Warning! 17+ content!
Hujan turun dengan lebat, belum menunjukkan tanda-tanda akan segera mereda, dan hari sudah semakin larut. Mereka sudah melakukan fitting sejak tadi. Untuk memilih sepasang saja butuh waktu berjam-jam demi menyesuaikan selera Asahi. Dia benar-benar mempersulit Rui.
Yang ini tak cocok, yang itu tak bagus, Rui sampai benar-benar kelelahan. Haruka bahkan sampai kesal dan menawarkan pakaian yang dia gunakan bersama Hiroshi tadi. Tapi dengan kejam dia mengatakan "Tidak! Itu tidak cocok dengannya" katanya dengan nada tajam.
Rui bersandar ke jendela mobil, menatap tetesan hujan yang membasahi jendela. Sejak dulu Rui menyukai suara hujan, dia merasa setidaknya suara hujan memecah kesunyian di tengah malam yang dingin. Dia sendirian didalam mobil, sebab Asahi memayungi Hiroshi dan mengantarnya hingga kedepan rumah.
Alisnya mengernyit,
Kenapa Asahi lama sekali?
Apa dia mampir dulu?
Lelah menunggu, mata Rui mencari-cari keberadaan Asahi ditengah banyaknya tetesan hujan.
Bang!
Rui mengusap pelipisnya yang sakit,
Berdarah!
Dengan panik dia menggapai kotak tisu di dashboard mobil. Buru-buru menutup pelipisnya, darahnya merembes cukup banyak dan bercecer di mobil.
Entah, jangan tanya kenapa dia bisa terluka begitu, tak ada yang mendorongnya, dan entah terkena apa. Yang jelas dia tadi merasa terkena sengatan sesuatu dan tubuhnya merespon dengan menjauh dari pintu, tapi sepertinya dia terlalu kuat mendorong dan spontan terlempar ke pintu diseberangnya, bahkan mobil pun bergoyang.
Tidak, dia tidak tersambar petir atau sesuatu, dia hanya kaget karena rasa sakit didadanya menyengat dan terasa seperti menyentrum seluruh tubuhnya.
Hm? Kenapa dia merasa sakit?
Kalian ternyata kepo juga ya, tapi aku akan menjawabnya…
Hmm, tentu saja karena Asahi yang dicarinya sedang bersenang-senang - lagi.
Disaat Rui menunggu dengan lelah didalam mobil, Asahi dan Hiroshi justru saling berciuman diluar sana. Pemandangan itu memicu rasa sakit tak tertahankan dihatinya. Rui tak tau, entah Asahi sengaja mencium Hiroshi dengan mesra saat sedang ada dirinya, atau mereka memang melakukan itu sejak dulu.
Setelah selesai membersihkan darah diwajahnya dan membuang begitu banyak tisu berlumur darah, akhirnya luka itu bersih, dia bisa mengoleskan antiseptik nanti dirumah untuk menghindari infeksi.
Dan selanjutnya dia masih harus berurusan dengan detak jantung dan sesak nafasnya. Karena kaget bercampur panik, jantungnya memompa dengan sangat cepat hingga suara deguban memenuhi seisi kepalanya serta mengalami kesulitan bernafas disaat yang sama.
Untungnya dia dengan cepat bisa menormalkan nafasnya, hanya sisa isakan yang keluar dari bibirnya seperti seseorang yang telah menangis keras begitu lama, tapi dia tak menangis sama sekali.
Rui bersandar ke kursi penumpang dengan lemas, diluar masih hujan lebat tapi tubuhnya terasa terbakar dan peluhnya berjatuhan, ada rasa lembab dan gatal di bagian belakangnya.
Ah..
Dia ingat perasaan ini, apa heatnya akan datang? Rasanya dia begitu sial hari ini, begitu banyak kejadian yang menyulitkannya.
Rui mulai tak bisa fokus, matanya berkabut sementara tangannya tanpa sadar menarik-narik rok mini nya, menyingkap paha atasnya sendiri. Sebab dari heat yang sebelumnya diatasi dengan inhibitor suntik. Maka heat kali ini akan menjadi heat yang berat untuknya.
Dia tak lagi menyadari Asahi yang berjalan kearah mobil.
'Blam!'
Asahi baru saja duduk dan melepas jas nya yang sedikit basah, dia meraih kotak tisu di dashboard dan membersihkan beberapa tetes hujan di wajahnya.
Asahi mengernyit, ada noda gelap di kotak tisu nya, ukurannya kira-kira lebih kecil dari ibu jarinya. Tidak mungkin itu sesuatu seperti kotoran cicak atau apa kan?
Asahi terkejut, itu sedikit lengket dan baunya sedikit amis, seperti darah. Baru saja dia ingin bertanya, sesuatu yang lain menarik perhatiannya. Ada sesuatu yang terbangun dipangkuannya dan membuatnya bingung.
Apa karena berciuman dengan Hiroshi tadi?
Sepertinya bukan, belum pernah dia benar-benar terangsang hanya dengan berciuman. karena jujur saja, dia belum pernah terbayang hal-hal erotis dengan Hiroshi.
Ternyata sedari tadi ada aroma lain yang menguar di udara, dan menyengat.
Pheromone Rui.
Asahi menutup hidungnya, "Apa-
Asahi mengumpat dan kembali menoleh kedepan, memutar mobilnya dengan cepat dan mengebut keluar dari kediaman Nobuyuki. Baru saja dia ingin membentak Rui dia sudah dihadapkan dengan pantulan Rui di spion tengah (*¹) yang duduk bersimpuh dikursi penumpang sambil berusaha membuka kancing kemejanya sendiri,terlihat seperti orang mabuk.
