Takkan pernah 'ku menyalahi cinta
Yang ku jaga hanya untuk satu kasih
Yang terakhir dan yang pasti untuk selama Kesetiaan akan terwujud
'Ku tak mau menyerahkan semua di awal
Bila belum ada satu kepastian
Suatu kesalahan bila kau mencintaiku
Hanya untuk malam pertama
Malam pertama kan kuserahkan
Segala cintaku yang hanyalah untukmu
Yang ku ingin kau menghargai
Sebagai kepatuhan bukan kepuasan semata Cintaku bukan karena hayatku
Kuingin semua terjadi dengan restu
Dalam pelukan tersenyum penuh arti
Jangan pernah ada ucap perpisahan
Jiwa-raga ini tak lari kemana
Bila memang aku adalah takdirmu
Takakan berguna bila ku lakukan lebih awal Kuinginkan malam pertama.
Hyuna terbangun dari tidurnya dan segera bangkit, tapi langkahnya terhenti karena tiba-tiba dia merasakan ada yang ngilu, perih dan sakit bersamaan saat bergerak sedikit saja.
" Ya Allah kenapa bagian intiku begitu ngilu dan perihnya tidak tertahan seperti baru saja teriris silet." Hyuna kembali terduduk lalu memegang bagian daerah sensitifnya.
Hyuna terduduk sambil mengingat kejadian yang dilaluinya semalam. Hyuna langsung tersipu malu saat mengingat kembali kejadian semalam yang begitu panjang dan panasnya. Wajahnya langsung merona merah seperti tomat segar mengingat kejadian semalam saat dia dan Bagas melakukan hubungan intim yang pertama kalinya, setelah pernikahannya yang hampir setahun itu.
" Mas Bagas sangat perkasa bahkan membuat milikku berdenyut hebat dan menginginkan berulang kali, Mas Bagas ternyata sangat seksi dengan suara sensual nya yang begitu lembut dan penuh gairah di telingaku," Hyuna tersipu malu dan semakin memerah wajahnya jika mengingat kejadian di kala itu.
Hyuna pun memaksakan dirinya untuk bangkit dari duduknya karena baru teringat, jika hari ini dia dan yang lainnya akan pulang ke Jakarta. Walaupun sakit, tapi Hyuna tetap berusaha untuk masuk ke dalam kamar mandi untuk segera membasuh miliknya dengan air hangat dan berendam di dalam bathtub sambil menuangkan sabun aromaterapi serta ramuan tradisional untuk mengurangi rasa perih yang dia rasa.
Hyuna pun bersiap untuk pulang dan meninggalkan Pulau Dewata Bali yang penuh dengan kenangan indah yang tidak akan pernah dia lupakan untuk selamanya.
Hyuna memakai pakaiannya dan memoles Wajahnya dan memakai pakaian yang sedikit tertutup terutama di bagian lehernya. Karena banyaknya tanda kepemilikan yang ditorehkan di sana oleh Arjuna yang sangat samar dan jelas terlihat dengan mata telanjang.
Hyuna pun bercermin dan melihat penampilannya, lalu memeriksa tanda kissmark yang disimpan oleh Arjuna tanda dari keganasan Arjuna yang ingin melahap habis dirinya yang begitu menggoda di mata Arjuna.
"Sepertinya sudah tidak kelihatan? kalau sampai ada yang lihat pasti malu jadinya, aku taburi sedikit krim alas bedak foundation pasti akan tertutup dengan baik," ucap Hyuna lalu memeriksa kembali ke dalam tasnya dan mencari alat make up-nya yang dia cari itu.
"Alhamdulillah ketemu juga, untung aku bawa padahal rencananya gak mo aku bawa," lalu segera mengolesinya di atas permukaan kulitnya yang terdapat tanda kemerahan itu.
Hyuna tak henti-hentinya dan tidak bosan-bosannya untuk tersenyum malu-malu jika mengingat kejadian semalam yang begitu mendamba dan berteriak keenakan saat milik suaminya Bagas yang ternyata Arjuna menancap dengan begitu gagahnya di dalam area goa segitiga bermudanya.
Hyuna yang melihat kondisi kamarnya yang seperti kapal pecah segera merapikan seluruh isi kamarnya, walaupun semua itu tugas dari pegawai kebersihan hotel, tapi Hyuna malu jika meninggalkan kamarnya dalam keadaan yang hancur kacau balau.
Hyuna merapikan seprei ranjangnya, hingga tanpa sengaja menjatuhkan sebuah benda yang terbentuk kotak. Hyuna penasaran dengan Isi benda tersebut, lalu memungutnya kemudian memeriksa kotak tersebut.
"Ini kan Kotak perhiasan, siapa yang punya, Aku tidak memiliki kotak seperti ini, apa jangan-jangan ini milik Mas Bagas yang diberikan khusus untuk aku yah?"
Senyuman langsung terpancar dari wajahnya Hyuna saat mengetahui jika itu pemberian pertama dan paling istimewa untuknya selama dia menikah. Hyuna duduk di tepi ranjangnya lalu membuka kotak buludru warna biru tua itu.
