"Dugaan saya, Tuan Putri mengalami lupa ingatan Yang Mulia."
Bukan lupa ingatan, tapi aku orang lain dan bukan si putri itu. Kesal Victoria dalam hati.
Ia merasa kesal karna dia gak bisa ungkapin siapa dia sebenarnya. Semua orang yang ada disini pasti gak akan percaya kalau dia bilang, dia adalah putri pebisnis di Amerika. Mereka semua akan menganggap dia gila.
"Lupa ingatan? Maksudmu dia tidak mengingat apa pun?"
"Benar Yang Mulia,"
"Lalu apa obatnya? aku akan mengirim orang untuk mencari obat itu bahkan hingga ke ujung dunia sekalipun."
Tabib itu semakin menunduk dalam, "Maafkan hamba Yang Mulia, tapi tidak ada obat untuk ini. Sedangkan untuk kondisi fisik Tuan Putri sendiri ia baik-baik saja."
Raja hanya mendesah pelan, ia tau bahwa tidak ada obat untuk itu dan hanya ingin memastikan saja. Sementara Ratu semakin terisak mendengar bahwa putri kesayangannya tidak bisa mengingat apapun sekarang walau pun kondisi tubuhnya sehat.
"Baiklah, setidaknya ada yang harus kita syukuri untuk itu." ucap Raja, kemudian ia memerintahkan tabib untuk segera pergi setelah mengecek kondisi Tuan Putri.
Clude de Arandelle, The King of Arandelle kingdom menatap sejenak putrinya yang masih terbaring diatas ranjang lalu ia menatap seluruh pelayan yang ada didalam ruangan tersebut.
"Bantulah Putri Athanasia untuk mendapatkan kembali ingatannya, kalian juga harus mengenalkannya seluruh penjuru istana dan jangan biarkan dia sendirian. Jika sampai Putri Athanasia sendirian diIstana ini, kepala kalian semua akan kujadikan hiasan." Titah Clude dengan suara dingin, membuat semua orang yang ada disana menelan kasar salivanya.
"Baik Yang Mulia," jawab semua pelayan serempak sambil membungkuk hormat.
Ratu kembali menghampiri putrinya dan mengelus sayang surai kuning keemasan itu. "Ibu akan membantumu mengembalikan ingatanmu sayang, kau cukup percaya pada Ibu dan Ayah." ucap Sang Ratu lembut dengan senyum hangatnya.
Victoria hanya tersenyum, ia tidak tau harus menjawab apa. Walau pun ia sudah memutuskan untuk berpura-pura menjadi Athanasia, tapi dia tidak tau bagaimana gadis itu bersikap kepada orang sekitarnya dan bagaimana hubungannya dengan Raja dan Ratu.
Ratu menatap seorang pelayan yang ada disisi sebelah ranjang Athanasia, "Bantu Tuan Putri mempersiapkan diri untuk pelantikannya." Perintah Sang Ratu.
"Baik Yang Mulia Ratu," jawab pelayan muda itu dengan sopan.
Victoria yang mendangar kata 'pelantikan' mengernyit bingung. "Pelantikan? pelantikan untuk apa?" tanya gadis cantik itu, ia tidak tahan untuk tidak bertanya.
Ratu tersenyum dan dengan lembut menjawab, "Pelantikanmu sebagai Putri Mahkota sayang, seharusnya acara itu dilakukan minggu lalu tepat bersamaan dengan perayaan ulang tahun dan debutantemu tapi karna kecelakaan yang menimpamu dan kau juga tidak sadarkan diri jadi kami putuskan untuk menundanya."
*Debutante, wanita atau gadis yang baru memulai debutnya atau gadis bangsawan yang baru pertama kali menghadiri pesta.
"Tidak masalahkan jika kita membuatnya minggu depan? atau kau ingin istirahat lebih lama lagi?" tanya Sang Ratu dengan suara yang sangat lembut.
Carissa de Arandelle, the Queen of Arandelle kingdom memang dikenal sebagai Ratu yang lemah lembut, baik dan bersahaja. Sifatnya yang lembut sangat cocok dengan Clude yang memiliki sifat keras, arogansi, dominant dan otoriter. Namun begitu Ratu Carissa dikenal sangat tegas dalam memimpin sama seperti sang Raja.
