ke dua kalinya. Untung saja Arjuna segera tanggap darurat sehingga hp nya masih terselamatkan.

"Siapa sih? gangguin saja," ucapnya lalu memeriksa nama id si pemanggil tersebut.

Ternyata yang menelponnya adalah Leonardo Muhammad Chen yang menelponnya. Leon adalah sahabat sekaligus Asisten pribadinya yang paling bisa diandalkan oleh Arjuna.

"Ada apa?" ucapnya dengan jengah saat sambungan telpon sudah tersambung.

"Bos sekarang ada di mana? Bos dicariin sama Nenek katanya sedari kemarin Bos dihubungin, tapi nomornya bos tidak aktif, Nenek ngomel-ngomel di Perusahaan loh," tuturnya Leon panjang lebar.

"Ok, Aku akan pulang jika urusanku di sini selesai, nanti sore aku ada janji dengan salah satu Klien kita yang ada di Bali, jadi tolong tanya Nenek baik-baik jika Aku baik-baik saja ok," lalu segera menutup telponnya tanpa pamit atau mengucapkan salam seperti yang biasa dia lakukan.

Leon hanya tersenyum menanggapi sikap dari CEO Perusahaan tempat dia bekerja selama kurang lebih lima tahun itu.

"Tumben banget gak pamit dan ucapin salam juga, apa ada yang terjadi dengannya?" Leon segera melanjutkan pekerjaannya yang sudah bergelut dengan berbagai macam berkas yang harus diperiksanya dengan teliti.

Arjuna melupakan sudah rencana awalnya karena melihat jam di hp nya sudah menunjukan pukul 03.00 sore. Arjuna bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya karena tidak ingin membuat relasi bisnisnya menunggunya, di mana mereka sudah berjanji untuk bertemu dengannya untuk meeting dan membahas rencana mereka.

Di lain tempat, tepatnya di dalam pesawat. Senyuman Hyuna tidak pernah bahkan luntur senyuman manis dari wajahnya yang otomatis membuat Diandra sangat marah dan jengkel. Walaupun sikap dan perangai Diandra yang tidak baik, tetapi Bagas tidak pernah mau ambil pusing dengan kelakuan minus dari Diandra. Seakan-akan mata batinnya sudah tertutupi oleh betapa besar cintanya untuk Diandra seorang. Bahkan tanpa perduli dengan perasaan dan hati Hyuna yang tega berpoligami tanpa seijin dari istri pertamanya yaitu Hyuna.

Bagas Handoko pun tidak memberitahukan ke dua orang tuanya apa yang dia putuskan untuk hidup rumah tangganya sendiri.

"Aku ingin sekali menghancurkan wajah jeleknya itu, hingga dia tidak sanggup lagi untuk tersenyum sedikit pun," dengan wajah yang memerah dan buku-buku tulangnya yang memutih serta kilatan matanya memancarkan kebencian yang sangat terhadap Hyuna.

Hyuna yang berada di kursi sebelah yang sejajar dengan kursi Diandra sehingga apa yang dikatakan oleh Hyuna terlihat jelas sampai ke matanya Diandra.

Bagas yang mengetahui, jika istri sirinya itu sedang tidak baik-baik saja segera mendaratkan ciuman di keningnya dan beralih ke genggamannya. Hingga berulang kali Bagas lakukan.

Hati dan mood Diandra langsung berubah drastis membaik seketika itu. Hanya mendapatkan perhatian seperti langsung merubah 360 derajat tempramen Diandra.

Diandra semakin sengaja memperlihatkan aksi mesra mereka di hadapan Hyuna, agar Hyuna terbakar api cemburu.

"Makasih banyak sayang, perhiasan yang Kamu berikan untukku sangat cantik istimewa dan sangat mahal," ucapnya yang berniat ingin memanasi perasaan dan hatinya Hyuna.

Diandra memeluk lengan suaminya tersebut sangat mesranya. Hyuna sedikit pun tidak terusik dengan apa yang dilakukan oleh Diandra dan Bagas. Yang ada di dalam kepalanya adalah saat-saat terindah yang mereka lewati beberapa jam yang lalu serta terus menatap ke arah cincin yang tersematkan di jari manisnya.

"Aku akan menjaga pemberian Mas ini dengan sangat baik melebihi diriku sendiri dan aku tidak akan melepasnya apa pun yang terjadi," jelasnya sambil menciumi puncak cincin itu.

Hyuna sudah berjanji dalam dirinya untuk tetap mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk suaminya seorang walaupun tidak mudah untuk melalui ujian, cobaan serta sikap dari Diandra sendiri.

Hyuna hanya berharap baktinya kepada Bagas bisa bernilai ibadah di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan kelak menjadi bekalnya dikemudian hari.

"Aku mencintaimu Mas Bagas."

by Kasma Daeng

Takalar, SulSel, Jum'at 10 Juni 2022