Chereads / Isekai Dungeon / Chapter 47 - Lingkungan Labirin

Chapter 47 - Lingkungan Labirin

"Hmm ..." 

Di dalam perpustakaan, terdapat seseorang yang sedang sibuk membaca buku, tidak lain adalah Mikka.

Ia melenguh sesekali menggaruk kepalanya meski tak gatal, ia merangkum poin-poin penting yang ada dalam buku. Beberapa kali ia mencoret-coret tulisannya di kertas, lalu menuliskan ulang. 

"Senior!" teriak Bella sembari menepuk punggung Mikka, seketika membuat badan Mikka tersentak. 

"Astaga, aku mencoretnya lagi, apa yang kau lakukan Bella?" tanya Mikka sedikit gusar.

"Aku sebagai juniormu, termasuk Neil disini ..." Bella juga bersama Neil disampingnya, dengan wajahnya yang ceria ia melanjutkan perkataannya. "Aku ingin memberitahumu, bukankah sudah waktunya mendidik junior seperti kami?"

"Memangnya jam berapa sekarang?"

"Jam 4 sore," jawab Neil di samping Bella dengan wajah yang datar.

"Apa?! Kenapa kalian tak mengingatkanku?" ucap Mikka.

"Senior sendiri yang harusnya mengingatnya kan? Itu tanggung jawab Senior," balas Neil kembali. 

Sebenarnya, selepas beberapa hari setelah kejadian itu, Neil dan Bella akhirnya mulai beradaptasi dengan lingkungan di dunia Tirta. Mikka diberi tanggungjawab oleh Tirta untuk mengajari mereka dengan beberapa hal.

Sekembalinya Tirta, ia juga sudah menghancurkan seluruh mesin nano yang tersisa disini, itu artinya sudah tidak ada ancaman lagi. 

**

Setelahnya mereka kemudian pergi ke lapangan utama, di lapangan ini terhampar padang rumput yang terjaga dengan rapi.

Pohon-pohon rindang yang tinggi menjulang ke langit, menambahkan pesona tersendiri. Pepohonan ini memberikan naungan sejuk yang melindungi lapangan dari terik matahari siang dan sore.

Meskipun langit dan matahari hanyalah sebuah hologram yang tercipta dari sistem di istana ini. Namun nuansanya sama dengan aslinya.

"Maafkan aku, aku hampir lupa," ucap Mikka. 

"Senior, bagaimana dengan Lina dan gadis itu?" tanya Neil.

"Mereka masih dalam perawatan Tirta, kita fokus saja disini."

"Baik!" ucap mereka berdua bersamaan.

Mikka kemudian sedikit memicingkan matanya, memeriksa setiap detail dalam sebuah catatan yang sekiranya belum ia lakukan. 

"Kurasa, hari ini kita masih pengenalan lingkungan, kita akan menjelajah labirin bawah tanah Istana ini."

Nampak Neil dan Bella terlihat lesu ketika mendengar hal itu, sudah sekitar dua hari Mikka hanya memberikan pelajaran soal pengenalan lingkungan saja.

"Senior? Kapan pelajaran soal kemampuan super itu? Aku—aku ingin bisa terbang!" teriak Bella dengan penuh semangat. 

"Tidak, kita tidak akan melakukan itu, lagipula itu terlalu beresiko. Menjelajah labirin juga pilihan yang menyenangkan," jelas Mikka.

Sejujurnya jika Mikka harus mengajari mereka bagaimana tentang kemampuan astral itu, ia belum memiliki cukup pengalaman. Jadi Mikka berpikir untuk memberikan mereka pelajaran tentang lingkungan di sini terlebih dahulu.

"Baiklah," ucap Bella terlihat malas lalu jarinya kemudian menunjuk ke arah Mikka dan kembali berkata, "Kalau tidak menyenangkan, berikan aku porsi tambahan untuk makan malam—"

Duk!

Sebuah pukulan kecil mendarat ke kepala Bella, tidak lain diarahkan oleh Neil menggunakan tangannya.

"Apa yang kau lakukan Neil?!" protes Bella.

"Setidaknya, perlihatkan sopan santunmu."

"Apakah kau tidak bisa membedakan tuntutan dan sopan santun Neil?"

"Dasar bodoh, kau sendiri juga tak paham soal itu."

Dari sisi Mikka, dia hanya mampu memperhatikan saja pertengkaran kecil mereka berdua sembari melemparkan senyum tipis ke arah mereka.

