"Pak Bima, dia salah satu dosen yang mengajar di kampus dan sekaligus penanggung jawab organisasi ini."
"Apa kamu punya kartu namanya?"
Kana terdiam, karena dia tidak pernah memiliki kartu nama Bima. Akan tetapi dia tidak habis pikir. "Untuk kartu nama Pak Bima saya tidak bawa Om. Gimana kalau besok saya kasih kan ke Nadien? Ini juga kalau Om izinkan Nadien untuk ikut."
Papa Nadien tampak berpikir untuk mengizinkan anak perempuannya atau tidak. Akhirnya, dengan berat hati Ali mengangguk. "Saya izinkan, asal syaratnya bisa dipenuhi."
"Syarat seperti apa Om?" tanya Kana yang berusaha tenang.
Walau pun dia ingin sekali memprotes. Pasalnya kegiatan ini tidak benar-benar memerlukan Nadien tapi kenapa cewek itu bertingkah dia yang paling penting. Kalau bukan karena Nadien yang menjadi target Bima, sudah bisa dipastikan Kana tidak akan menerima Nadien sebagai anggota organisasi ini.