BAGAIKAN awan yang mendung, raut wajah Bella lebih terlihat menyedihkan saat ini. Pikirannya sungguh penuh. Dia tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Permintaan kenaikan gajinya ditolak. Dengan bodohnya, Bella hanya tersisa dengan rencana ini saja.
Pintu diketuk dua kali, dan diberi izin oleh Rey untuk masuk.
"Ada perlu apa?" tanya Rey kepada Bella ketus.
"Mengenai hukuman yang anda maksud, saya menyanggupinya jika saya menerima bayaran yang besar," kata Bella dengan tiba-tiba.
"Wah, kamu benar-benar gila harta. Pantas saja kamu menjual harga dirimu waktu itu. Kamu waktu itu sengaja, ya, datang padaku karena lebih baik tidur dengan orang yang lebih muda?" kata Rey. Merasa jijik pada Bella yang polos tapi menjijikan di belakang.
Ucapannya terpotong.
"Keluarga saya bangkrut saat ayah saya meninggal dunia. Saat di hotel itu, saya dipaksa oleh ibu tiri saya. Dan saat saya kabur dan malah menemui Anda, itu tidak sengaja. Saya sama takutnya kepada Anda dan pria tua itu. Karena saya kabur, saya bersama adik saya di usir dari rumah dan membuat kami harus membayar hutang. Saya cukup tercekik saat ini. Saya akan bekerja dengan Anda. Jadi saya mohon, berikan saya gaji untuk hukuman ini," ucapnya sambil menahan tangis.
Rey membelalakan matanya. Dia sedikit iba dan juga hati-hati. Karena pasalnya, ayahnya dulu juga terpincut dengan wanita lemah seperti Bella dan berakhir kasihan lalu terjebak dengan trik jahatnya.
Tapi, yang dirasakan Rey saat ini berbeda. Dia seperti melihat wanita itu berkata sangat jujur.
"Saya akan membayarmu setiap hari. Jadi, menurutlah," kata Rey dengan dingin.
"Baik," jawabnya.
Bella seperti biasa, menghabiskan waktunya bekerja. Bella dikenal ambisius sejak pertama kerja. Dia dulu juga sama seperti Zero, menjadi pesuruh para seniornya. Bella sangat pekerja keras, entah itu saat masih menjadi anak orang kaya ataupun tidak. Namun, hutang yang banyak membuatnya merasa hampa seketika.
Pikiran yang begitu banyak tentang banyaknya yang harus dia bayar, sangat memusingkan. Tubuh Bella akhir-akhir ini lebih kurus. Dia bahkan rela sarapan mie setiap hari dan hanya memberikan nasi dan lauk kepada adiknya saja. Hal itu dia lakukan guna memperhemat uang.
Dan malam ini, Bella berjalan di tengah trotoar dengan banyak lamunan. Hingga klakson mobil pun meneriaki telinganya kasar.
Bella melihat mobil itu. Tampak di sana ada dua orang wanita yang membencinya.
"Hey, miskin. Melelahkan, ya?" ucap Hanna yang merupakan ibu tirinya.
"Jangan berbicara dengannya Ibu. Atau hidup kita akan ikut sial," celetuk Cindy sambil menatap Bella dengan jijik, sambil mobil itu melaju.
Bella hanya menatapnya dengan penuh amarah. Namun, dia berhasil menenangkan dirinya dengan menangis di pojok pohon besar dekat jalan raya.
Tiiitt! Tiittt!!
Suara itu Bella kenal dan yakin orang yang sama. Sampai tak menghiraukan.
Hingga seseorang mulai berteriak. "Bella! Kalau tidak mau, aku akan menghukummu tanpa bayaran!" sentak Rey yang marah dengan wanita yang dilihatnya sedang sembunyi.
Hati Bella tersentak kaget. Dia pun langsung buru-buru menuju mobil Rey. Dan saat mobil melaju, Bella menyembunyikan wajahnya malu.
Rey menyadari hal itu dan memberikan beberapa lembar tisu dengan gengsi.
"Te-terima kasih, Pak," ucapnya.
"Saat tidak sedang bekerja panggil saja aku, Rey!" kata Rey dengan cetus.
"Baik, Pak Rey," kata Bella sambil mengelap ingus yang membuat Rey menggeserkan tubuhnya.
"REY!" sentak Rey, mengingatkan bahwa Bella salah lagi.
REY!" balas Bella terkejut dan mengejutkan seisi mobil. "Ma-maaf, Rey," sambungnya dengan benar.
Asisten Rey yang sedang mengendarai mobil itu, tampak menggeleng-gelengkan kepalanya, karena mereka sama-sama aneh.
"Berhenti di tempat perbelanjaan, Kevin," perintah Rey.
"Baik," balasnya sembari memarkirkan mobilnya.
Saat berada di sana, Rey menyuruh Bella membeli seluruh kebutuhan rumah Rey yang baru. Dan Rey hanya duduk nyaman menatap Bella.
