Awan gelap mulai terlihat, namun awan itu bukan awan biasa; itu merupakan mesin nano dalam jumlah besar yang tampak seperti debu.
Neil dan yang lain pun segera masuk melalui portal yang sudah terbuka untuk kembali ke dunia Tirta. Sebelum Neil melangkah masuk, ia melihat Tirta menengadahkan tangannya ke langit. Banyak meteor muncul dari langit, menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Saat angin mulai menyapu sekitar, Neil membawa yang lainnya masuk ke portal, meninggalkan Tirta sendirian.
"Baiklah, sekarang bagaimana ya?" Tirta bersikap santai sembari memperhatikan sekelilingnya.
Satu per satu meteor yang diciptakan Tirta berjatuhan menghantam debu-debu mesin nano tersebut. Namun, debu mesin itu mengubah meteor menjadi mesin-mesin baru yang jauh lebih banyak.
Tirta mulai mengarahkan busur panahnya. Dari tangannya muncul panah api yang besar, menyala terang seperti nyala matahari di tengah hari. Saat ia melepaskannya, panah api itu terpecah menjadi ratusan bagian, menghantam debu mesin dengan kekuatan dahsyat. Ledakan api memancar seperti kembang api di langit siang, menghancurkan mesin nano satu per satu.
Namun, mesin nano itu dengan cepat beradaptasi, menciptakan ketahanan baru di mana api tak lagi mempan. Tirta menghilangkan busur panahnya, menatap tenang pada gelombang nano yang semakin mendekat, seperti lautan pasir yang mengancam menelan segalanya.
Tak menunggu waktu lama, debu mesin nano itu salah satunya berubah menjadi wujud Vall juga disusul dengan yang lainnya, dengan berbaris rapi menciptakan keseragaman yang mengerikan untuk dipandang. Tirta masih menatap mereka cukup santai dan mulai berjalan ke arah mereka.
"Hal yang akan kau lakukan itu percuma, kami lebih kuat dari yang kau kira," jelas Vall kepada Tirta.
"Semua alam, baik tanaman, hewan, unsur yang ada di alam semesta, beserta kecerdasan seluruh manusia sudah bergabung menjadi satu-kesatuan. Dan kami semua dapat mengakses kemampuan dan pengetahuan itu," terang Vall dengan tatapan dingin seolah emosinya sudah mati.
"Kau mungkin takkan menyadari kami telah mengirimkan beberapa mesin nano kecil saat mereka membuka portal dimensi, setelah ini kami akan ke tempatmu dan mengambil semuanya darimu." Vall kemudian mengubah tangannya menjadi lebih besar dengan sebuah cakar mekanik sementara anggota tubuhnya yang lain juga berubah ke mode tempur dengan banyak armor mekanik yang terpasang.
"Memang hebat sebuah kecerdasan buatan yang sudah mengalami singularitas, tapi apakah kecerdasan dan kesatuan itu mampu untuk mengalahkanku?" Tirta menatap tajam, hawa sekitar langsung memberikan tekanan gravitasi kepada Vall dan yang lain.
Namun kemudian tekanan itu menjadi tak berarti, Vall yang sudah menjadi makhluk sempurna, ia berhasil beradaptasi dengan cukup singkat seolah gravitasi tersebut menjadi mengikuti arahan dari pikirannya.
"Sayang sekali, kemampuanmu tak akan bereaksi kepada kami."
Tiba-tiba seluruh manusia yang terbentuk mulai bersatu ke diri Vall, itu membuatnya menjadi entitas yang lebih kuat dari sebelumnya, tubuhnya seperti membentuk ruang di alam semesta, wajahnya menjadi tak terlihat seperti makhluk hidup melainkan sesuatu yang dalam dan luas bak langit malam yang dipenuhi dengan warna bintang.
"Sepertinya kemampuanmu berkembang secara eksponensial." Tirta kemudian mulai merentangkan tangannya membuat pakaiannya berubah menjadi model armor warna merah dan biru, memiliki renda-renda dan motif bunga di tiap ujungnya.
