Bab 4
Setelah hari itu, Aki tak lagi terlihat. Ini sudah hari ke-3, baik Hiroshi ataupun adiknya yang lain tidak menemukan Aki, tidak melihatnya, bahkan dimeja makan. Yasuhiro sangat murka dan kecewa sangat dalam pada Aki, hingga saat ini, kemarahannya belum juga surut.
Hiroshi pun mulai merasa khawatir. Menurut kata ibunya dan maid memisahkan mereka, Aki mengalami heat pertamanya yang dahsyat dan kacau. Tidak! Bukan itu yang penting, jika saat itu dirinya terpengaruh dan merespon pheromone Aki, turut menyerang Aki dengan mata keemasan… tak salah lagi.. Hiroshi sebenarnya adalah Alpha.. Dan dia yang akan menggantikan Aki menjadi Penerus karena adik ketiganya perempuan dan adik laki-laki ya masih terlalu kecil.
Tidak! Bukan.. Bukan itu juga yang lebih penting, Aki.. Aki sudah ditandai.. Dan yang menandainya adalah..
Asahi.
Itu berarti…
Hiroshi menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, berusaha menahan tangisnya.
Itu berarti.. Itu berarti Asahi harus menikahi Aki bagaimanapun caranya.
Dia harus terpisah dengan Asahi dengan 2 alasan kuat.
Pertama, dia harus menjadi Penerus menggantikan Aki, karena dia adalah putra alpha tertua.
Dan kedua, karena Asahi sudah terlanjur menandai Aki.
Hiro mengusap matanya yang berair, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Nanti siang Yasuhiro akan menguji ulang second gender mereka, masih ada kemungkinan kejadian kemarin adalah kebetulan. Ya dia harus percaya pada kemungkinan itu, meski kemungkinannya kecil…
Meski begitu, ada rasa kesal dan kemarahan dalam benaknya pada Aki..
Kenapa Aki juga harus menjadi omega?
Kenapa Aki harus heat saat itu?
Harusnya Aki tau dia akan heat dan harusnya dia tak keluar kamarnya!
Kenapa Aki tak membiarkannya bahagia dengan tenang?
Kenapa Aki begitu tak berguna?
Suara mobil yang begitu familiar terdengar dari halaman Mansion.
Itu Asahi!
Dengan riang dia berjalan menuju pintu depan untuk menyambut kekasihnya, Asahi, orang yang dia cintai. Segala gundah dan perasaan tak enaknya terlupakan dan dia menjadi lebih bersemangat, bagai anak kecil yang diberi permen dan mainan baru.
Tes sudah dilakukan beberapa jam yang lalu. Seharusnya hasil tes baru akan keluar setelah beberapa hari. Tapi, Yasuhiro rela membayar mahal demi hasil yang cepat dan instan
Semua orang sedang berkumpul di ruang tamu, termasuk Hiroshi, orang tua Asahi turut hadir sebagai sahabat Yasuhiro dan juga calon mertua dari Hiroshi, mereka sudah tahu akan kejadian kemarin. Sementara Asahi sendiri sudah pulang sejak tadi.
Aki dipanggil.
Dia datang dengan piyama tidurnya, kulitnya yang pucat, semakin pucat, terlihat seperti manekin. Aki berjalan dengan menunduk bagai tahanan.
Saat tes pun Aki tidak terlihat, karena beberapa hari ini Aki tidak diperbolehkan keluar dari kamarnya barang selangkah, dan tidak boleh ada yang menemui.
Aki dikucilkan, diperlakukan bagai orang berpenyakit menular mematikan.
Semua maid yang mengintip diam-diam gelisah. Jika Aki benar-benar omega Tuan besar mereka pasti memperlakukan Tuan muda mereka dengan kasar seperti kemarin.
Tes sudah ditangan Yasuhiro.
Aki selalu menunduk sejak pertama kali dia masuk, sekitar 30 menit yang lalu. Dia duduk di single sofa tanpa sandaran, berjarak sedikit jauh dari orang-orang.
Lalu.. Yang pertama kali dibuka Yasuhiro adalah amplop tes milik Aki. Seolah tak sabar, Yasuhiro merobek asal amplop tersebut. Setelah beberapa saat dia membaca… mata Yasuhiro langsung berkilau merah, wajahnya turut memerah karena emosi.
Dilemparnya kertas tes dengan kasar ke kepala Aki, lalu menendang tubuh Aki dengan kuat, Aki spontan terjungkal kebelakang. Tanpa memberi Aki jeda untuk bernafas atau merasakan sakit dikepalanya akibat terhempas dan berbentur dengan lantai, Yasuhiro langsung menerjang Aki, menendangi tubuhnya lagi dan lagi, hingga membuat Aki meringkuk menutupi wajahnya dan bagian depan tubuhnya. Yasuhiro bagai dirasuki setan. Tanpa ampun, dia menginjak-injak tubuh Aki yang berada dibawah kakinya dengan kuat hingga..
