Rey meneruskan pembicaraannya. "Kamu lebih tahu jika kamu tidak sopan seperti tadi proyekmu tidak akan saya izinkan," kata Rey dengan satu tarikan nafasnya.
"Tapi yang menjadi model dan tamu undangan adalah orang kalangan atas, bukankah itu akan merugikan Bapak?" ucap Bella dengan percaya diri, bahwa Rey pun tidak akan menjatuhkannya.
"Kamu pikir saya bodoh? Saya bisa menggantikan orangnya tapi acara tetap akan lancar. Lalu hidupmu, ada di tanganku," desis Rey sambil memperagakan tangan yang memenggal kepala.
Hal itu membuat Bella takut. 'Aish, bodoh banget kalau aku bisa mengalahkannya,' batinnya mengernyit.
"Sa-saya meminta maaf, Pak. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya hanya kesal terhadap kelakuan Bapak saat di hotel waktu itu pada saya. Kemudian untuk kata-kata Bapak yang kurang mengenakan, saya sangat sakit hati. Ucapan Bapak semua, tidak fakta! Tapi, saya menyesalinya karena menyerang Bapak dengan sifat kekanakan saya. Saya akan menerima hukuman apapun selain, mencabut saya atas proyek yang saya buat," jelasnya sambil duduk di lantai. "Mohon belas kasihannya," sambungnya sambil bersujud.
"HEI! Apa yang kamu lakukan? Kamu pikir aku Tuhan? Raja? Jangan bersujud seperti itu kepadaku dan angkatlah kepalamu, bocah!" teriak Rey sampai urat merah muncul di pelipisnya.
'Bocah? Dia bilang aku bocah? Usiaku dengannya hanya terpaut lima tahun. Aish, bos gila!' umpatnya dalam hati.
"B-baik, Pak," jawab Bella. Kembali berdiri dengan kepala menunduk.
"Jangan bersujud seperti itu lagi kecuali sedang meminta ampun kepada ibumu!" sentaknya yang membuat Bella terkejut kesekian kalinya.
'Dia makan apa, sih? Suaranya membuatku terkejut berkali-kali,' batinnya.
"Kenapa masih di sini? Bukankah sebentar lagi acara acara akan dimulai?!" sentak kembali laki-laki misterius tersebut. Bella tidak paham dengan sifatnya itu.
"B-baik, Pak. Sa-saya permisi," pamitnya sambil berlari secepat kilat.
Cukup menguras tenaga saat Bella dimarahi atasannya. Sampai acara ini berjalan, dia juga masih kepikiran dengan bos anehnya.
"Bella! Bel," panggil seorang ibu beranak dua tersebut.
"Ah, kenapa?" tanya Bella linglung.
"Aku sudah mengatur mejanya. Sebentar lagi acara akan dimulai," jawabnya sambil tersenyum memaklumi bahwa wanita disampingnya sedang banyak pikiran.
"Ah, iya. Kalau begitu, Nanda dan Zero sambut para tamu di depan, ya. Kamu dan Annisa masuk ke ruangan untuk memberikan tempat duduk kepada mereka," perintahnya dengan ramah. "Aku akan mengecek beberapa kesana," sambungnya sambil menunjuk hidangan setelah acara Catwalk selesai.
"Baik," jawab semua rekannya.
Bella mendatangi beberapa meja berisi makanan dan minuman. "Jangan berikan alkohol untuk seluruh idol, ya. Mereka harus tampil konser nanti malam," pintanya kepada dua karyawan bawahannya.
Acara ini berlangsung selama 4 jam. Bella dan seluruh tim, tersenyum gembira karena tidak ada halangan apapun. Seluruh tamu undangan berkali-kali mengucapkan terima kasih karena model baju di perusahaan ini, tampak banyak memikat hati. Selang beberapa menit, media sudah banyak membicarakannya dan trending twitter nomor satu. Membicarakan pakaian modis, elegan dan mewah, namun tidak mengganggu kenyamanannya. Penjualan di perusahaan, naik tak terbendung. Bahkan ada yang kurang dari satu jam, sudah habis.
Sedangkan Rey menatap Bella di sudut sana dengan tersenyum, lalu membisikan sesuatu kepada Asistennya.
"Bu Bella, Pak Rey ingin bertemu dengan Anda," pintanya sembari menunduk ramah.
Semua tim yang sedang berkumpul dengan kompak menutup mulut yang menganga. Mereka sama terkejutnya.
"Apakah Kak Bella akan dilamar?" tanya Zero dengan polosnya.
"Bodoh! Dia akan dipuji setelah ini, Zero. Lihatlah yang dilakukan Bella untuk perusahaan, BERHASIL!" teriak Annisa riang.
Bella pun mengikuti langkah asisten Rey dan sampai di taman belakang.
"Anda ingin memuji saya? Terima kasih. Saya merasa terhormat," ucap Bella dengan amat percaya diri sambil tersenyum kegilaan.
"Tidak! Saya ingin menghukummu!" balas Rey dengan tatapan lurus dan dingin.
Bella tersentak kaget. Bagaimana bisa dia menghukumnya padahal perusahaan sudah menjual beberapa barang dengan fantastis karena dirinya.
