Chereads / Beautiful Mate / Chapter 59 - Mendengar Naga

Chapter 59 - Mendengar Naga

"SRIIINNG!!!"

"BRUUUK!"

Sebuah benda yang entah dari mana asalnya tiba-tiba saja jatuh dan ambruk menimpa Dom yang sedang berjaga dengan para pasukannya pagi itu tanpa petunjuk apapun sebelumnya.

Ia mengerjap dan sedikit tersenyum ketika mengetahui 'benda' yang menimpanya hingga ia terjengkang dan ambruk melesak diantara tebalnya salju di bawahnya itu adalah sesuatu, atau lebih tepatnya adalah sesosok seseorang yang membuatnya begitu gembira.

"Well ... well ... well, ternyata ada bidadari cantik yang sedang jatuh di pelukanku tepat setelah aku memikirkannya. Apakah ini hadiah dari langit untukku?" ucapnya yang terkejut sekaligus bersemangat. "Selamat datang, Sayang. Apakah kau begitu merindukanku hingga menghampiriku dengan menindihku secara tiba-tiba seperti sekarang ini?" tanyanya lagi.

Dom tersenyum sambil menatap Avery yang masih shock karena tiba-tiba saja mendarat di atas tubuh keras pria itu. Butuh beberapa saat untuk Avery menyadari keadaannya. Baru setelah ia menyadari situasinya, Avery segera bereaksi.

"Doooommmm!!!" teriak Avery penuh haru dalam ledakan tangisannya sambil membenamkan wajahnya pada leher Dom. Ia kemudian memeluk erat-erat leher Dom.

"Yeah, tepatnya bukan hanya satu 'bidadari' yang jatuh, Dom." Jill yang sedang membantu Leah berdiri turut menghampiri sepasang suami-istri yang masih berbaring di atas salju tebal itu.

"Leah? Kau juga di sini? Apa yang telah terjadi!?" tanya Dom heran ketika ia mendapati Leah yang juga berada di sana. Dom dengan sigap segera bangkit untuk duduk tegak dan meraih wajah sembab Avery. Ia menatap Avery dan mengusap sisa tangisannya.

"Katakan, apa yang telah terjadi, Sayang?" tanyanya was-was.

"Maltus menangkap kakek dan nenek! Ia menjebak mereka hingga para dewan pengawas datang bersama para pengawal untuk menangkap mereka. Nenek, membuat portal dan memintaku untuk pergi ke tempat yang seharusnya kudatangi. Aku begitu panik hingga tak tahu apa yang harus kulakukan dengan keadaan yang sangat mendesak dan tiba-tiba itu. Aku ... aku tak dapat berpikir! Aku hanya bisa memikirkanmu Dom! Dan ... dan ... dan ... lalu ...."

Ciuman lembut segera Dom layangkan untuk istrinya guna menenangkan dirinya. Ia memagut bibir lembab Avery yang sedang panik untuk beberapa saat hingga istrinya dapat menguasai dirinya kembali.

"Ssh ... tenang, tenanglah Sayang ... bernapaslah perlahan saja. Memang benar inilah tempat yang harus kau tuju. Kau sudah melakukan hal yang benar," ucapnya kemudian. "Tak perlu khawatir, jangan takut karena sekarang ada aku. Kita akan menyelesaikan ini bersama, oke!?" lanjut Dom. Ia menatap Avery dengan lembut untuk meredakan kepanikannya.

Avery mengangguk dan menatap Dom penuh rasa syukur. Ia kembali memejamkan matanya ketika Dom mulai memberinya ciuman susulan lagi. Ciuman yang mengisyaratkan kerinduan dan rasa sayang yang begitu mendalam.

Ia memagut dan mencumbu Avery untuk beberapa saat hingga sebuah suara akhirnya membuyarkan aktivitasnya itu dengan segera. "Hei Nak, mau berapa lama lagi kau pertontonkan kemesraan kalian pada kami?!" ujarnya.

Avery yang terkejut, segera melepaskan diri dari Dom dan mencari sumber suara tersebut. "Dad!?!" ucapnya ketika menoleh pada pria itu.

"Hai, putri cantikku!" sapa Lucius dengan senyum lebarnya.

Dom segera membimbing Avery untuk berdiri, sementara Lucius mendekati putra dan menantu cantiknya. "Putri cantikku, kami sangat merindukanmu!" Ia serta-merta memeluk Avery dan sedikit memutarnya karena pelukan bahagianya itu.

"Jangan mengguncangnya, Lucius. Cucuku ada di dalam sana!" ucap Dorothy sambil menepuk bahu Lucius agar menghentikan aksinya itu.