Vall tak tinggal diam, ia mengayunkan tangannya, memicu sebuah pusaran angin dahsyat dan mencoba menyayat tubuh Tirta.
Namun, sebelum angin itu mengenainya, Tirta berteleportasi ke atas. Dengan gerakan cepat, Tirta menciptakan hologram sebuah pedang besar bersiluet merah, lalu menghempaskannya seketika. Pedang itu membelah pusaran angin, Vall, dan permukaan tanah di bawah mereka. Belahan dari serangan Tirta membentang hingga hampir sepuluh kilometer, menciptakan pemisah yang lebar di antara dataran-dataran itu menciptakan semacam gempa.
Tapi Vall tak bergidik, tubuhnya kembali ke bentuk semula, ia kemudian melompat langsung berada di belakang Tirta. Ia mencoba memukul namun Tirta menangkisnya.
Pukulan itu menciptakan ledakan yang mampu memecahkan partikel atom secara beruntun, membuat Tirta terpental jauh ke darat.
"Ughh ... itu benar-benar luar biasa," ucap Tirta, ia kembali berdiri dengan luka-lukanya yang mulai sembuh secara cepat. Tapi kemudian Vall langsung berada di depannya.
"Nampaknya kau masih mampu memperbaiki jaringan syarafmu." Vall kemudian membelah diri menjadi beberapa bagian.
"Oh, jadi ini akan jadi satu lawan banyak ya?"
"Aku tak mengerti kenapa kau masih bisa bersikap tenang setelah sejauh ini."
"Ya, apa kau mulai ragu? Bagaimana kalau kau menyerah saja, dan mengembalikan dirimu seperti semula lalu menghancurkan teknologi ini, aku mungkin masih bisa memaafkanmu."
"Melepaskan kekuatan maha dahsyat ini, itu tidak mungkin, bahkan sebentar lagi aku akan mempelajari dirimu dan menyalin seluruh kemampuanmu."
"Begitu ya, cukup unik juga aku bisa melihat entitas setara alam semestanya namun masih dapat mempertahankan kesadarannya sebagai manusia, tapi baiklah mari kita buktikan siapa yang lebih unggul."
**
Vall mulai melesat menyerang Tirta dari belakang dengan pukulan lagi, namun Tirta berhasil menahannya dengan tangan, meski ledakan-ledakan itu kembali terjadi menerjang tanah dan area sekitar. Banyak duplikat Vall yang dihancurkan Tirta, namun seiring itu pula Vall terus membelah dirinya. Mereka bergerak dengan kecepatan yang hampir menyamai kecepatan suara, ekosistem di sekitar ikut luluh lantak.
Mereka beradu dan merusak wilayah sekitar seperti bom atom seberat 100 kilo yang dijatuhkan di berbagai wilayah.
Tak berapa lama, intensitas pertempuran mereka mulai turun kembali.
"Kelihatannya kau sudah mulai kelelahan ya?" ucap Vall, tubuhnya yang hancur mulai meregenerasi.
Sementara itu, napas Tirta tersengal, beberapa pakaiannya rusak seperti terbakar. "Kau benar, sepertinya aku akan kalah sebentar lagi."
"Tapi matamu menyiratkan bahwa kau belum ingin mengalah." Vall nampak ragu ketika Tirta masih menatap tajam dirinya.
Vall kemudian memunculkan drone dalam tubuhnya. Drone-drone itu melayang di sekitar Vall sebanyak 10 biji lalu tiba-tiba Drone itu melakukan mode penyamaran sehingga Tirta mulai kesulitan mendeteksi.
Slash!
Drone itu mulai menyerang menggunakan laser, Tirta lalu menghindarinya menggunakan insting bertarung. Namun beberapa kali itu mengenai tubuhnya, sehingga membuatnya kesakitan disebabkan tubuhnya yang mengalami luka terbakar di beberapa bagian.
"Aghh, kau benar-benar tanpa ampun." Dalam beberapa menit setelah serangan itu, Tirta terduduk sembari memegang perut sebelah kiri yang berdarah.
"Apa kau sudah selesai?" tanya Vall.
*****