PERKATAAN Rey selalu menusuk hati Bella paling dalam. Bahkan setelah perkataan Rey, Bella mengalihkan pandangannya kasar. Rey tidak berbuat apa-apa tentang perkataannya.
Pernikahan bagi Bella dengannya, sangat amat menakutkan dari sebelumnya.
'Dengan sikapnya dia padaku, aku semakin ragu untuk menerima lamarannya walaupun ada celah yang mini,' batin Bella yang tersisa.
Mobil tetap berjalan dengan lama. Karena rumah orang tua Rey di luar kota yang berbeda.
Keadaan di sana sangat mencekam. Tidak ada yang berani memulai pembicaraan.
Hingga pantai terlihat dari jauh. Sangat indah dan setidaknya, ada yang membuat gadis itu lihat.
"Pantainya bagus, ya? Ah, ma-maaf," ucap Bella yang baru sadar kalo orang di sebelahnya ini sedang marah.
Bella semakin kesal karena Rey hanya memandang ke arah yang berbeda dengan tabnya. Menghiraukan pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari mulut Bella.
"Iya, di sini tempatnya indah. Sebentar lagi kita akan sampai, nyonya," kata Kevin.
Kevin berusaha mencairkan kegugupan Bella. Dia juga tahu bahwa Bella dicampakkan Rey. Tak ingin sahabatnya itu terluka lebih dalam, setidaknya hanya ini yang dapat Kevin lakukan.
"Terima kasih," balas Bella dengan senyum ragu-ragu.
'Dia bahkan memanggilku nyonya. Sungguh menyebalkan jika Kevin yang memanggilku seperti itu karena kami begitu dekat,' batin Bella.
'Kini jadi seperti aku yang menjadi nyamuk di antara mereka. Sangat menyebalkan,' batin Rey yang mengamuk.
"Jangan banyak bicara!" tegas Rey yang membuat dua orang itu diam tanpa menjawabnya.
Rey sungguh egois. Dia seperti ingin menginjak dan memiliki Bella sekaligus.
Mobil mereka sudah sampai di rumah orang tuanya.
Bella sedang mencari sebuah cermin dalam tasnya. Namun, Kevin sudah mengerti apa yang dia cari.
"Tidak bercermin Nyonya sudah sangat cantik," ujar Kevin memanasi Rey yang berpura-pura tidak peduli.
'Apa sih orang ini?' batin Bella yang merasa geli.
'Apa dia berusaha membuatku cemburu? Cih, itu tidak akan!' batin Rey.
Rey berjalan dengan mengagumkan tapi begitu angkuh jika dilihat dengan mata Bella.
'Dia tidak ada bedanya dengan orang jalanan,' batin Bella sambil memutar badannya.
"Tidak apa-apa," bisik Kevin kepada Bella yang murung dan juga gugup.
Bella jelas gugup karena dia harus bertemu orang tua Rey yang dia tahu saat melihat televisi. Melihatnya mereka sangat berwibawa, ramah dan hangat.
'Tapi apa yang akan terjadi padaku saat ini? Apakah mereka akan menerimaku dengan baik atau sebaliknya? Tapi dia terlihat sangat hangat pada wartawan katanya,' batin Bella.
"Bella, kamu mau menikah denganku apa dengannya?!" kata Rey, sambil melihat Kevin tidak suka.
"Ah, baik," jawabnya.
Bella pun berjalan menggandeng tangan Rey. Dan drama akan dimulai.
Tit!
Bunyi bel dibunyikan Rey.
"Rey?" panggil Luna-Ibu Rey.
Luna tampak senang karena anaknya itu jarang menemui Ibunya.
"Ha-halo, Tante," sapa Bella dengan gugup.
Seketika, wajah Luna berubah. Dia menjadi lebih dingin dan menakutkan.
'Aish, sesuai dugaanku,' batin Bella merasa sedih.
"Masuklah," ajak Luna yang masih setia dengan sikap sedingin es.
Kini, hanya ada tiga orang sedang duduk di meja makan berwarna putih tersebut.
"Bagaimana kabar Ibu?" tanya Rey yang penuh kasih sayang.
'Dia sangat menyayangi Ibunya, ya. Lebih sopan dari yang aku duga,' batin Bella yang melihat mereka bertukar kabar.
Bella sedikit tak enak karena dari tadi hanya mendengarkan mereka berbicara saja. Jadi, dia pun memakan supnya.
"Sup buatan Tante sangat enak!" celetuk Bella dengan penuh antusias.
Bella berusaha sangat bersemangat setelah berbicara seperti itu. Namun, reaksi Luna lagi-lagi sama. Tidak membuat Bella nyaman di sana. Setelah mendengar Bella seperti itu, Rey juga tampak tidak menjawab apapun.
'Kalau begitu, untuk apa aku di sini?' batin Bella yang berharap ada Kevin yang dapat membawanya pergi jauh dari sini.