Avery sedikit terhuyung ketika Lucius menurunkannya kembali. Dom yang telah mengikutinya segera menangkap Avery dan memeluknya posesif dari belakang. "Kalian memperlakukannya seolah ia adalah mainan," gumamnya. "Kau tak apa-apa, Sayang?" tanya Dom lagi.

Avery menggeleng sejenak dan tersenyum. "Aku tak apa. Aku juga sangat senang bertemu dengan kalian," ucapnya kemudian.

"Oh, Sayangku ... pendaratan teleportasi yang cukup keras ya? Kau tak apa-apa, Sayang? Itu karena kau begitu panik dan belum menguasai teleportasi dengan benar." Dorothy berucap sambil memeluk Avery dan mencium kedua pipinya.

"Aku tak apa Mom, hanya sedikit terkejut saja dan ... Woow!!" seru Avery takjub. Ucapannya terpotong karena ia baru menyadari sesosok besar yang mendengus dan bergerak-gerak yang ada di belakang rombongan dan kedua orangtua Dom.

"Naga ...," gumamnya takjub. Ia tak dapat mengalihkan pandangannya terhadap makhluk besar berwarna hijau kehitaman yang mengilat dan memiliki ekor serta sayap itu.

Jika mau dibandingkan, ia layaknya seekor dinosaurus besar seperti yang ada di film-film yang pernah ia tonton. Sangat besar, kira-kira seukuran sebuah truck atau bus.

"Perkenalkan, ia adalah Warick," ucap Dom sambil setengah berbisik pada Avery yang masih menganga. "Ia datang bersama Mom dan Dad."

Perkenalkan, aku adalah Warick, Luna. Sang naga kemudian berucap melalui telepati Avery.

"Oh! Kau dapat bertelepati denganku?!" gumamnya terkejut.

"Benar, Sayang ... karena kau adalah Lunaku dan karena kemampuan spesialmu," jawab Dom kemudian. "Warick akan mengerti komunikasimu baik kau berbicara ataupun tidak. Dan ya, ia bisa mendengar dan mengerti semua ucapan kita, tetapi ia tak dapat membalas itu melalui hal yang sama. Ia hanya dapat menjawab melalui telepati," jelas Dom kemudian.

"Menakjubkan. Aku sungguh senang bertemu denganmu, Warick," jawab Avery kemudian. "Bolehkah aku menyentuhmu?" tanyanya dengan raut yang penuh keingintahuan.

Seperti yang diucapkan Dom sebelumnya, Warick kemudian menunduk dan tampak mengangguk menandakan ia setuju dengan permintaan Avery.

Dengan sedikit canggung dan ditemani Dom di sampingnya, Avery kemudian perlahan mendekati Warick. Ia menjulurkan telapak tangannya dan menyentuh bagian kepala Warick dengan hati-hati.

"Kau sungguh nyata," gumamnya. Tak henti-hentinya ia merasa takjub pada makhluk Anima yang besar itu.

"UUUUNNNNGGH!!"

Avery dan rombongan Dom sekejap membeku ketika kemudian terdengar lenguhan yang menggema dari Gunung Kristal yang berasal dari makhluk penjaga di dalamnya. Ya, itu adalah suara raungan Naga Kristal.

"GRAAAHHHHRRGGGHH!!"

Lenguhan yang menggema tadi disusul oleh geraman dan raungan keras setelahnya. Entah apa yang sedang dilontarkan naga itu, tetapi tampaknya ia sedang marah dan menggeram keras.

"Kita harus ke sana!" ucap Avery kemudian.

"Tunggu, Sayang, jangan terburu-buru. Biar aku dan Warick serta kelompok pasukanku yang masuk ke dalam. Lagipula kurasa naga itu sedang marah karena kedatangan kita," cegah Dom.

"Tidak, Dom. Naga itu marah bukan karena kita. Ada sesuatu yang membuatnya marah tetapi bukan kita," jelas Avery.

"Bagiamana kau tahu itu? Benarkah itu Warick? Apa kau dapat mengerti amarahnya?" tanya Dom.

Warick menggeleng dan mendengus menjawab pertanyaan Dom. Ia menegaskan dalam telepati bahwa ia tak mengerti penyebab amarah Naga Kristal.

"Jadi, apakah hanya aku yang dapat mendengarnya berteriak?!" ucap Avery kemudian. Ia menatap Dom dan Warick secara bergantian.

"Kurasa memang begitu, Sayang," gumam Dom sambil mengerutkan alisnya. "Ayo kita masuk bersama Warick untuk menemuinya."

____***____