"Saya harus membeli apa saja, Rey?" tanya Bella dengan ragu-ragu dan sedikit takut.
"Beli apa saja. Aku pemakan segalanya. Aku juga pengguna pembersih badan, pencuci pakaian apa saja. Pokoknya apa saja. Jadi kamu harus cepat. Beli untuk stok satu bulan. Oh, ya, saya sangat banyak saat makan. Jadi, beli bahan makanan yang banyak," jelasnya yang membuat Bella semangat.
Sejak Bella kecil sampai dewasa, Bella anak paling senang jika berbelanja kebutuhan rumah bersama pembantu rumahnya. Bella suka kebutuhan rumah yang sangat penuh. Sehingga, saat Rey membuatnya untuk membeli apa saja di sini, membuat Bella bisa melupakan rasa lelahnya dan kembali senang karena merasakan yang dulu dia rasakan.
"Aku harus membeli roti untuk dua hari saja, deh. Lalu, selai apa yang Pak Rey suka, ya? Ah, beli apa saja, deh. Cemilan juga beli yang banyak, supaya aku bisa makan di sana dan memberikan beberapa untuk Simon," gumam Bella.
Bella menghampiri Rey. "Rey, bolehkah aku membeli keripik kentang di sana?" kata Bella meminta izin.
"Belilah semaumu," ucapnya sambil melihat telepon genggamnya.
Lalu, Rey menuliskan keripik kentang di memo, dan menatap Bella kembali dengan serius.
Bella menghampirinya kembali. "Rey, sepertinya ini cukup. Ayo, kita bayar," ajaknya dengan girang.
Rey yang melihat itu berdehem gengsi. Padahal, entah mengapa hatinya penuh bunga setelah melihat Wanita menggemaskan itu.
"Aku seperti membawa anak kecil," gumamnya.
"Kenapa? Apa yang kamu butuhkan lagi?" tanya Bella sambil menopang tangannya di troli, dan wajahnya menengadah Rey yang tinggi.
Rey memalingkan wajahnya. "Ti-tidak ada," jawabnya malu.
Setelah selesai berbelanja, Bella menjadi banyak bicara. Bella membicarakan soal acara Catwalk tadi.
"Kamu jadi banyak bicara, ya. Kenapa tadi murung?" tanya Rey menatap Bella sedikit dekat.
"Oh, itu? Karena aku sudah berbelanja banyak walaupun ini untuk Rey. Tapi aku senang sekali. Melihat bahan-bahan makanan, sabun pencuci dan cemilan yang banyak, membuat mata dan otakku segar, hehe. Kenapa? Aneh, ya?" kata Bella malu karena dia benar-benar tidak mengontrol mulutnya sedari tadi.
"Baguslah. Kamu akan rutin membelanjalanku kebutuhan rumah seperti tadi," jawabnya lurus.
"Kalian sangat cocok jika menikah," celetuk asisten Rey yang ikut hanyut dengan suasana yang tiba-tiba hangat tadi.
"Tidak! Aku menyukai orang lain!" jawab Rey dengan keras. Membantah perkataan asistennya yang bicara aneh tiba-tiba.
"Ah, maafkan saya, Pak," ucap asistennya, menyesali perkataannya.
Sedangkan Wanita di sampingnya itu. Mencoba untuk memaklumi jawaban Rey. Walaupun, hati tidak bisa di bohongi. Jujur, perkataan seperti barusan membuatnya sedikit terluka. Namun dia meyakinkan hatinya bahwa bukan karena itu dia terluka. Bella, wanita lembut yang membohongi hatinya, padahal ia tahu segalanya.
Setelah lama kebisuan di mobil sejak Rey menyanggah pernyataan asistennya, akhirnya ada percakapan yang membuka kecanggungan mereka.
Rey tidak membawa barang satupun karena menyerahkannya kepada seluruh pelayan di rumah. Bukan sulap, rumah Rey sangat besar dengan banyak pelayan.
Saat Bella tengah sibuk menatap rumah besar itu yang tiga kali lipat dari rumahnya dulu, asisten Rey menyentuh sopan bahunya. "Kamu tidak apa-apa?" tanya asisten tersebut yang usianya seumuran dengannya.
"Ah, aku baik-baik saja," jawab Bella dengan hati yang sedikit sesak. Rupanya, asisten itu lebih memahaminya.
Selang lima menit Bella masuk ke rumah besar itu, Rey duduk di kursi solo nya. Dengan tangan yang mengepal menyatu, dia menatap Bella serius, seakan-akan Bella pasti diberikan kabar baik atau sebaliknya.
Suasana di ruang tamu luas yang hanya diisi tiga orang itu begitu menegangkan.
"Bella," panggil Rey ragu-ragu.
"Ya!" jawab Bella hati-hati.
"Saya ingin menikahimu," ucap Rey yang membuat Bella terdiam dengan ekspresi datar. Alias, Bella lebih merasa bahwa pernyataannya adalah kebohongan belaka.