"Hukumannya adalah, turuti semua perintah saya," kata Rey dengan bola mata ke samping menatap menakutkan Bella.
Saat Bella ingin bertanya, asisten Rey menghampiri Rey terburu-buru. "Pak! Gawat!" celetuknya yang menggemparkan Bella dan Rey.
Setelah melihat sesuatu di tab, Rey dan asistennya berlari dengan jas mengapung yang tak sempat terkancing rapi.
Kryuk!
Perut Bella keroncongan di saat mereka meninggalkannya begitu saja. "Aku belum makan sedari tadi. Aku ajak mereka makan, deh," ucapnya menuju tiga temannya itu.
"Makan bareng, 'kan?" tanya Bella kepada mereka bertiga dan di jawab anggukan.
"Aku ingin pergi juga," celetuk Zero dengan lucu.
"Kamu tidak diajak. Kamu bukan teman kami. Hahaha," ucap Annisa dengan puas.
"Kapan-kapan kita akan makan bareng. Kamu harus menyelesaikan bagianmu, 'kan?" kata Bella menenangkan anak bontot divisinya itu.
Berhasil menenangkan dan mengirim satu roti dan kopi untuk Zero, kini mereka bisa makan dengan tenang, ditemani pemandangan rumput yang hijau.
"Kita seperti sedang mengurus bayi," celetuk Zara dengan mulut yang penuh. Celetukannya itu dibalas mereka.
"Eh, kalian tahu tidak gosip hangat saat ini? Aku dengar bahwa perusahaan BS Fashion bangkrut," ucap Zahra dengan pelan.
"Hah? Benarkah? Bukankah perusahaan itu paling bagus se negeri ini, ya? Produksinya bagus dan tingkat pembelian lebih tinggi dari perusahaan kita," jawab Annisa sambil menyeruput kopi.
"Aku dengar dari ayahku, perusahaan itu tiba-tiba bangkrut saat pemiliknya meninggal dunia. Padahal, bisa diwariskan kepada anaknya, ya. Apakah anaknya tidak becus mengelolanya? Aku mendengar bahwa perusahaan tersebut mendadak banyak hutang," lanjutnya.
"Aish, pasti dipakai judi anaknya. Modal perusahaan pun tidak kembali. Aku merasa kasihan kepada ayahnya," cetus Annisa sambil menghabiskan sisa rotinya.
"Sudah. Jangan bergosip terus," sanggah Nanda sambil memasukan mulut kedua temannya itu dengan bungkus roti.
"Bu Zahra dan Bu Nanda, ada yang perlu Direktur bicarakan," pinta seorang karyawan dari divisi berbeda.
Kini, hanya mereka berdua yang tersisa. Nanda menatap Bella. "Kamu baik-baik saja?" tanya Nanda yang mengetahuinya tentang gosip tadi adalah perusahaan ayahnya.
Bella mengangguk tabah. "Aku tidak apa-apa. Sungguh. Tolong untuk tetap rahasiakan ini, ya," pintanya dengan nada bergetar.
"Pasti!" jawab Nanda.
Drrt! Drrtt!
Suara ponsel milik Bella berbunyi dari Pak Andre.
"Hallo, Pak Andre?" sapa Bella.
"Datang ke ruanganku saat ini juga," pintanya
"Baik, Pak," jawab Bella dengan senang sambil menunggu Pak Andre menutup sambungannya.
"Sepertinya ada kabar baik untukmu," ujar Nanda yang ikut senang dengan senyuman lebar sahabatnya itu.
"Doakan saja. Kamu tidak apa-apa ditinggal sendiri?" goda Bella.
"Aku harus menghabiskan makananku dulu. Pergilah," tuturnya dengan pembawaan tenang.
Bella pun berjalan menuju ruang kantor Pak Andre.
"Wah, kamu senang sekali sepertinya. Selamat, ya. Ini proyek pertamamu dan hasilnya sangat memuaskan," kata Pak Andre sambil mengulurkan tangannya.
Bella membalas ulurannya. "Terima kasih, Pak. Ini berkat kepercayaan Bapak terhadap saya dan seluruh tim," jawabnya dengan penuh hormat.
"Gaji dan bonus akan saya transfer malam nanti, ya," kata Pak Andre tersenyum.
Setelah mengatakan hal itu, Bella teringat sesuatu.
"Ah, Pak. Ada yang ingin saya sampaikan," ucapnya.
"Hm. Katakan saja," pintanya.
"Apakah ada kemungkinan untuk saya naik jabatan saat ini? Atau, gaji saya dinaikkan sedikit, Pak?" tanya Bella ragu-ragu.
Pak Andre tersenyum. "Saya memahami Anda, Bella. Bahwa kamu sudah sangat berhasil dengan proyek ini. Namun, untuk naik gaji apalagi naik jabatan, waktumu bekerja di sini belum cukup. Semua orang minimal, menunggu dua tahun. Itupun, tergantung apa yang kamu berikan untuk perusahaan ini," jawabnya yang hampir membuat Bella pesimis.
"Baiklah, Pak. Terima kasih," ucapnya pamit dan langsung menuju ruang kantor Rey.