**

Setelah beberapa pertikaian kecil, mereka berdua akhirnya berada di labirin mengikuti ajakan dari Mikka. 

Jika dilihat secara seksama, struktur dinding-dinding ini terkesan kuat, terbuat dari batu-batu kuno yang telah berdiri tegak selama berabad-abad. 

Bahkan ketika berhadapan dengan Raja Iblis Serigala sebelumnya, labirin bawah tanah di tempat ini tidak sedikit pun mengalami kerusakan.

"Baiklah ikuti aku," ucap Mikka yang mulai memasuki muka labirin.

Labirin ini tidak hanya difungsikan sebagai tempat untuk berlatih atau memenjarakan tawanan, melainkan juga digunakan sebagai tempat persembunyian termasuk bertahan ketika terjadi kondisi di luar kendali. 

Mikka menyadari bahwa tempat ini memiliki banyak fungsi khusus yang belum pernah ia jelajahi sebelumnya.

Tirta hanya memberi gambaran dan pengetahuan sedikit soal labirin tersebut jadinya Tirta memberikannya kebebasan Mikka untuk mengeksplorasinya, sebab Tirta sendiri tak terlalu suka dengan labirin di bawah Istana.

"Jadi ke mana kita memulainya?" tanya Bella yang berada di belakang Mikka. 

"Baiklah kalian tetap berada di dekatku aku akan menjelaskannya satu-persatu, mulai di sebelah kanan ini adalah ruang gudang makanan."

Mereka kemudian kembali berjalan lurus lalu berbelok ke arah kiri. Dalam beberapa menit perjalanan terdapat dua lorong pintu percabangan lainnya.

"Suara apa itu?" Bella kaget ketika mendengar sesuatu seperti amukan hewan liar, Ia kembali melanjutkan perkataannya. "Aromanya juga tidak sedap."

Beberapa saat kemudian Mikka mulai berbicara ketika suara makhluk terdengar lebih keras karena sudah berada dekat dengan tempatnya. "Disitu adalah lorong penjara, aku yakin kalian tak ingin melihatnya jadi mari ke ruangan lainnya."

"Tunggu, aku ingin melihatnya," Neil mengacungkan jarinya. 

"Tunggu Neil, Kenapa kau ingin ke sana, memangnya kita akan menemukan sesuatu yang bagus? Tidakkah kau berpikir suaranya saja sudah cukup menyeramkan!" Bella mencengkeram lengan Neil ketika ia berusaha untuk masuk ke ruangan penjara.

"Ayolah Bella, apa kau tidak penasaran makhluk apa saja yang ada di situ?"

"Tidak, baunya saja sudah cukup menjijikan, pasti bentuknya juga tidak karuan."

Mikka yang sedari tadi diam kemudian mencoba menengahi mereka. "Bella, bagaimana jika kau menunggu di sini saja sementara aku dan Neil masuk ke dalam?"

"Apa? Kenapa begitu? Kenapa tidak biarkan Neil saja sendirian di sana?"

"Baiklah, aku akan ..." 

Tiba-tiba Mikka langsung menyeret Bella untuk ikut bersama Neil untuk masuk.

"Hei, kenapa? Aku malah diseret—"

"Ya, maaf saja, mau tak mau kau juga harus ke sini suatu hari nanti, jadi lebih baik ikut saja."

"Tunggu! Aku—Tidak!" Bella mencoba meronta namun tenaganya tentu saja kalah jauh dengan Mikka. "Ini kejahatan!"

**

Namun tak butuh waktu lama, Bella malah lebih antusias ketika melihat makhluk-mahluk di penjara labirin.

"Hewan apa itu? Menarik sekali?!" ucap Bella menunjuk salah satu sel dengan jarinya. 

Bentuknya seperti seekor burung memiliki empat sayap namun juga memiliki dua tanduk di kepalanya dan ekornya berbentuk seperti api.

Mikka yang berada di samping kemudian menjelaskan, "Itu bukan hewan, itu monster hati-hati dia bisa membakar jika kau terlalu dekat."

"Aku jadi ingin memeliharanya—Hwahh!" Bella kaget ketika makhluk itu menyemburkan api, untungnya tangan Mikka sigap dan segera menariknya ke belakang. 

"Sudah kubilang hati-hati."

Namun setelah tetap tak merasa takut dengan itu, ia masih antusias melihat keindahan burung tersebut.

"Bisakah ini dipelihara?"

"Tidak, lebih baik jangan."

Mata Bella kemudian beralih ke arah lain, ada sebuah monster tak berbentuk seperti cairan yang menggumpal.

*****