Jauh sebelum semua memutuskan untuk terbang ke kota New York. aku akan memperkenalkan sebuah kisah sebelum di mulainya bertemu dengan pria itu.
Namaku adalah Aurora Lovania, gadis kelahiran tahun 19XX itu memiliki garis keturunan yang sangat hebat dan percampuran inggris dengan kanada, kehidupannya sejak kecil bahkan sebelum lahir memang sudah menjadi sesuatu yang dikatakan rahasia, baik itu tempat tinggal maupun lingkungannya yang tidak bisa sembarangan orang bisa berada di sana.
Tempat itu hanya di huni oleh agen rahasia pemerintahan, yang bisa dikatakan jika apapun kehidupan mereka tidak akan bisa diketahui oleh orang lain, bahkan mereka tidak memiliki saudara dan bahkan teman di hidupan nyata tidak bisa mereka hubungi sedekat itu.
Ayah Aurora adalah seorang agen rahasia sejak usianya berusia dua puluh lima tahun. Nama Grew Alexander, sedangkan ibunya adalah seorang sipil negara yang bekerja di bawah pemerintahan juga, keduanya menikah karena hubungan yang saling menguntungkan, walau cinta tumbuh terakhir saat Aurora lahir.
Hingga akhirnya kedua cinta mereka menjadi lebih dalam dan saling mencintai satu sama lain, hingga akhirnya Aurora memiliki seorang adik tapi sayang usia tidak bertahan lama karena memang sejak kecil sudah banyak problematic sejak di kandungan ibunya.
Oh ya, nama ibunya adalah Leona Lovania, dia bertemu dengan alex hanya karena atasan ibunya merekomendasikan pria itu padanya, cerita yang sangat unik bukan?
Tapi itulah namanya takdir, tidak akan ada yang bisa menebak apa yang terjadi di masa depan, tapi jika bukan karena hal itu mana mungkin ada Aurora sekarang.
mendapatkan kedua orang tua yang pekerjaan yang dipenuhi oleh banyaknya rahasia, Aurora masih mendapatkan masa kecil yang baik, dia bisa bersekolah di sekolah umum dari sekolah dasar hingga tingkat atas, hanya saja setelah menyelesaikan pendidikannya selama 12 tahun.
tepatnya saat usia Aurora tujuh belas tahun, barulah kedua orang tuanya memberikan pilihan pada Aurora untuk masa depannya, hanya saja ayahnya sangat ingin dia bergabung di agen rahasia agar ayahnya bisa pensiun di usia yang sekarang sudah 45 tahun, harapan hanya ingin menjadi seorang pengrajin yang bisa menikmati hasil karya seninya.
masa muda sudah terlalu dengan banyak hal yang dirinya korbankan, salah satunya tangannya yang tidak berfungsi dengan baik dan kini dia sulit melakukan sesuatu dengan tangannya.
Tentu saja itu bukan hal mudah yang diterima oleh Aurora karena dia memiliki cita-cita sendiri, salah satunya dia ingin menjadi dokter, tapi karena dia hanya anak satu-satunya dan harapan keluarga, akhirnya dia setuju dan di usia masih muda dia mengikuti pelatihan yang cukup berat.
Bukan hal mudah karena Aurora hanya setengah hati menjalankannya, dia bahkan tidak suka dengan apa semua hal yang dirinya lakukan, latihan fisik, pengenalan dunia ayahnya yang ternyata saat berat.
Sampai Aurora sungguh di buat kagum dan selalu tertantang dengan apa yang menjadi misi dirinya, misi pertama dimana dia harus menangkap seorang bandar narkoba walau hanya kecil, tapi menjadi sebuah kebanggaan untuknya.
Dia bahkan sudah bisa memasuk dalam kelas atas untuk seorang yang begitu hebat dalam menjalankan misinya, dia juga sudah melebihi jabatan ayahnya, dan menyelesaikan setidaknya dua puluh misi dalam empat tahun.
"Aurora, kau mau makan siang?" Tanya Leona, dia masuk ke dalam ruangan putrinya, membawakan kebutuhan yang tadi dirinya butuhkan, melihat juga apa yang putrinya lakukan, dia sedang menyiapkan dirinya untuk keberangkatannya ke kota New York.
Sedikit khawatir membiarkan putrinya berada di negara asing, dia tidak bisa memantau putrinya dengan baik, jadi menjadi satu kekhawatiran untuknya, apalagi kali ini sangatlah berbahaya untuknya dan sungguh bukan keinginan, berat juga memberikan restu untuk kepergiannya kesana.
"No Mom, aku akan akan makan siang di dalam pesawat." Ucap Aurora, dia tidak bisa melihat ke arah ibunya karena memang masih harus sibuk mengemas barang, dia sepertinya akan membawa dua koper.
