"Mamii...." Dea melompat dari tempat tidur dan mendatanginya.
Nona mencium ke dua pipi anaknya. "Dea tunggu sebentar ya, ada yang mau Mami bahas sama Erik."
Dea mengangguk dan kembali lagi ke tempat tidurnya. Nona memberi isyarat pada Erik untuk ke luar kamar dan mereka berbicara di dekat tangga.
"Kamu laporkan semuanya ke Om Andres?"
Erik tidak menjawab.
"Oke enggak masalah, bagus kalau dia tahu. Kali ini aku akan melakukan apa yang Om Andres tapi kalo itu enggak berhasil, kamu harus ikuti apa yang aku perintahkan."
"Ya, Nona."
"Sekarang kamu bisa pergi karena aku enggak akan ke mana-mana lagi."
Erik pergi dan Nona masuk ke dalam kamar untuk bertemu dengan Dea. Setiap kali Nona berhadapan dengan anak perempuan itu, dia tidak pernah memperlihatkan wajah murungnya. Sekali pun hatinya hancur karena ditinggalkan oleh Roni dan memendam kemarahan pada Tamara, Nona tetap memaksakan tersenyum lebar.
"Tadi ngapain aja sama Erik?" Nona mengusap perlahan puncak kepala anaknya.