Chereads / Beautiful Mate / Chapter 23 - Telepon yang Mengejutkan

Chapter 23 - Telepon yang Mengejutkan

Seharian ini, Avery telah puas mempraktekkan kemampuan barunya dengan begitu antusias. Ia hanya perlu memikirkan apa yang ingin dilakukannya dan seketika itu juga kekuatannya mampu mewujudkan itu.

"Barier mansion telah kuperkuat dengan kemampuan yang kumiliki. Semoga ini cukup kuat untuk dapat membantu melindungi kediaman ini," ucap Avery. Ia kemudian berjalan menuju salah satu kursi taman dan duduk di sebelah gadis mungil dengan rambut manisnya. "Aku masih belum sepenuhnya yakin dan percaya dengan kekuatan baru yang kumiliki."

"Apa yang kau katakan? Kau sungguh luar biasa!" ucap Leah dengan mata berbinar. "Aku tahu kau bukanlah manusia biasa sejak pertama kali melihatmu, Avery. Lalu, ini semua terjadi hanya dalam waktu beberapa hari saja!" ucapnya lagi dengan takjub. "Tak ada manusia biasa yang mampu melakukan seperti yang kau lakukan sekarang ini."

"Terima kasih, tapi aku pun tak tahu bagaimana ini bisa terjadi, Leah." Avery tersenyum menanggapi ucapan Leah. "Kurasa, semua memang telah digariskan begitu saja. Walau yah, jelas aku masih tak percaya dengan apa yang kualami, tapi aku hanya harus belajar menerimanya saja, bukan?"

"Benar, itu sebabnya kau datang ke dalam Anima dan masuk begitu saja ke tengah-tengah kami tanpa tahu apapun, bukan?" Dominic yang kemudian menghampiri kedua gadis itu, ikut bergabung dalam pembicaraan mereka. "Kau harus menerima fakta tentang dirimu sekarang ini. Percaya dirilah Avery seperti saat pertama kali kau memutuskan menginjakkan kakimu di Anima."

"Ya, percayalah, dan aku sangat puas ketika kau menilai tampang Dominic saat itu," balas Leah geli. "Aku masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana raut wajahmu yang terkejut itu, haha!" Leah sedikit tertawa puas, merujuk pada Dom.

"Benar, gadis yang tak sopan, kau telah mempermalukanku di hadapan seluruh karyawanku saat itu," gumam Dominic. Ia kemudian duduk di samping Avery.

Avery membasahi sedikit bibir bawahnya. "Maafkan aku, aku tak tahu jika kalian dapat mendengar suara yang begitu kecil, terutama yang kuucapkan saat itu," ucap Avery sedikit kikuk.

"Jangankan suaramu, Sayang, kami semua bahkan dapat dengan mudah mendengar detak jantung dan desahan napasmu," balas Dom yang kemudian menarik Avery dan mencium bibir basahnya dengan gemas.

"A ... apa yang kau lakukan, Dom?" bisik Avery terkejut karena aksi Dom yang tiba-tiba itu. Ia setelahnya menatap Leah dengan kikuk.

"Oh, tak usah hiraukan aku," balas Leah seolah mengerti. "Maafkan kelakuan kami, terutama dirinya ya Avery. Kaum beast sering kali tidak dapat menahan hasratnya, terutama ketika mereka sedang mengalami siklus 'serangan panas' dalam dirinya," ucap Leah.

"Mengapa kau yang meminta maaf? Jangan mengolokku hanya karena kau dapat mengendalikan dirimu," balas Dominic. "Andai kau tahu betapa susahnya diriku untuk tetap berpikir waras ketika berada dekat dengan Avery-ku. Dan kau! Jika saja kau tak memiliki kemampuan itu, mungkin kau juga akan menggila karena pengaruh feromonku yang meledak setelah milik Avery begitu mempengaruhiku."

Leah memutar kedua bola matanya. "Aku tahu kau adalah sepupuku, tapi kau tak perlu bersikap terlalu sombong seperti itu. Aku jelas tak akan terpengaruh oleh feromon atau apapun milikmu," cibir Leah.

"Kalian sepupu?" tanya Avery spontan.

"Ya, tentu saja. Banyak yang tak menyangka aku adalah sepupunya. Karena seperti yang kau lihat, aku begitu bersinar dan ceria, sedangkan ia begitu menakutkan seperti penguasa kejam. Yah, walau sebenarnya ia memang begitu kejam," gumam Leah.

"Tak usah percaya padanya, selain bersikap ceria, ia juga pandai memanipulasi pikiranmu, Avery," balas Dom.

"Seperti apa misalnya?" tanya Avery heran.

