REY mendekati apa yang sedang dilihatnya, yaitu rambut yang menggantung di atap itu. Laki-laki bertubuh tinggi itu, tanpa perlu menaik kloset duduk untuk menjangkaunya. Dia hanya sedikit berjinjit untuk menarik rambut milik Bella.
"Kemarilah, sayang. Bukankah kepalamu akan sakit jika berada di sana?" kata Rey sembari berusaha membuka atap yang menjebak rambut Bella itu.
Tak kunjung ada jawaban apalagi menuruti Rey, laki-laki itu langsung saja membuka atap dengan kasar. Suara pintu yang Rey alungkan terdengar nyaring membuat para penjaga miliknya berdatangan.
"Pak, apakah gadis itu ada di sana?" tanya salah satu penjaga yang memiliki otot paling besar.
"Argh! Sial! Dia berhasil kabur. Cepat, kita kejar dia. Bagi menjadi lima kelompok. Kelompok pertama, ikut dengan aku lewat pintu belakang. Siapkan juga beberapa mobil untuk kita tumpangi," perintahnya.
Rey merasa geram dengan situasi seperti ini. Gadis yang dianggap lemah, ternyata cukup cerdas juga.
Rey dan seluruh penjaga miliknya, berusaha lebih keras dan menyadari bahwa Bella tidak sebodoh yang mereka kira. Dan pengejaran ini, akan terus berlanjut sebelum Bella berhasil ditangkap.
Sementara gadis yang sedang mereka cari, sekarang dia tidak berhenti lebih jauh untuk melarikan diri.
"Aw! Aish, mengganggu saja!" ucap Bella saat terjatuh karena berlari menggunakan sepatu hak tinggi merah darahnya.
Sepatu hak tinggi itu, dia lempar ke sembarang arah tanpa memikirkan bahwa pengejarannya akan sangat mudah.
Bella melanjutkan pelarian dirinya itu. Namun, selama dia bekerja di kantor ini, dia tidak tahu bahwa di belakang perusahaannya ada tempat yang mirip hutan dengan banyak duri yang terkadang, menancap kaki mulus milik Bella.
Belakang perusahaannya, yang lebih dekat dengan pembakaran limbah perusahaan berada di bawah gedung tinggi, tempat para karyawan bekerja. Sehingga, jarang sekali para karyawan biasa berada di tempat seperti ini.
Nafas Bella bagaikan hembusan terakhirnya. Dia sangat lelah karena tak berhenti berlari. Dilihatnya semua penjuru untuk menemukan jalan raya secepatnya. Namun nihil. Bella mungkin harus berlari lebih jauh lagi untuk menemukannya. Dan tatapan Bella yang terlihat dingin itu, menemukan sebuah rumah atau pemukiman berwarna putih.
"Dia tidak akan jauh dari sini! Ayo, kita kejar dia!" ucap salah seorang penjaga Rey.
Suara keras itu terdengar lebih dekat dengan dirinya. Bella pun tanpa berpikir kembali, lari menggunakan tenaga yang belum terisi penuh.
Mata dan hatinya, jelas menuju rumah berwarna putih itu. Entah kenapa, langkah kakinya terasa lebih berat saat ini. Para manusia tubuh kekar dengan balutan kain hitam seragam, tampak terlihat ingin memangsanya. Mereka sungguh sangat dekat walaupun belum berhasil menarik Bella.
Ternyata, untuk masuk pemukiman itu, Bella harus berlari lebih jauh, karena benteng puting yang menjulang tinggi menghalanginya. Bella, gadis yang dikenal anggun sejak kecil, saat ini malah mirip gadis yang tumbuh di hutan. Entah kenapa, Bella memanjat dinding itu dengan mudah dari perkiraannya.
Walaupun satu kaki mengait berhasil. Namun satu kakinya lagi perlu diangkat untuk berhasil masuk di sana.
"Dapat! Hahaha! Kamu cukup lincah, ya. Tapi kamu tidak dapat kabur karena aku sudah mendapatkan kaki kecilmu ini!" kata penjaga bertato banyak dan berkulit paling hitam itu.
'Argh! Sial sekali! Aku kesulitan untuk menarik kakiku. Terlebih, tenagaku akan cepat habis. Bagaimana ini? Aku mohon, Tuhan. Bantu aku,' batin Bella dengan banyak ketakutan dalam dirinya.
Brugh!
Bella berhasil menendang wajah penjaga berkulit hitam itu dengan sangat keras. Sampai menyebabkan hidungnya berdarah dan sedikit bengkok. Lalu, mata yang lebam.
