Aki merasakan kakinya lemas tak berdaya, dengan sisa kekuatannya Aki bersandar ke dinding, menumpukan tubuhnya yang lemah. Dia meringis karena rasa panas terasa semakin tak tertahankan. Jantungnya berdetak cepat dengan ritme tak beraturan, rasanya seperti api berkobar menyelubungi seluruh tubuhnya- membakarnya. Semakin menyebar hingga ke ujung dan setiap sel miliknya.
Nafasnya semakin pendek, seolah oksigen di sekitarnya menipis. Pandangannya mengabur karena kekurangan oksigen.
Tak mampu lagi menopang tubuh dengan kakinya, Aki merosot kelantai dengan suara debaman yang cukup keras. Bisa dia rasakan sesuatu mengalir membasaki pahanya dan bagian belakang celana. Firasatnya buruk tapi Aki tak lagi mampu memikirkan kemungkinan apapun.
Dia panik.
"Aki!.."
"Nii-sama!"
Suara itu.. terdengar familiar, datang dari arah yang berbeda. Merasa Hiroshi dan Asahi berada didekatnya, dengan seluruh kekuatan dan energi yang dia punya, Aki berusaha mengangkat tangannya meminta pertolongan. Pandangannya kian menggelap hingga ke titik dia tak bisa melihat apapun lagi, telinga berdengung dan tak dapat mendengar apapun, tapi dia masih sadar. Lalu…
Boom!
Seperti bom, pheromone Aki meledak dan dengan cepat menguar keseluruh penjuru taman belakang rumahnya. Baunya menyegarkan seperti buah peach, tapi begitu memabukkan, hingga mampu membuat alpha yang menciumnya kehilangan akal seketika. Sejenis kehilangan akal spontan seperti rabies.
Hiro dan Asahi ambruk dengan keras secara bersamaan karena ledakan pheromone yang begitu pekat. Pupil mata mereka memancarkan cahaya kecemasan yang berkilau meski cahaya matahari menerangi, secara serentak.
Tubuh Asahi dan Hiro terasa berat. Tapi, mereka menyeret tubuhnya dengan segala cara dan semua kekuatan ke arah Aki, bagai zombie yang menemukan makanannya.
Aki bisa merasakan tubuhnya di tarik dari dua arah sementara pakaiannya terkoyak, bibirnya di sambar dengan ganas, dihisap kuat dan digigit. Aki tak bisa berbuat apapun, pandangannya masih hitam, dan dia hanya bisa bereaksi dengan lenguhan pendek yang keluar dari sela bibirnya bersamaan dengan saliva yang bercampur antara dia dan entah siapa, air matanya meleleh tak terkendali.
"khfff.."
Beberapa menit setelahnya para maid berlarian ke arah tiga remaja itu, dengan panik memisahkan Hiroshi dan Asahi yang berebut merobek pakaian Aki. Setelah mendengar Seira dan Kazuhiko yang menjerit histeris sambil menangis keras melihat Aki dikerubungi bagai makanan oleh zombie.
Para pelayan semuanya adalah beta. Tentu saja mereka tidak dapat merasakan ledakan pheromone Aki. Tapi sang ibu, yang berada di dalam mansion merasakannya. Rupanya ledakan pheromone Aki menyebar dengan cepat dan semakin luas bahkan hampir memenuhi seluruh kediaman Nobuyuki.
Sora berlari dengan panik ke arah ledakan pheromone. Mengira itu adalah Hiroshi yang mengalami heat pertamanya. Tapi yang didapatnya adalah Aki yang tergeletak tak berdaya di lantai dengan pakaian compang camping, dan putra kedua serta calon menantunya berusaha melepaskan diri dari para maid untuk menggapai Aki. Kilatan emas bagai hewan buas dimata keduanya membuat Sora shock dan terhuyung hampir jatuh. Air matanya spontan mengalir keluar tanpa aba-aba.
Aki yang lemas dibantu para maid untuk bangkit, dengan gemetar Sora memerintahkan para pelayan untuk membawa ketiganya ke dalam rumah dan dikurung di ruangan yang berbeda.
Yasuhiro, kepala keluarga Nobuyuki buru-buru pulang setelah mendapat telepon dari Sora sang istri perihal apa yang melibatkan kedua putra dan calon menantunya.
Dia - Aki telah ditandai.