Mata Hyuna langsung berbinar setelah melihat langsung isi dari kotak itu. Yaitu sebuah cincin yang emas putih 24 Karat yang bertahtakan berlian Swarovski dengan warna pink shoft yang sangat cantik, elegan, mewah dan pastinya sangat mahal.
Hyuna dengan semangat langsung memakai cincin itu di jari manisnya yang sangat cocok dan pas. Keberadaan Cincin di tangannya semakin mempercantik penampilan dan dirinya walaupun gaya dan penampilan Hyuna terbilang kampungan, sederhana dan biasa saja yang tidak ada istimewanya.
"Alhamdulillah, makasih banyak Mas Bagas atas hadiahnya, Hyuna sangat suka," dengan menciumi cincin itu dan memandang tak jenuh dan tidak bosan-bosannya.
Hyuna pun menciumi cincin itu dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus.
Beberapa saat kemudian, Hyuna sudah bersiap untuk berangkat dan menarik kopernya ke Lift untuk segera turun ke Lobby soalnya sedari tadi, hpnya berdering dan ada panggilan masuk ke dalam nomornya yang tidak lain adalah nomor Diandra.
Hyuna selalu berseri-seri saat mulai meninggalkan kamarnya hingga ke dalam lift bahkan sampai ke Lobby Hotel, senyuman selalu terpatri di wajahnya. Rasa sakit yang dia rasakan tertutupi dan terobati oleh hadiah cincin yang dia anggap adalah pemberian dari suaminya.
Apa yang dilakukan oleh Hyuna mendapat pelototan dan tatapan tajam dari matanya Diandra.
"Apa sih yang terjadi padanya? sedari tadi tersenyum sendiri seperti orang gila saja," Diandra lalu berjalan menghampiri Hyuna yang berniat untuk menggangu dan merusak kebahagiaan dari Hyuna.
"Apa sih yang Kamu lakukan di dalam kamarmu? sampai-sampai Kami harus menunggumu hingga kami hampir karatan di sini," sarkas Diandra yang melipat tangannya di depan dadanya lalu tangannya yang satunya menunjuk langsung ke dada Hyuna dengan volume suara yang cukup besar sehingga membuat beberapa tamu Hotel memperhatikan mereka.
Hyuna yang diperlakukan seperti itu tidak menggubris atau pun menanggapi perkataan dari Diandra dan hanya dibalas dengan senyuman khasnya yang mampu membuat meleleh hati pria manapun yang melihat dan menyadari kecantikan alami dan natural yang dimiliki oleh Hyuna.
"Kamu sudah datang, kita langsung berangkat ke Bandara Ngurah Rai saja." tutur Bagas tanpa berniat ingin menatap sedikit pun ke arah Hyuna yang mengharapkan senyuman dari suaminya.
Sedangkan di kamar yang yang bersebelahan dengan kamar Hyuna, yaitu tepatnya kamar Arjuna Alexander Lee. Arjuna yang baru terbangun dari tidurnya setelah pukul 01.00 siang Arjuna mengeluhkan sakit di kepalanya. pusing yang dia rasakan belum hilang juga sedari semalem.
"Ya allah apa yang terjadi padaku apa yang telah aku lakukan?" tanya Arjuna yang keheranan dengan kondisi tubuhnya sendiri.
Arjuna terduduk di atas ranjang king size-nya dan berusaha untuk mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Arjuna hanya bisa mengingat saat dirinya melihat kekasihnya yang selingkuh di belakangnya dengan pria yang menjadi produser nya sendiri selama ini.
"Kamu tega sekali melakukan hal itu padaku?, apa kurangnya diriku ini haaaa!!! Aku sudah setia, cintaku tulus padamu!!!" lalu melempar semua benda-benda yang bisa dia raih dan dalam jangkauan tangannya.
"Brukkkkkkk."
Pas Bunga serta barang-barang pajangan lainya sudah berhamburan di atas lantai keramik yang awalnya bersih sekarang dikotori oleh beberapa pecahan pecah beling. Untung saja kamar yang dia sewa adalah kamar yang kedap suara sehingga sang pemilik berteriak kencang sebesar apa pun volume suaranya tidak akan mampu kedengaran hingga ke luar kamar tersebut.
"Dasar wanita jalang, wanita tidak diuntung, wanita sial huhuuuhuhu."
Arjuna kemudian tubuhnya luruh ke lantai dengan deraian air matanya yang menyayat hati sanubari siapa pun yang melihat kondisi dari Arjuna.
Handphone yang tidak berdosa pun menjadi korban dari amukan dan kemarahannya Arjun. Hp itu terlempar ke dinding, untungnya hp yang digigit sepotong mereknya yang pastinya mahal dan tahan kuat walau pun dibanting dengan cara apa pun.
Arjuna semakin dibuat jengkel saat mengingat kembali hinaan yang dilontarkan oleh kekasihnya itu yang sudah menjadi mantannya.