Bella melihat para penjaga mengejarnya dengan formasi acak. Namun, aura Rey tak tertandingkan oleh siapapun. Bella dapat melihat Rey di tengah-tengah formasi acak tersebut. Mulutnya terlihat menyungging membuat Bella ingin mencabik-cabik wajah rupawan Rey.
'Tidak ada waktu untuk memberikan ekspresi benci saat ini,' batinnya.
Bella langsung melompat dari benteng atas tersebut. Dia memasuki ruangan yang sejak tadi dilihatnya. Diluar ekspektasi. Ruangan ini tampak gelap dan bau besi.
Bella berpikir terlalu lama sampai seseorang memegang pundaknya pelan.
Bella pun membalikkan badannya secepat kilat bersamaan tangan yang dipegang Bella erat guna membalikkan badan laki-laki itu.
Rey menatapnya dengan kepala miring. Alis terangkat sebelah dan mulut yang terangkat satu. Tatapan remeh itu, seakan-akan Bella sudah tahu bahwa dirinya tak mampu membalikkan tubuh kekar Rey.
Bella menarik tangan dirinya yang dicengkeram hebat. Sehingga membuat rasa perih di pergelangan tangannya.
Tak disangka. Bella sudah di kepung penuh oleh para penjaga Rey. Dan kini, yang berada di tengah hanya mereka berdua.
Dengan lemas Bella mengatakan sesuatu yang membuat tawa Rey menggelegar dan sangat mengerikan.
"Lepaskan atau aku akan membunuhmu!" sentak kedua kalinya.
Ancaman itu, lagi-lagi ditertawakan Rey sendiri. Semua orang yang mengepungnya hanya menatap mereka tajam sambil berjaga-jaga jika Bella kabur kembali.
"Bagaimana gadis kecil sepertimu membunuhku? Hah? Bahkan kamu hanya pintar berlari. Lalu, perlawananmu hanya sampai sini saja. Kamu, makhluk kecil lemah, jangan merasa dirimu hebat. Sudah aku katakan, kalau kamu menolak seperti ini, bukan hanya hidupmu saja yang terancam," ancamnya yang membuat bulu kuduk siapapun merinding.
"Benarkah? Aku rasa kamu tidak akan melakukan hal mengerikan itu. Kamu mencintai reputasimu, 'kan?" jawab Bella.
Tangan Bella yang bergerak maju menemui dasi acak itu, tampak gadis itu rapikan dengan cukup penekanan yang membuat Rey menahan cekikannya.
Dengan cepat, Rey menahan tangannya Bella. "Hentikan dan lihatlah hadiah yang aku siapkan untukmu," kata Rey sambil mengusap lembut kaki Bella yang tertusuk duri tadi.
Bella menepis perlakuan Rey padanya dengan dada yang penuh amarah.
Rey mendongakan kepalanya. Lalu berdiri kembali mensejajarkan tubuhnya dengan Bella.
"Apakah kamu masih marah? Kalau begitu, apakah kamu akan tambah marah setelah melihat ini?" kata Rey sambil menunjukan tangga di hadapannya.
Dengan perasaan bingung, Bella kali ini tak menepis tangan Rey yang memegang pundaknya, untuk membantu gadis itu melihat apa yang Rey maksud.
Bella menuruni tangga yang tidak pendek. Semakin ke bawah, entah kenapa Bella sedikit pengap karena gelap di tambah di sisi dan di belakangnya ada musuh yang siap membasmi dirinya, kapan saja Bella ingin kabur.
Bella mendongakan kepalanya ke arah Rey. "Apakah di sini memang gelap? Di mana saklarnya? Aku merasa pengap," tanya Bella dengan ragu.
Pikiran Bella tidak bisa positif sekarang. Dia berpikir bahwa Rey akan melakukan kejahatan pada dirinya sampai dibawa ke ruang bawah tanah pengap ini. Sungguh, Bella ingin melarikan diri tapi tidak tahu caranya.
Setelah Bella dan Rey menginjakkan kaki ke lantai itu, Bella berhenti berjalan dan malah menatap Rey.
"Ada apa sayangku? Kenapa kamu menatapku seperti itu? Hm?" tanya Rey.
Pertanyaan yang Bella simpan sedari tadi, akhirnya dia memberanikan diri untuk menanyakannya saat ini.
"Apakah ini tempat untuk kau membunuhku?" tanya Bella sedikit tegas.
Rey yang mendengar hal itu, langsung berjalan maju mendekati Bella. Dengan jari tangannya yang di pijat sehingga mengeluarkan suara.
Bella memundurkan tubuhnya dengan rasa takut yang menyelimutinya saat ini. Tubuhnya bergetar.
'Tangan itu, kenapa tangan itu begitu kekar dan menakutkan,' batin Bella. Menatap tangan yang sedikit lagi akan menyentuh lehernya.