Raja Clude dan Ratu Carissa adalah pasangan yang paling sempurna di Arandelle, tidak ada satu wanita pun yang mampu menandingi kecantikan Ratu Carissa kecuali putrinya Putri Athanasia yang memiliki gen kedua orangtuanya yang memang sudah sangat sempurna. Bahkan kecantikan selir Raja, Lady Rasta tidak sebanding dengan kecantikan Putri Athanasia maupun Ratu Carissa.
Victoria tersenyum kecil dan berkata, "Aku sudah baik-baik saja sekarang, jadi tidak masalah."
Victoria berpikir, lebih baik mereka disibukkan dengan persiapan acara sedangkan dia akan mencari cara untuk kembali kedunianya.
Ratu Carissa mengangguk dengan masih tersenyum lembut, "Baiklah, Ibu akan menyiapkan pesta yang paling mewah dan berkesan untukmu sayang."
Victoria tidak menjawab, ia hanya tersenyum kecil.
"Ratu, biarkan Athanasia istirahat. Sebaiknya kita kembali sekarang." ucap Raja Clude, ia mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh sang Ratu.
"Baiklah, kau bisa memanggil kami atau pelayan jika membutuhkan sesuatu sayang." ujar Ratu Carissa sebelum pergi dari ruangan itu.
Victoria tersenyum dan mengangguk kecil.
Sebelum pergi Ratu Carissa mengecup hangat kening Victoria dan berbisik, "Cepat sembuh little sun."
Baru setelah itu Ratu dan Raja benar-benar pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Panggil ksatria Felix untuk menghadap keruanganku." perintah Raja Clude kepada salah satu prajuritnya saat akan meninggalkan kamar Athanasia.
Sepeninggalnya Raja dan Ratu, seorang pelayan menghadap Victoria sambil membungkuk hormat.
"Tuan Putri, apa Anda ingin berendam air hangat?"
Victoria yang merasa perlu menjernihkan pikiran dan menenangkan jiwa, mengangguk kecil.
"Baiklah, saya akan menyiapkan air hangat dengan aroma rempah kesukaan Anda." setelah mengucapkan itu, pelayan tersebut pergi meninggalkan Victoria. Sedangkan pelayan yang lain sibuk menyiapkan Gaun, sepatu, dan perhiasan yang akan dipakai oleh Tuan Putri mereka.
Wah, kita memiliki satu kesamaan Athanasia. Sama-sama menyukai aroma rempah. Gumam Victoria dalam hati.
Victoria merupakan gadis yang biasa dilayani, jadi ia tidak canggung dilayani atau memerintah pelayan yang ada disana meskipun mereka bukan pelayannya.
Gadis cantik itu memilih turun dan berjalan kebalkon untuk menghirup udara sambil menunggu pelayan meniapkan air mandinya. Saat berjalan kearah balkon tanpa sengaja Victoria menatap dirinya dicermin.
Gadis ini memang bukan aku, ucapnya dalam hati.
Victoria dan Athanasia memiliki warna rambut yang sama, kuning keemasan. Hanya saja warna mata mereka berbeda. Victoria bewarna mata violet, sedangkan Athanasia memiliki warna mata biru seperti permata.
"Kau benar-benar sangat cantik Athanasia." gumam Victoria takjub.
Sebagai sesama wanita Victoria mengakui bahwa fisik Athanasia sangat mendekati kata sempurna. Wajah kecil berbentuk hati, kulit putih seputih porselen dan bahkan sangat halus, bibir kecil bewarna merah muda yang bahkan tanpa bantuan riasan wajah, wajah Athanasia sudah sangat cantik, bulu mata yang lentik seperti ekor merak saat mekar. Belum lagi bentuk tubuhnya yang ramping namun memiliki tonjolan yang pas dibagiannya untuk anak seumurannya.
Tanpa sadar Victoria mengelus wajahnya, Bukan! Tapi wajah Athanasia.
"Ternyata dewi memang ada." ucapnya pelan, ia masih mengaggumi wajah cantik Athanasia.
Apa yang terjadi padamu sehingga kau meninggalkan tubuhmu dan kehidupanmu ini, Princess? gumam Victoria dalam hati.
"Apa pun itu jangan khawatir, Athanasia! Aku akan mencari cara agar kita kembali ke kehidupan kita masing-masing. Dan kau, dimana pun kau berada kuharap kau baik-baik saja dan carilah cara agar kita kembali." gumam Victoria pelan, ia menatap pantulan dirinya yang ada dicermin.