Dibalik kepulan asap itu terlihat wajah yang tak asing, itu adalah Vall yang terlihat setengah tubuhnya berubah menjadi badan mekanik lalu kembali berubah ke tubuh awal manusia.
Bella dan Neil yang menyaksikan terperanga, keringat dingin langsung keluar dari tubuh mereka menyaksikan adegan itu.
"Vall, apa yang kau?!" Bella memekik nampak tak percaya dengan terjadi.
Namun Vall tak mempedulikannya, tangan kirinya mulai tercipta senapan api lalu di arahkan ke Bella. Namun sebelum Vall menarik pelatuknya, Tirta bangun dari puing-puing bangunan lalu menendang cukup keras hingga Vall terlempar beberapa meter dengan sebagian tubuh yang hancur. Tubuh Tirta sedikit terluka namun ia masih sanggup berdiri.
"Tirta, kau tak apa?" Neil mendekat, namun tentu saja ia tak dapat melakukan apapun hanya sekedar menanyakan keadaannya.
"Ya, ayo kita pergi dari sini."
Tanpa berkemas dan hanya mengambil alat prisma yang digunakan untuk berpindah dimensi, mereka bertiga kemudian pergi sebelum Vall bangkit.
Muncul bunyi sirine dan beberapa penduduk mulai melihat ke arah mereka.
"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?!" teriak Neil.
Penduduk tersebut kemudian berlari dan merubah lengannya menjadi senjata. Sementara lainnya juga memunculkan tanaman di tubuhnya berniat memburu mereka bertiga.
"Begitu ya," gumam Tirta sembari berlari.
"Ada apa dengan semua ini?" Neil nampak panik, bersamaan juga dengan Bella tak kalah paniknya.
"Hei, tunggu! Jangan terlalu cepat!" Bella berlari gontai dengan napas yang lumayan kacau akibat adrenalinnya yang meningkat.
Tirta melirik kanan dan kiri lalu memperhatikan medan sekitar, "Kalian berdua pegangan padaku."
Namun karena respon mereka lamban, Tirta berbalik langsung menangkap lengan Neil dan Bella. Secara cepat pemandangan langsung berubah di atas gedung, Tirta telah berteleportasi untuk kabur dari kejaran itu.
"Tirta, bagaimana kau melakukannya?" tanya Bella heran.
"Jangan senang dulu, lihatlah disana."
Beberapa robot layaknya humanoid mulai berdatangan menuju gedung, dari belakang pintu atap gedung kemudian terdengar suara, pintu itu terbuka mengagetkan Neil dan juga Bella.
Itu adalah Lina, tubuhnya penuh dengan luka, langkahnya sempoyongan. Bella dan juga Neil yang menyadari itu segera mendekat ke arah Lina, saat Lina akan jatuh Neil kemudian menangkapnya.
"Hei, apa yang terjadi? Ada apa dengan tempat ini?" Neil nampak panik melihat luka Lina yang parah namun ia juga tak bisa menghiraukan atas situasi yang sudah terjadi di sekitarnya.
"Ugh—ughh ... Kalian harus pergi," ucap Lina menahan sakit, pergelangan kaki kirinya terlihat terkilir dan membiru sementara pundaknya berdarah terlihat ada potongan yang cukup dalam.
"Apa yang terjadi, dimana Bill?!" Bella nampak pucat dengan mulut sedikit bergetar, posisi sekarang benar-benar membuatnya bingung.
Setelah mengamati keadaan sekitar, Tirta segera mendekat ke arah mereka. Dengan wajah yang cukup tenang Tirta mengambil pisau di saku lalu dengan cepat menyayat bagian kaki dari Lina yang membiru dan memisahkan bagiannya.
"Agghh! Apa yang—" Lina berteriak, suaranya tercekat oleh rasa sakit yang amat kuat begitu cairan merah keluar dari tubuh bagian geraknya.
Tirta dengan cepat mengambil kain dari sakunya, menghentikan pendarahan dari Lina.
"Lihatlah baik-baik," ucap Tirta ketika membuang bagian kulit kaki tersebut, nampak bagian kulit kaki itu mulai berubah menjadi partikel-partikel kecil, partikel itu kemudian berubah menjadi humanoid.
"Apa itu?" Neil nampak heran, sementara Bella hanya dapat terpaku oleh pemandangan mengerikan itu.