"Seperti yang sedari tadi coba kulakukan padamu ... Dear. Tapi sayangnya, ia tak dapat kutembus, Dominic." Leah menatap Dominic sambil menggeleng tanda menyerah.

"Benarkah? Sudah kubilang ia bukan manusia biasa," jawab Dominic serius. "Katakanlah, Sayang, mengapa aku tak dapat mendengar isi hatimu? Apa kau bahkan tak memikirkan apapun di dalam hatimu?" tanya Dom.

Avery mengerjap sejenak dan sedikit tersenyum. "Itu karena aku memang menahannya," jelasnya. "Aku sekarang sedang menahan diriku agar isi hatiku tak dapat kau dengar dan baca, Dom," akui Avery malu-malu.

"Pantas saja! Itu sebabnya aku tak dapat memanipulasimu dan memasuki pikiranmu? Semua kemampuan untuk mempengaruhiku seolah hilang! Apakah itu karena kau sedang menahan dirimu sekarang?" ucap Leah.

"Kau apa? Kau sedang mencoba untuk memanipulasiku?" tanya Avery.

"Ya, tidakkah kau merasakannya? Aku sedari tadi mencoba memasuki pikiranmu. Tak seperti saat kita pertama bertemu, aku masih dapat mempengaruhimu sedikit saat itu. Ingat saat perasaanmu menjadi lega dan ringan setelah aku menyentuh tanganmu, ketika kau gugup waktu itu?"

Avery mengangguk-angguk. "Nah, saat itulah aku memberimu sugesti menenangkan agar perasaanmu ringan dan tenang. Tapi sekarang, kurasa aku tak bisa melakukannya padamu, benar? Yah, kecuali jika dirimu sendiri mengizinkan itu," jelas Leah lagi.

"Bisakah ia melakukannya pada hewolf lainnya yang memiliki kemampuan sejenisnya sepertimu?" tanya Dom pada Leah.

"Mengapa kau tanyakan?" tanya Leah. "Apa ia pernah bertemu dengan hewolf yang memiliki kemampuan sepertiku?"

"Yeah, pagi tadi saat kami berkunjung ke universitasnya," jawab Dom. "Ia hewolf kurang ajar yang bahkan tak gentar pada tekanan feromonku."

"Maksudmu Nathan?" tanya Avery setelah tahu maksud Dom.

"Nathan? Nathan Newman? Apakah ia berambut gelap dan bermata biru? Jika iya, aku sepertinya mengenalnya. Ia memang salah satu hewolf yg memiliki kemampuan sepertiku. Setahuku ia dosen di sebuah universitas atau semacamnya. Memangnya kenapa dengannya?" tanya Leah.

"Ia mencoba mencuri milikku," jelas Dom sambil menatap Avery dalam.

Leah mengangguk-angguk mengerti. "Apa kau tak tahu? Ia adalah salah satu lone wolf, walau begitu tak ada yang berani mengusiknya karena ia bekerja dengan aturannya sendiri. Ia pria pemangsa yang tak dapat dipercaya yang sangat menyukai uang. Dan ia juga 'pemangsa wanita'," jelas Leah.

"Apa maksudnya?" tanya Avery.

"Bisa dikatakan, sebutannya semacam informan atau mata-mata dalam dunia kalian. Walau ia licik, tapi ia cukup memiliki kemampuan," terang Leah lagi.

"Bagaimana kau tahu tentang pria itu?" tanya Dominic heran.

"Ingat saat kau menyuruhku untuk menyelidiki salah satu kompetitor curang pada perusahaanmu? Memangnya dari mana aku mendapat semua informasi kelam itu, jika bukan darinya?" ucap Leah santai.

"Dan kau tak mengatakan apapun tentang itu?!" ucap Dom seolah tak percaya.

"Seingatku kau tak pernah bertanya," ucap Leah membela diri.

Beberapa saat kemudian ponsel Avery yang ia kantungi berbunyi. Avery segera menjawab panggilan yang ditujukan untuknya itu.

"Halo, Ruth?!" sapa Avery begitu tahu si penelepon.

"Avery Selena Dawn, pulang sekarang juga sebelum aku melaporkanmu ke kantor POLISI!!" teriak Ruth tiba-tiba di seberang sana. Dengan refleks Avery menjauhkan sedikit ponselnya.

Avery lalu membulatkan matanya karena terkejut. Ia bahkan masih merasa shock dengan teriakan Ruth yang telah memekakkan telinganya. "A ... apa maksudmu, Ruth?!" lirihnya. Ia tak menyangka akan mendapatkan telepon yang mengejutkan seperti itu.

"PULANG SEKARANG JUGA AVERY!!" tegas Ruth. Avery menganga menatap Dom dan Leah secara bergantian.

____****____