"Apa itu?" tanya Bella dengan penasaran, matanya menyapu ruangan yang suram dan berdebu.
"Itu adalah semacam slime," jawab Mikka dengan nada datar, matanya tetap fokus pada objek di dalam kurungan.
"Oh ... Begitu ya, Mikka—Maksudku Senior. Aku pernah melihatnya di TV, apa itu juga memiliki fungsi yang sama seperti di film dewasa?" tanyanya dengan nada menggoda.
Bak!
Bella langsung terkena pukulan tepat di kepalanya oleh Neil. Suara benturan itu menggema di ruangan yang sempit dan lembap, menggetarkan debu-debu yang menggantung di udara.
Dengan tatapan serius, Neil berkata, "Bisakah kau menjaga sopan santunmu?"
"Aku mencoba mencairkan suasana!" Bella membalas dengan kesal, wajahnya cemberut, sementara suara mereka bergaung di antara dinding-dinding kusam
"Dengan candaan mesum itu, kenapa kau tak coba bermain dengan goblin di sebelah sana?" tunjuk Neil ke arah ruangan penjara paling pojok.
"Apa kau ingin menyiksaku?"
Dan timbul kembali konfrontasi antara mereka berdua, terpaksa Mikka kemudian menghentikan eksplorasinya, lalu membawa mereka kembali ke permukaan.
***
Tiga hari kemudian berlalu.
Lina nampak sudah sehat, mereka semua kemudian berkumpul di aula Istana. Termasuk perempuan yang diselamatkan oleh Mikka yang kini diberi nama Silya, rambutnya terlihat mulai menghitam, wajahnya terlihat lebih cerah.
"Baiklah, hari ini kita akan rapat dalam pembagian tugas, lalu akan kuberikan informasi soal iblis dan para raja Iblis disini."
Sesaat kemudian Bella mengacungkan tangannya. "Bagaimana dengan sarapan paginya?"
"Ya, kita akan sarapan setelah ini Bella," ucap Tirta menanggapinya dengan tenang. Ia kemudian kembali berucap, "Jadi sebelum kita mulai ada yang mau bertanya atau ke kamar mandi?"
"Ini seperti sekolah saja," gumam Neil.
Bagaimana tidak, ruangan ini memang ditata Tirta hampir mirip seperti sebuah sekolah, di mana ada bangku dan beberapa orang yang duduk serta Tirta menjelaskan di papan sementara Mikka sebagai operator.
"Aku dengar suara malasmu itu Neil, kau sepertinya perlu cuci muka," ucap Tirta.
"Bu Guru, aku ingin bolos saja."
"Kalau kau bolos, kau tidak dapat sarapan siang."
Hal itu membuatnya langsung diam dan terpaksa harus duduk mendengar penjelasan Tirta selanjutnya.
"Baiklah, mari kita mulai."
Tirta kemudian mengambil sebuah kertas besar lalu menggantungkannya di atas papan tulis, Itu adalah sebuah peta yang sangat besar.
"Ini adalah gambaran benua terdapat 7 benua di dunia ini dan masing-masing benua saat ini memiliki cuaca dan tempat yang ekstrem."
Telunjuknya kemudian mengarah di peta paling ujung, Ia kemudian menjelaskan karakteristik benua pertama adalah benua Allma.
Benua tersebut adalah benua yang pernah dilewati oleh Mikka dan Tirta, juga misi ketika menghabisi pemukiman goblin lalu menyelamatkan Silya.
Ciri khas benua ini adalah padang gurun dan pepohonan yang mati serta awan yang selalu terlihat merah dan asap yang muncul di setiap waktu.
Ia kemudian mulai menjelaskan iblis-iblis yang tinggal di tempat tersebut termasuk ekosistemnya yang banyak dihuni oleh Iblis Goblin dan serigala.
"... Dan begitulah ciri khas dari benua Allma." jelas Tirta seperti seorang guru.
lalu sejenak Neil mengacungkan jarinya, "Jadi menurut informasi kita sudah mengalahkan raja iblis Goblin dan raja iblis Serigala itu kan?"
