Chereads / Membenci Sebuah Janji / Chapter 19 - Bella Tidak Menduga

Chapter 19 - Bella Tidak Menduga

GREP!

Benar saja. Laki-laki itu mencekik leher Bella, walaupun tidak membuat Bella sangat sakit dan kehabisan nafas. Rey seperti mencekiknya karena ingin menakutinya saja. 

"Kalau benar, memangnya kenapa? Aku perlu mengambil nyawamu yang tak berharga ini, jika kamu berani menentangku, bukan?" Rey berkata dengan enteng yang membuat Bella tak habis pikir. 

"Krrish! Ka-kamu akan me-nye-sal!" jawab Bella. 

"Mari kita lihat siapa yang akan menyesal. Aku ... Atau kamu," ujar Rey. 

Laki-laki itu berkata demikian dengan percaya diri. Seakan-akan kemenangan ada pada pihaknya. Sampai Bella sendiri pun, berpikir bahwa Rey sudah menyiapkan hal mengerikan ini untuk membuatnya bungkam. Walaupun entah apa lagi kejutan yang akan Reu siapkan lagi. 

"Bawa dia," perintahnya kepada beberapa penjaga yang mengelilinginya. 

"Baik, Pak."

Sret! Bruk! 

"Kevin!" panggil Bella dengan suara yang histeris. 

Bella tak percaya dengan apa yang ditatapnya saat ini. Kevin yang merupakan sahabatnya sekaligus ... Sekretaris Rey, dia diseret di hadapannya dengan brutal. 

Luka yang penuh darah segar itu, membuat Bella tak kuasa menahannya. Kepala yang bercucuran darah. Mata yang lebam sampai tak bisa membuka. Dan tatapan tak berdaya dari sahabatnya itu, membuat Bella ingin memeluknya saat itu juga. 

Bella yang ingin menghampiri sahabatnya itu, lebih dulu di tahan oleh oleh dua pria berotot di belakangnya. 

"Lepaskan aku! Biarkan aku mengobatinya!" Bella meminta hal itu dengan berteriak. 

Rey yang mendengar perkataan Bella, mendaratkan satu kakinya ke lantai. Dan tangannya meraih dagu Bella dengan kasar. 

"Kamu benar-benar akan mengobatinya? Cih, karena kamu terlihat sangat bersemangat, kamu harus lihat ini terlebih dahulu," ujar Rey. Membalikkan badan, menghadap Kevin yang menatapnya pasrah. 

Bugh! Bugh! 

"Tidaaaaak!" teriak Bella. 

Rey meninju Kevin tanpa ampun. Kepalan tangan yang dibalut gelang besi membuat wajah bahkan tubuh Kevin lebih mudah lebam dan mengucurkan darah baru. 

Kevin yang lemas sampai tergeletak di lantai, tak membuat stamina Rey runtuh. Dia malah lebih bersemangat lagi untuk membuat luka di antar luka yang sudah ada ataupun belum. Karena perasaan gila dan memuaskan Rey, yaitu membuat lukisan darah tanpa menyisakan satu kulit yang bersih. 

Kreet! 

"Berhenti, bodoh!" teriak Bella kembali. 

Tubuh Bella terasa akan lepas dari kulitnya. Dia berteriak dan memberontak dengan sisa tenaganya yang dapat dikatakan, cukup kuat. Sehingga memerlukan satu orang lagi untuk menahan pemberontakan Bella. 

Bella lebih histeris seperti itu, karena Rey tetap tak puas hanya memukul Kevin seperti tadi. Sehingga ide psikopatnya muncul. Yaitu, menyayat pipi berbentuk lurus sebanyak dua kali. 

Kevin mengepalkan tangannya, bukan karena ingin membalas Rey. Tapi yang dilakukan Rey sungguh menyakitinya lebih serius. Rasa sakit, linu dan perih bercampur. 

Sedangkah Bella, dia tidak mengerti atas apa yang dilakukan Rey sekarang. Kenapa dia sampai sejauh ini. Namun, Bella teringat ancaman Rey, jika Bella tidak menurut, maka keselamatan orang-orang terdekatnya tak dapat Rey jamin. 

Sekarang Bella mengerti tindakan gila ini. Bella sedang menerima hukuman yang melibatkan orang lain. 

"Aku akan menikah denganmu, kapanpun itu," celetuk Bella. 

Perkataan Bella barusan, membuat Rey menghentikan aksinya dan mematung tiba-tiba. Namun perasaan Rey tak bisa berbohong. Entah harus senang ataupun sebaliknya. Karena jelas-jelas Bella berbicara seperti itu merupakan unsur paksaan, walaupun menguntungkan Rey. 

