PERTARUNGAN tidak berhenti di sini. Dua orang yang saling menatap benci dengan nyata, tidak ada yang mau mengalah salah satunya.
'Kenapa dengan tatapan itu? Berani sekali gadis ini datang padaku seperti ini. Apa karena dia sudah tidak mau hidup?' batin Rey sambil mengangkat simpul bibirnya.
'Aish, dia menatapku seperti aku akan dibunuh saat ini. Sungguh dia orang yang licik. Dia yang membuat salah, kenapa harus balik marah? Apakah dunia hanya mengelilingi kepalanya? Aku yakin, jika tidak ada makhluk lain di sini, dunia saja enggan untuk menyentuh satu helai rambutnya,' batin Bella. Berusaha mendapatkan kemenangan kali ini.
Brak!
Suara pintu yang dibuka sangat keras oleh Kevin, membuat dua orang tersebut menatapnya lebih tajam dua kali lipat.
"Ma-maaf, Pak. Seseorang ingin bertemu Anda. Dia menyelinap masuk sampai penjaga tidak bisa menghadangnya. Ja-jadi, saya membuatnya untuk menunggu di ruang kantor lama Bapak. Mohon untuk segera menemuinya sebelum ada kerusuhan di kantor," kata Kevin dengan nafas tersendat.
Setelah mendengar hal itu, Rey bagaikan tahu siapa orang yang di maksud Kevin. Lantas, Rey pun menepis tubuh Bella karena ingin segera menemui orang itu.
Kevin jelas melihatnya. Namun apa daya, dia lebih memilih mengikuti Rey karena akan kacau jika menolong Bella terlebih dahulu.
Bella mengusap pinggangnya. "Aish, aku tidak bisa bayangkan bagaimana jika Rey membuatku hidup dengan tulang yang patah. Apakah saat itu aku masih sanggup melawannya? Argh! Sebalnya, karena dia memiliki segalanya. Oh! Tidak! Dia hanya iblis yang sedang Tuhan uji dengan kekayaannya," ucapnya. Bella berdiri sambil memegang lemari yang berisi foto penghargaan Rey.
"Ah, melihatmu yang sombong saja, aku sudah muak. Rasanya mau muntah! Aw, pinggangku sakit sekali. Lebih baik aku balas perbuatannya," sambung Bella.
Bella keluar ruangan Rey, sambil membawa bingkai foto milik Rey. Dan gadis itu pun menghampiri gudang pembakaran bagian bawah. Bella mendapati penjaga area pembakaran tersebut. Terlihat bahwa dia sedang mengemas beberapa sampah untuk dibakar.
Bella melihat foto Rey. "Aku tidak mengambil foto kamu bersama wanitamu ataupun keluargamu, artinya kamu beruntung, bodoh! Lalu, dengan entengnya kamu akan memastikan keluargaku tidak aman jika aku menolak menikah denganmu?! Cih, tetap saja. Aku hanya mengambil foto kamu yang paling baru dan yang tidak istimewa ini. Aduh, melihatmu tersenyum membuatku ingin segera melempar barang tidak berguna ini!" sentak Bella.
Bella melempar foto lengkap dengan bingkainya, saat penjaga tidak ada. Namun, dengan sigap, Rey bagaikan hantu yang bisa menghilang dan di hadapannya tiba-tiba. Rey menangkap benda kesayangannya itu dengan satu tangan. Sedangkan matanya, seakan-akan siaga untuk mengejar kucing pembuat onar.
Bella yang melihat hal itu, hanya sibuk menatap dan memikirkan barusan yang terjadi, dari pada langsung lari.
Hingga keterlambatannya, membuat Bella dikepung sejumlah penjaga dengan jas hitam. Otot-otot besar dan tubuh yang jangkung, membuat dirinya terkesan kecil dan merasa ingin menyerah.
"Tangkap kucing liar itu!" perintah Rey.
Barisan pertama yang berisi sepuluh orang, dengan percaya diri dapat menangkap Bella dengan mudah. Bella dengan tubuh kecilnya, berlari di satu ruangan itu yang cukup luas. Dia hafal ruangan yang mirip labirin ini. Namun bukan berarti para penjaga tidak hafal, mereka bahkan dapat menemukan Bella dengan mudah saat gadis itu bersembunyi dibalik pintu yang gelap.
Bella bersembunyi di tempat yang sudah lama tidak terisi. Sehingga para kawanan tikus berwarna abu-abu itu, bagaikan para siswa yang tiba-tiba bubar karena ada raksasa di hadapannya. Para tikus tersebut menjerit sambil mencari tempat persembunyian yang aman, begitupun Bella.