"Kita sebenarnya masih menyegel Raja Iblis Serigala dan untuk Raja Iblis Goblin kita masih mencari pusatnya, karena dia memiliki kemampuan untuk membelah diri dan menjangkiti orang-orang di sekitarnya."
Neil setelah mendengar itu kemudian hanya mengangguk setelah mendapat jawaban dari Tirta.
Tirta kemudian kembali menjelaskan benua lainnya, selama beberapa jam ia juga menjelaskan karakteristik iblis yang ada di sekitar dan bagaimana cara melawannya.
Dan setelah semua penjelasan itu usai, Tirta lalu memberikan beberapa rencana setelahnya.
"Jadi begitulah, aku dan Mikka akan keluar dari tempat ini dan pergi ke dataran salju. Sementara kami pergi, kalian jagalah tempat ini."
"Entah kenapa aku merasa de javu."
"Ya Mikka, aku kemarin menyuruhmu berjaga bukan? Tidak adil rasanya jika aku menyuruhmu berjaga terus, itu pasti membosankan, jadi kita berdua akan pergi ke tempat yang menyenangkan."
"Aku tidak masalah, tapi apa kau yakin hanya mengajakku?"
"Ya, bukankah sudah lama kita tidak berkencan?" ucap Tirta sembari mengedipkan salah satu matanya, nampaknya ia tak sungkan meski banyak orang yang mendengarnya.
Kecuali Mikka, ia terlihat kurang enak ketika orang lain terperanga melihat aksi Tirta yang terlihat menggoda namun romantis.
"Melakukan misi di tempat antah berantah, apa itu bisa disebut berkencan?"
Di tengah perbincangan mereka Bella kemudian mengangkat tangannya, "Permisi sebentar, apakah pertemuan dan topik ini masih layak untuk menjadi tema pembelajaran umum!" teriaknya dengan lantang.
Kemudian seketika itu ditanggapi oleh Tirta, "Oh, tentu saja Bella, mengingat kita sekarang adalah keluarga tentu saja ini termasuk penting mengetahui kondisi keluarga satu sama lain."
"Ke-keluarga?"
"Ya, atau kau ingin aku mencarikanmu jodoh?" tanggap Tirta sembari menepukkan tangan.
"Keputusan macam apa itu, apa ratu juga mengurusi urusan pribadi orang lain?!"
"Tentu saja tidak, tapi kalau kau ada masalah, kami siap membantu kapanpun."
Bella menatap Tirta heran, namun kemudian Neil di sebelahnya menepuk punggungnya, "Lihat kan Bella, beruntung sekali ada yang mau membantumu mencari jodoh, sekarang kau tak perlu lagi bergantung pada aplikasi dating yang menipu."
"Apa kau bilang?"
"Ya, kau pikir dulu aku tak melihatmu memasang aplikasi dating, tapi kau tahu Bella, aplikasi semacam itu hanya tipu-menipu, mereka menggunakan AI lalu sekalipun pegguna asli ada, mereka menjebak penggunanya dengan pasangan yang salah, agar kau selalu memakai aplikasi tersebut."
Bella mulai tak sabaran, ia kemudian berdiri dan memegang kerah Neil, "Sekali lagi kau bicara, kupukul kau!"
"Menakutkan sekali, jika kau memukulku berarti itu mengindikasikan perkataanku benar kan?" ucapnya santai sembari mengejek.
"Oh iya! Akan kuberikan kau sesuatu tentang seberapa menyakitkannya kebenaran!" Bella mengepalkan tangannya.
Sebelum ia sempat mengangkat tangannya ke belakang, Mikka langsung bertindak dengan memegangi Bella. "Hei, Bella, tunggu jangan lakukan itu."
"Lepaskan aku!" teriak Bella dengan wajah yang memerah.
"Biarkan saja Mikka, aku melihat ada bibit-bibit cinta disini," ucap Tirta dengan tenang.
Tak berapa lama wajah Bella menjadi semakin merah bak tomat matang, ia kemudian pergi begitu saja keluar dari ruangan itu.
*****