Alvian menatap Ilyas lama, kemudian menghela nafas panjang. "Setelah Ayah kandungku berpisah dengan Ibu," katanya kemudian "Tawaran penempatan kerja di luar Negeri dari perusahaannya, Ayah terima."
Pikiran Alvian mengelana jauh ke masa lalunya. Ia mengenang. Bercerita tentang dirinya tidaklah mudah. Alvian selalu tertutup dan memendam segalanya. Melakukan hal itu membuatnya jauh lebih nyaman. Setidaknya, ia tidak perlu memikirkan prasangka orang lain terhadap dirinya.
"Bukan karena berteman dekat lantas kamu mengetahui segala- ah, maksudku merasa mengetahui segala tentangku." Alvian berbicara dingin pada Ilyas.
"Tapi bagaimana mungkin ..." Ilyas masih tidak percaya dengan cerita yang baru pertama kali ia dengar.
Alvian menggeleng. "Selama ini kamu hanya merasa tahu, bukan benar-benar tahu tentang kehidupanku."