Perasaan hampa dan tak puas itu, terpaksa Rey telan paksa. Dia menyadari bahwa dirinya tidak memiliki rasa cinta kepada Bella, apalagi gadis itu. Rey tahu bahwa Bella membencinya lebih dari apapun. 

"Maka dari itu, lepaskan Kevin sekarang juga!" pinta Bella, paksa. 

"Apakah kamu sangat menyukainya, Bella?" tanya Rey. 

Rey duduk bersila di hadapan Bella yang sedang dipegang erat oleh dua pria berotot. Tatapan kali ini berbeda dari tatapan ganas tadi.  Bella melihatnya seperti tatapan sedikit sendu. 

Namun, Bella tak mengerti dengan Rey saat ini. Dia malah kesal karena suasana hati dan sikap Rey selalu berubah sangat cepat. Dan untuk pertanyaan tersebut, Bella tidak tahu Rey mengharapkan jawaban apa. 

"Kenapa kamu sangat ingin tahu akan hal itu? Karena jika aku mengatakan yang sebenarnya, aku tetap akan berakhir menikah denganmu."

Bella menjawabnya dengan wajah yang datar. Terdengat tak berperasaan namun Rey melakukannya lebih dari ini. Bella juga tak keberatan dengan perkataannya itu karena hati Rey jelas bukan untuknya. Dan poin utamanya, Bella ... Tak mengharapkan cinta. 

"Ck, kamu sangat berterus terang. Tapi aku tidak minta maaf telah menarikmu sampai sini. Aku berharap banyak agar kamu terbiasa dengan hukuman jika membuat kesalahan," paparnya. 

Bella yang mendengar jawaban tersebut, cukup terkejut walaupun tak menampakan ekspresi sebenarnya. 

Bella mengangkat satu bibirnya, dengan tatapan ke lantai. 

"Lepaskan aku dan dia. Mengadu mulut bisa kita lakukan di tempat lain," pintanya. 

"Lepaskan mereka dan berikan kotak P3K. Juliet sudah tak tahan ingin mengobati luka Romeo yang cukup serius," sarkasnya. 

Setelah ikatan keduanya dilepaskan, Rey bersama seluruh penjaganya keluar lewat pintu yang sama, tanpa menengok ke belakang. Walaupun Rey, sangat ingin. 

Selain itu, Bella tak henti-hentinya meminta maaf sambil membanjiri seluruh ruangan ini. Bella yakin bahwa dirinyalah penyebab utama Kevin seperti ini. 

Bella juga khawatir jika Bibi tahu soal ini. Bagaimana cara Bella menebus rasa sakit yang dialaminya. 

"A-aku sungguh tidak ingin hidup seperti ini. Tapi aku juga tidak mau membawa kalian ke neraka bersamaku," ucap Bella. 

Kevin yang mendengar perkataan Bella, tak kuasa menahan tangis sampai air matanya sudah menggenang hebat dan akan segera jatuh. Dan saat jatuh pun, Kevin berdalih bahwa Bella terlalu keras menyentuh lukanya. 

"Bella, aku minta maaf karena berkata seperti ini. Tapi tolong bertahanlah sebelum aku membawamu pergi darinya. Aku–ingin menikahimu," ucap Kevin. 

Bella tak menjawabnya. Dia malah menatap Kevin, lalu menangis kencang. Bella bukan senang bahwa suatu saat Kevin akan membawanya pergi ke kehidupannya. Bella hanya terharu karena Kevin bisa memikirkan dirinya sejauh itu. 

Kevin seharusnya tahu, bahwa melawan Rey adalah suatu kemustahilan. Sehingga kesempatan untuk membawa Bella pergi sangat sedikit. 

Kevin bisa berkata demikian juga karena jawaban Bella kepada Rey tadi. Kevin menyimpulkan perkataan Bella terlalu cepat, bahwa Bella menyukainya. Padahal, Bella hanya ingin berkata yang menyakiti Rey saja. 

Bella tidak memiliki perasaan lebih kepada Kevin untuk saat ini. Tapi jika harus memilih Rey atau Kevin, Bella akan memilih sahabatnya itu. Bella yang sudah tahu sifat Kevin dan kehangatan keluarga padanya, membuat Bella merasa aman dan nyaman. Sehingga Bella berpikir bahwa cinta bukanlah alasan utama untuk pernikahan. 

Namun, kondisi saat ini memaksanya harus memilih Rey. Yang entah bagaimana keluarganya akan menghangatkan dirinya. Apalagi, perasaan nyaman dan aman dari Rey, Bella sampai tak kuasa memikirkannya. 

Di tengah momen berdua mereka, seseorang masuk gudang itu. 

"Bella, Pak Rey kecelakaan!"