"Selalu seperti itu," Alvian tersenyum sinis "Tatapan yang kuterima setelah penyakitku diketahui selalu sama. 'Anak ini enggak waras. Anak ini enggak bisa dipercaya'." Alvian menatap Ilyas tajam, balik merasa kesal. "Jadi, apa sekarang kamu juga berpikir aku benar-benar gila?"
"B-bukan begitu. Maksudku-" Ilyas berusaha menjelaskan maksudnya, tapi kebingungan memilih kata yang tepat. Alvian yang tidak peduli memotong kata-kata Ilyas.
"Sudahlah. Aku sudah terbiasa. Sekarang biarkan aku memikirkannya lebih dulu," pinta Alvian.
"Alvian, ini benar-benar darurat. Apa lagi yang mau kamu pikirkan? Kamu hanya perlu bicara jujur. Katakan semua yang kamu tahu," sahut Ilyas.
"Justru karena ini darurat, kita enggak bisa sembarangan," tegas Alvian. "Ilyas, ini tentang nyawa. Kalau kita salah memastikan, semuanya akan berantakan dan enggak akan ada yang bisa diulang."