"krek"
Salah satu kaki Aki yang terinjak berbunyi keras,
Patah.
"Ak!" jerit Aki, untuk pertama kalinya, suaranya serak dan menghilang. Sebelumnya dia hanya diam merasakan sakit.
Kejadian itu begitu cepat, bahkan sebelum orang lain dapat menjangkau Yasuhiro sejak pertama kali dia menyerang Aki.
Azumane Kousuke langsung menarik Yasuhiro, bisa-bisa anak itu mati jika dihajar seperti itu. Kousuke menoleh pada Aki yang meringkuk dengan tubuh gemetar hebat, air mata membasahi wajahnya yang memerah, seperti seluruh darah ditubuhnya bertumpuk di wajahnya, ada sedikit darah dilantai disekitar kepala Aki dan juga dari hidungnya.
Tapi… Aki tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Dengan cepat dipanggilnya kepala pelayan kediaman Nobuyuki untuk segera melarikan Aki kerumah sakit.
Saat Aki sadar, dia sudah berada di ruangan serba putih berbau desinfektan, pakaian rumah sakit, gips di tangan kanan dan kaki kirinya, dan perban dikepalanya. Dia memperhatikan tangannya yang diinfus banyak memar di sana akibat benturan sepatu Yasuhiro.
Karena rasa sakit yang amat sangat disekujur tubuhnya disaat yang bersamaan, Aki pingsan bahkan sebelum sampai kerumah sakit. Dia pingsan seharian penuh.
Dan sekarang, sudah hari ke-3 dia disini, tapi tak ada seorangpun dari keluarganya yang datang, jangankan menemani, mengecek keadaannya pun tidak.
Aki terdiam cukup lama, menatap telapak tangan kirinya, ada rasa ngilu yang menjalar dari dadanya keseluruh tubuhnya hingga ke ujung jarinya. Perlahan air matanya meluncur bebas. Tubuhnya kembali bergetar, wajahnya memerah.
Dia hanya menangis hampir sekitar 15 menit lamanya, tanpa berbicara, tanpa mengeluh, tanpa berpikir apapun. Hanya menangis menuruti rasa sakit didadanya.
Setelah dia lelah, matanya sembab dan bengkak, hidungnya perih. Dia pun tertidur.
Selang beberapa saat, pintu kamar tempat dia dirawat terbuka, spontan Aki membuka matanya yang memerah dan terasa perih.
"Aki.."
Aki menoleh, sambil berusaha duduk, itu ibunya Asahi.
"Haruka-san.." jawab Aki dengan suaranya yang serak.
Haruka menaruh parsel buah dan beberapa makanan yang dibawanya ke nakas di samping brankar Aki. Lalu duduk diam memperhatikan anak laki-laki yang baru berusia 15 tahun itu.
Haruka tak mengerti,
Sebenarnya apa yang salah dengan Aki menjadi omega?
Kenapa Hiroshi tak masalah sementara Aki tak boleh?
Aki hanya anak berusia 15 tahun, dia bahkan tak dapat memilih sesuatu yang akan terjadi pada tubuhnya.
Mata dan hidung Aki memerah, suaranya juga serak. Sudah pasti Aki menangis sebelum dia sampai kesini, tapi menanyakan itu sekarang hanya akan membuat Aki kembali bersedih. Dia mengenal Aki sejak anak itu masih kecil, Aki bukan tipe yang akan menunjukkan dan menyuarakan rasa sakit dan kesedihannya.
Haruka tersenyum, "Bagaimana keadaan mu?"
Aki meremas selimut disamping tubuhnya, tak terlalu terlihat, untuk mengurangi rasa ngilu yang menjalar keujung jarinya.
"su.. sudah lebih baik dari kemarin Haruka-san"
Haruka tau, tak ada seorangpun dari keluarganya yang menjaga dan melihat Aki dirumah sakit. Dia pun tersenyum, sedikit menghibur Aki, bahwa lusa dia sudah bisa kembali kerumah.
Aki hanya mengangguk dan tersenyum tulus, memberi senyuman terbaik yang dia bisa.
Melihat wajah cantik Aki dengan beberapa memar berusaha tersenyum sebaik mungkin, Haruka ingin menangis, hidungnya langsung masam.
Haruka lalu mengalihkan pandangannya, dan cepat-cepat pamit pulang.
To be continued…..