"Sial! Sial!"
Asahi mengumpat sepanjang jalan sambil menoleh kiri kanan, mencari tempat persinggahan dengan kecepatan tinggi, sebelum akal sehatnya memudar dan dia menerkam Rui sekarang juga.
Ban berdecit, setelahnya mobil berhenti dengan paksa di salah satu hotel milik Nobuyuki. Tanpa memperdulikan Rui yang terlempar menabrak kursi depan dan tersungkur, Asahi buru-buru menarik Rui dari kursi belakang, memasangkan jas miliknya untuk menutupi penampilan acak-acakan Rui dan menyeretnya masuk.
Asahi melempar tubuh kecil Rui ke tempat tidur dengan kasar, lalu membuka pakaiannya sendiri dengan cepat seolah mereka tak punya banyak waktu.
Mata Asahi berkilat penuh gairah, Rui di atas tempat tidur sedang sibuk sendiri, dia kesulitan, barusaha menarik dalamannya dari kedua kakinya, sementara rok nya tersingkap keatas menampakkan paha atasnya sendiri. Kemejanya setengah terlepas, meluncur ke sikutnya, menampilkan dada seputih salju dengan dua tonjolan kecil berwarna merah muda pucat. Dia terlihat imut seperti anak kecil.
Liur Asahi menetes, memang, 'tak ada yang lebih menggiurkan bagi seorang alpha yang sudah memiliki mate, selain dari tubuh matenya yang sedang heat' kata-kata itu sepertinya benar, dia tak pernah merasa sehorny ini sebelumnya, rasanya seperti binatang, tak mampu menahan hasrat untuk menerkam Rui.
Lihat Rui sekarang, dia masih saja kerepotan melepas dalamannya, kemeja biru mudanya terlihat kontras dengan kulit seputih saljunya, kulit itu..
Terlihat lembut..
Tanpa aba-aba Asahi menerkam Rui, menciumnya dengan ganas, respon Rui yang kewalahan menerima ciumannya, seolah menambah bahan bakar dan semakin mengobarkan gairah Asahi untuk mengahabisinya.
Dia lalu mendorong belakang kepala Rui, menekannya untuk memperdalam ciumannya meski Rui tak mampu mengimbanginya. Tanpa disangka Rui mengeluarkan desahan pelan dan samar-samar dia dapat mendengar namanya disebut.
Mata keemasan Asahi menatap takjub pada Rui yang mengejang hebat, hanya karena di cium, dia bisa cum sehebat itu.
Tak tahan melihat dada Rui yang naik turun menghirup oksigen dengan rakus, dia lalu mencubit nipple Rui, warnanya tak terlalu terang tapi justru terlihat cantik dimata Asahi, penasaran dengan teksturnya, Asahi mengusap puting pucat Rui, menghadirkan sensasi kesemutan ditubuh Rui.
Semakin dia mengusap, puting kecil itu semakin memerah, dan semakin penasaran pula dia, 'Bagaimana jika benda kecil itu dimasukkan ke mulut ku?'
Asahi menarik kaki Rui yang berusaha menjauh karena tak tahan dengan rasa kesemutan di dadanya, dia lalu dengan pelan menjilat kancing merah muda pucat di dada Rui, mengulumnya dan menjilatinya sementara satu tangannya yang lain mengusap puting Rui yang satunya lagi.
Dia teralihkan sesaat pada luka di pelipis Rui yang berdarah tapi tak sampai menetes. Wajah penuh gairah Rui dan lukanya, entah bagaimana terlihat menggoda di mata Asahi. Asahi menjulurkan lidahnya tergoda untuk menjilat luka yang kelihatannya baru itu. Dia menarik kepala Rui, hanya beberapa jilatan mampu membuat Rui cum lagi. Dia tak lagi bisa berpikir kenapa Rui begitu mudah orgasme, entah Rui karena heatnya atau Rui memang se-sensitif ini.
Bibir Rui bergetar karena sensasi panas yang seolah membakarnya, matanya sayu dan berkabut, kulit pucatnya menjadi kemerahan karena efek heat. Asahi menyeringai merasakan gesekan benda lain dibagian privatnya, dia bahkan belum cum barang sekali, sedangkan Rui sudah membanjiri sprai dan mengotori perut mulusnya.
Akal sehat sudah lama terbuang entah kemana oleh mereka, Pheromone Rui menyeruak hingga membuat mata Asahi kabur dan jantungnya berdebar-debar, sementara Rui sendiri sudah setengah sadar sebab menghirup Pheromone Asahi yang begitu pekat hingga membuatnya cum tak terkendali dan hampir pingsan berulang kali. Dia memang sedang heat tapi staminanya sedikit, karena tidak pernah melakukan kegiatan yang butuh banyak tenaga, dibanding Asahi, tentu dia akan kewalahan.
Malam itu tak ada yang ingat siapa yang membenci siapa, yang ada hanya nafsu dan lonjakan gairah yang menyatukan mereka sesaat hingga mereka mendapatkan kembali kesadaran masing-masing.
To be continued….
Catatan :
(*¹) saya ga tau nama spion yang ada ditengah didalam mobil, soalnya saya ga punya mobil hehe, harap maklum, saya juga males searching huhu..
Edited : June 24 2022
Published : June 26 2022