Bella sudah tidak tahan melihat puluhan tikus yang membubarkan diri adi dihadapannya. Rasanya, dia ingin bisu saja untuk saat ini agar tidak bersuara. Namun hal itu hanya akan menjadi angan, saat satu tikus naik ke kaki Bella. Entah dia sedang sengaja atau tidak tahu, yang di naikinya adalah manusia.
'Aish, tikus sialan ini! Cepatlah pergi, bodoh! Kenapa kamu tidak takut padaku? Apa kamu dengar, pria berkacamata hitam sana, menyebutku kucing pembuat onar. Ah, sia-sia aku berbicara dalam hati,' batin Bella marah.
Tikus itu semakin tidak tahu diri akan pijakannya. Dia terus merangkak naik sampai mau menyentuh lutut Bella. Sungguh, gadis itu ingin pingsan saja dan saat bangun berubah menjadi ratu tikus. Rasanya, dia ingin menghajar orang yang mencarinya.
Kaki yang semakin geli dan jika dilihat langsung, Bella cukup takut.
"Aaaaaaaa!" jerit Bella tak sengaja.
Jeritan tersebut, disambut dengan senyuman Rey dan penjaganya.
Bella yang tahu mereka akan menemui ruangan tempat Bella berada, dia pun berlari untuk kabur, dan bersembunyi di toilet wanita.
Dengan cepat Bella kunci pintu itu. Bella sengaja masuk toilet yang di kedua toilet di sampingnya sedang digunakan, Agar Bella punya waktu untuk berpikir, setelah ini dia harus kemana lagi.
Dia melihat-lihat kiri, kanan, bawah dan atas. Saat matanya menatap ke atas, Bella langsung saja membuka baut atap itu menggunakan jepitnya. Hal tersebut membuat rambut Bella lepas menjadi terurai. Dan saat Bella berhasil masuk ke lorong kecil tersebut dengan posisi tidak nyaman, rambut tak sengaja terjepit. Bella tidak mungkin membukanya lagi karena akan membuat mereka makin mudah menemukannya.
Dilihatnya, benda tajam dekat atap itu dia gunakan untuk memotong rambutnya walaupun cukup susah. Namun dalam keadaan genting seperti ini, entah kenapa benda seperti itu pun dapat menolongnya dengan mudah. Bella berhasil kabur dan terus merangkak di tempat itu sambil mencari titik batasnya.
Sedangkan Rey dan para penjaga, tak segan untuk mendobrak seluruh pintu tak terisi bahkan terisi wanita pun.
"Aaa! Sedang apa kamu?!" kata salah seorang wanita yang merupakan karyawan kantor milik Rey tersebut.
"Pak Rey, ma-maafkan kami. Ada apa, ya? I-ini sungguh mengejutkan," kata wanita dengan pakaian mini itu. Wajahnya malah terlihat senang karena yang mendobrak pintu adalah Rey.
"Panggil dua bari penjaga lagi. Suruh mereka untuk mengejar Bella. Dan kalian, periksa seluruh ruangan ini dan jangan biarkan semua wanita yang ada di sini pergi dulu, periksa dan tanya mereka. Siapa tahu salah satu dari kalian menyembunyikannya!" perintah Rey sambil marah.
Seluruh wanita di toilet tersebut, sangat cemas karena tidak mengerti dengan situasi ini. Sampai seorang wanita dengan rambut pendek dan terlihat tomboy, menghampiri Rey.
Hal itu dihadang para penjaga. Namun, Rey mengizinkan wanita itu untuk berbicara padanya.
"Maaf, jika saya lantang berbicara seperti ini. Apakah gadis itu mengenakan kemeja merah muda dan rok merah tua?" tanya wanita itu untuk memastikan.
"Benar sekali. Apakah kamu tahu sesuatu?" tanya Rey sambil memegang bahu wanita itu.
Rey malah terlihat cemas dari pada terlihat seperti akan mengejar gadis untuk di hukum.
"Saya melihatnya memasuki toilet ini. Dia masuk ke sini sambil berlari ketakutan," jawabnya dengan tenang.
"Lalu? Mengapa gadis itu tidak ada?" tanya Rey kembali.
"Mengenai hal itu, saya kurang tahu karena kami sudah sama-sama memasuki toilet masing-masing. Maafkan saya," jawabnya lebih rendah.
Rey mendatangi toilet bekas Bella tadi. Dia menatap dengan teliti seluruh sudut. Sampai Rey mendongakan kepalanya, dia tersenyum hanya dengan satu sudut sisi bibirnya.
"Jadi kamu di sana, sayangku? Aku akan mengejarmu walaupun harus berakhir mati bersama. Eh, atau hanya kamu yang akan mati di tanganku?" kata Rey. Tatapan puas.