Yasuhiro, setelah melihat keadaan putra sulungnya, wajahnya langsung memerah, darahnya serasa mendidih, naik hingga ke ubun-ubun, dan kepalanya terasa sedikit pening.
Ketiga remaja itu terpaksa disuntik anti suppressant, untuk menghentikan siklus heat Aki dan rut dua orang lainnya.
Yasuhiro memukul pintu kamar Aki dengan amarah dan penuh kekuatan hingga muncul retakan disana.
"Tak berguna!" bentak Yasuhiro.
Dia berjalan ke arah Aki yang terbaring di tempat tidur dengan mata merah, bagai di rasuki setan, dia menarik kerah pakaian Aki, menjambak rambutnya lalu menampar Aki keras dengan bunyi nyaring. Tak perduli tentang Aki yang sedang pingsan karena efek anti suppressant.
Semua orang yang ada di ruangan itu membelalak kaget, beberapa maid menangis sambil berusaha keras membekap mulut mereka sendiri agar tak bersuara.
Meski ditampar begitu keras, Aki tak juga bangun, darah merah segar dengan lancar mengalir dari sudut bibir dan hidungnya.
Melihat Aki tak juga bangun, Yasuhiro menyipitkan matanya tajam, dia lantas melempar tubuh Aki dengan kasar ke tempat tidur seakan Aki tak lagi bernyawa. Dia lalu duduk di sofa yang ada di kamar Aki, beralih menatap Hiroshi dan Asahi yang terduduk lemas setelah diberi anti suppressant jenis suntik yang menekan rut dan heat secara instan.
Kejadian tersebut - menurut para maid yang ada di sana- berlangsung tidak sampai 8 menit, sangat cepat dan pakaian Aki belum sepenuhnya terlepas. Yasuhiro memegang kepalanya yang sakit. Dilihat dari kondisi mereka bertiga, Aki dan Hiroshi memiliki bibir bengkak kemerahan yang sama. Itu berarti Asahi lah yang menandai Aki. Sebenarnya lebih baik jika itu Asahi, tapi jika itu Hiroshi.. Entahlah dia tak tau harus berbuat apa, mungkin jalan satu-satunya yang dia pilih adalah reject.
Yasuhiro medengus marah, mengacak rambutnya kasar. "Anak itu.. Selalu saja tak berguna!" Lalu bangkit keluar dari ruangan itu sambil menentang pintu hingga berbunyi brak sangat kuat.
Hiroshi dan Asahi hanya membeku ditempat tak mengerti, tak tau apapun dan tak mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Mereka tak paham kenapa mereka terduduk lemas dikamar Aki, Yasuhiro yang marah dan Aki sendiri yang pingsan.
Para maid pengasuh Aki serentak mendatangi, mengerubungi tuan muda mereka dan menangis untuknya sambil mengusap pipi membiru Aki.
Setelah Aki bangun, itu setidaknya 9-10 jam kemudian, dan hari sudah malam. Seorang maid masuk membawakan Aki makan malam, membantunya duduk dan dan menyuapinya pelan-pelan, lukanya sudah di obati, pipinya sudah diberi salap. Maid tersebut terisak pelan, tangannya gemetar, sedih atas apa yang terjadi pada tuan mudanya.
Aki menangkap tangan maid tersebut, berusaha tersenyum sebisanya. "Aku tak apa.. Jangan menangis Sasha"
Pasalnya sejak dia bangun dia sudah menemui beberapa maid dengan mata bengkak dan sembab akibat menangis.
Hingga saat ini, setidaknya Aki mendapat gambaran kasar tentang apa yang sudah terjadi. Dia tak tau detailnya karena hampir semua maid pengasuh yang bercerita malah menangis keras.
Jika dipikir lagi, wajar saja Yasuhiro murka, Aki yang diharapkan menjadi Penerus keluarga dan segala kesuksesannya, sudah di latih susah payah, karena Aki sebenarnya tak terlalu berbakat, ternyata benar-benar tak berguna. Dari sejak kecil pun Aki hanya mengecewakan orang tuanya, jadi Aki dapat menerima dan memaklumi pukulan kemarahan ayahnya. Dia berpikir dia pantas mendapatkan itu.
Setelah makan, Aki menatap langit-langit kamarnya dan tak sadar kembali tertidur.
To be continued....