"Itu buatan pembantuku di sini," jawab Luna tiba-tiba sambil melihat sinis Bella.
"Ah, begitu, ya. Tetap saja ini sangat enak," jawab Bella dengan sangat jujur.
"Kamu bisa makan dengan diam, 'kan?!" teriak Luna yang membuat Bella menghentikan suapannya.
Mata Bella tiba-tiba menatap Luna dengan cukup sedih dan takut. Gadis itu dapat melihat Luna dengan tatapan benci. Dia seperti tidak ingin Luna hadir.
"Ah, ma-maafkan saya, Tante. Saya akan diam," jawab Bella dengan suara bergetar.
"Ibu, dia bukan mantanku," celetuk Rey tiba-tiba yang membuat Bella bingung.
Dan ada yang lebih membingungkan Bella saat ini. Wanita yang tadi memarahinya dengan menakutkan, sekarang memegang wajah Bella dengan amat sendu.
"Ma-maafkan saya. Saya kira kamu mantan anakku. Saya selalu pelupa seperti ini. Maafkan saya," kata Luna dengan sedikit mengeluarkan air matanya.
"Tidak apa-apa, Tante," jawab Bella sambil tersenyum sendu.
Bella berkecamuk dengan pikirannya sendiri. Dia tidak mengerti situasi ini.
'Ibu Rey melihatku mantannya? Apakah aku sangat mirip dengannya? Jadi, ini alasan Rey menikahiku?' batin Bella.
Kini Bella semakin hilang harapan. Bagaikan hati yang berharap mengapung di atas lautan luas yang indah, namun harus tenggelam ke lautan paling dasar di bawa oleh sesuatu yang tak diinginkan.
'Kalau begini caraku hidup, aku memang hanya tinggal menunggu giliranku mati saja. Tiba-tiba, aku tidak bergairah apapun. Seakan-akan hidupku akan seperti ini sampai akhir,' batinnya kembali.
"Namamu, namamu siapa, Nak?" tanya Luna tiba-tiba.
Luna menanyakan hal itu dengan tatapan berbeda. Dia tak semenakutkan itu. Bahkan Luna, berhasil membuat Bella menjawab tidak setakut tadi.
"Nama saya Bella, Tante," jawab Bella sambil menatap wanita itu dengan senyuman yang cerah.
"Saya senang saat Rey bilang akan menikah dengan seorang gadis. Walaupun saya takut jika orang itu adalah masa lalunya," kata Luna sambil mengusap tangan calon menantunya ini.
"Ah, iya," jawabnya hanya itu.
"Bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya Luna kepada keduanya.
"Itu karena aku menggodanya saat dia bekerja. Dia baru tahu jika aku CEO nya," jawab Rey dengan wajah yang hangat.
"Benarkah? Apakah baru bekerja di sana, ya? Anak saya memang sempat harus ke luar negeri 10 bulan menangani masalah di sana," kata Luna yang menatap Bella. Menjelaskan padanya.
"Iya, Tante. Saat itu saya memang tidak tahu, haha," jawabnya yang membuat suasana Luna senang.
"Terima kasih, ya. Sudah menerima anak saya. Rey memang belum baik. Tapi dia akan berusaha. Saya juga sangat senang kamu yang akan jadi istrinya," ucap Luna yang membuat Bella ikut senang entah kenapa.
"Terima kasih juga untuk semuanya, Tante," jawab Bella yang membalas elusan tangannya.
"Jadi? Kalian akan menikah kapan?" Luna bertanya.
"Satu minggu lagi," jawab Rey.
Luna tersentak kaget dengan jawaban anaknya itu. Karena pernikah sudah sangat dekat. Tapi, Rey baru memberitahunya sekarang.
"Anak nakal! Apakah kamu tidak melihatku sebagai Ibumu? Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang? Hah?!" kata Luna sambil memukul lengan anaknya itu.
"Kan sudah aku katakan sekarang. Memangnya harus kasih tau Ibu kapan, sih?" tanya Rey sambil melindungi dirinya.
"Kamu pikir pernikahan adalah taman bermain? Harusnya kamu memberi tahu Ibu jauh-jauh hari, tahu. Biar Ibu menyiapkannya dengan baik," jawabnya dengan hati yang kecewa.
"Ibu tenang saja. Kevin sudah mengatur jadwalnya," balas Rey.
"Apakah bisa di mundurkan? Ibu ingin semuanya tertata dengan baik. Aku tidak mempercayai anak itu atau kamu," kata Luna yang memelas.
"Tidak bisa, Bu. Jadwalku sudah sangat padat. Acara pernikahan juga tidak boleh sangat lama. Pekerjaanku juga banyak yang tertunda untuk pernikahan ini," kata Rey yang mulai menyakiti Bella lagi.