"Bionano yang memiliki kecerdasan setara seluruh makhluk di dunia ini," ucap Tirta dengan memandangnya cukup serius, "Itu partikel penyusun yang bahkan lebih kuat dan terampil daripada DNA makhluk hidup, aku tak tahu mereka bisa mengalami singularitas secepat ini," jelas Tirta, ia sedikit menyeringai ketika mengetahui hal itu.
"Kita harus bagaimana?" ucap Neil panik.
"Sederhananya kalian harus cepat pergi dari sini," jawab Tirta kemudian mengambil prisma lalu melemparkannya pada Neil.
"Tapi bagaimana dengan Bill?!" teriak Bella.
"Maaf Bella, Bill termasuk Moriv—Mereka sudah—" ucap Lina tercekat. Sebelum Lina menyelesaikan perkataannya, suara gemuruh terdengar.
Darr!
Pintu di atas gedung itu hancur, dan siluet tiga orang muncul: Moriv, Bill, dan Vall.
Wajah Bella sejenak sumringah. "Itu mereka—" Namun belum sempat ia melanjutkan perkataannya, Bella menyadari sesuatu yang mengerikan. Tubuh mereka terlihat bukan lagi manusia; beberapa lengan dan bagian tubuh lainnya berubah menjadi senjata. Meskipun sesaat kemudian senjata itu menghilang, Bella tetap merasakan sesuatu yang berbeda dari Bill.
"Hei ... Bella, Neil, kemarilah kalian tidak boleh bersama dia, dia adalah ancaman bagi dunia kita," ucap Bill.
Neil yang bingung kemudian mencoba memastikan, "Ada apa dengan kalian?! Apa yang terjadi dengan kalian, itu masih diri kalian bukan!?"
"Tentu saja, sekarang kami abadi, dan dalam satu keteraturan, kini kita tak perlu melakukan hal-hal primitif seperti dulu," ucap Moriv yang berada di samping Bill dengan nada yang santai.
"Itu mengerikan," ucap Bella dengan setengah ketakutan. Ia kembali melanjutkan perkataannya, "Kenapa kalian? kenapa ..."
Nada Bella menjadi sedikit sesak, matanya berkaca-kaca. Ia bahkan tak tahu harus melakukan apa saat ini, yang dia pikirkan hanya ingin semuanya kembali seperti semula dan pergi dari sini.
Tirta yang mengamati mereka mulai melakukan persiapan untuk bertarung dengan menciptakan hologram kemudian menjadi busur panah, sementara Neil mulai menyalakan alat itu. Tirta yang mengetahui kondisi yang mulai mendesak, ia langsung mendekat ke arah mereka bertiga lalu menteleportasikannya ke luar kota.
***
"Pergilah lebih dulu Neil, bersama yang lain," perintah Tirta yang saat ini mereka sudah berada di dekat pepohonan jauh dari posisi sebelumnya.
Nampak Neil terperanga melihat kemampuan Tirta menteleportasikan mereka berdua ke tempat ini, "Bagaimana denganmu, apa kau bisa menyelamatkan mereka?"
"Sayangnya tidak, tubuh mereka sudah di restruktur ulang."
"Tapi Bill?" Bella masih tak sanggup menerima semua itu, nadanya sedikit terisak.
"Maaf Bella, tapi memang seperti itulah kehidupan, bukannya aku tak punya perasaan, atau mencoba menyudutkanmu, tapi bukankah kehidupanmu sebelumnya di kasta rendah juga seperti itu?" ucap Tirta.
"Tapi ..."
Pikiran Bella berputar, ia tahu bahwa kehidupannya dulu sudah terlihat seperti makan atau dimakan. Namun dalam perkara keluarganya, ada standar berbeda ketika ia merasakan itu. Badannya masih gemetar memikirkan bahwa seseorang yang paling dekat dengannya sudah tak dapat diselamatkan.
Tak berapa lama, Neil sudah mengaktifkan portal dari prisma tersebut kemudian membopong Lina dan berteriak ke arah Bella, "Ayo Bella, kita pergi!"
"Sebaiknya kau segera menentukan pilihanmu Bella, lihat di sekitarmu, jika kau tak pergi kau juga akan berakhir sama sepertinya," ucap Tirta sembari duduk dan mengusap air mata Bella. "Dia mungkin berharap kau tetap mendapatkan kebebasannya."
Perlahan di kota tersebut mulai terlihat partikel hitam mulai mengarah ke tempat mereka.
"Bagaimana denganmu Tirta?"
"Ada yang harus ku selesaikan disini, nanti aku akan menyusul."
*****