"Berapa lama kamu akan disana, sering-seringlah menghubungi aku dan ayahmu." Ucap Leona, dia mendekati putrinya, bermaksud untuk membantu putrinya.
"Mungkin dua bulan, aku tidak tahu pasti mom. Karena sungguh ini misi yang sangat sulit." Ucap Aurora, dia mengalihkan pandangannya ke arah ibu yang membantunya memasukkan pakaian ke dalam kopernya.
"Mom, aku bisa menyelesaikan sendiri, terima kasih telah membawakan apa yang aku butuhkan." Lanjut Aurora, dia menjauhkan tangan ibunya dari seluruh barangnya, dia hanya tidak mau merepotkan wanita itu saja.
"Dimana Ayah?" Tanya Aurora sebelum ibunya meninggalkan ruangannya, dia hanya ingin mengatakan beberapa hal pada ayahnya dan berpisah dengannya,karena dia akan jemput oleh pihak perusahaan.
"Dia ada di luar, sedang berbicara dengan kekasihmu, kapan kamu akan menemuinya?" Tanya Leona, padahal putrinya memiliki kekasih dan bahkan sudah seharusnya menikah, tapi Aurora memang keras kepala. dia tidak mau menikah sebelum misi ini selesai.
"River sudah datang? kenapa mom tidak mengatakannya padaku?" Tanya Aurora, dia meninggalkan kegiatannya, berjalan menuju jendela untuk melihat kekasihnya yang benar sedang berbicara dengan ayahnya.
"Mom, bisa masukan semua barangku? aku akan berbicara dengan River sebentar." Lanjut Aurora, karena akan menjalani hubungan LDR dengan kekasih dia harus meluangkan waktu untuk berbicara dengannya sebentar.
"Pergilah." UCap Leona, dia berikan isyarat pada putrinya untuk keluar dari kamarnya dan membiarkan dirinya yang menyelesaikan mengemasi barangnya.
Dengan terburu-buru Aurora langsung turun dari kamarnya yang ada di lantai dua, lalu dia melangkah keluar dari rumahnya, memilih untuk segera menemui pria itu yang bersama ayahnya.
"Hai River." Sapa Aurora, begitu kakinya sudah berada di luar, tatapannya bertemu dengan ayahnya dan River yang mengalihkan pandangannya.
"Ra, aku pikir kamu sudah berangkat, setidaknya kita masih bertemu." Ucap River, pria itu memeluk tubuh kekasihnya dengan erat.
Namanya River Jonathan, seorang dokter di bagian saraf otak, Ya. Dia adalah kekasih Aurora, mereka sudah menjalin hubungan kurang lebih dua tahun, pertemuan mereka karena hal sederhana saja.
Dimana waktu itu memang hari menyebalkan untuk Aurora, kakinya terkilir saat heels yang dirinya gunakan rusak dan saat itulah seperti superhero pria itu datang, membantunya.
Hingga akhirnya mereka menjalin hubungan, Aurora suka dengan River karena dia sangat memiliki tipe yang dirinya idamkan, ideal untuk Aurora. Dia menyukai pria walau tidak ke tahap dimana dia mencintainya, karena Aurora masih belum bisa mencintai pria itu.
Bahkan di hubungan ini yang sudah berjalan dua tahun begitu saja. River sudah akrab dengan ayahnya dan ibunya.
"Hai ayah. Aku akan berangkat sebentar lagi, aku ingin berbicara dengan ayah sebentar. setelah berbicara dengan River." Ucapnya, dia membawa River menjauh dari ayahnya, sedikit berjinjit dia memilih untuk memberikan satu kecupan pada pria itu.
"Berapa lama akan pergi?" Tanya River, dia merangkul tubuh wanita itu dengan erat, seakan rasanya belum siap berpisah dengannya.
"Tidak lama, aku pasti akan kembali setelah selesai."
"Baiklah aku percaya, tapi aku takut kau melihat pria lain, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja, kau milikku Aurora."
"Saya mengerti pak dokter, I'm yours."
"Setelah kembali menikahlah denganku, ini tugas terakhirmu kan? Setelah ini tidak ada misi lainnya?" Tanya River, entah kenapa kali ini dia merasa cemas dan juga takut, dia juga tidak punya waktu banyak untuk kekasihnya.
"Hm—aku pikir itu bisa di bahas nanti, aku akan jaga diriku dengan baik disana, dan kamu jadilah pak dokter yang hebat, aku harus berbicara dengan ayahku sekarang. Terima kasih sudah menyempatkan untuk datang menemuiku." Ucap Aurora, dia memberikan lambaian tangan saat membuka pagar untuk pria itu pergi dari rumahnya.
"Baiklah, hubungi aku jika kamu sudah sampai, I love you Aurora."
"I Love you more River, sampai jumpa."
Dan begitu pria itu pergi, Aurora membalik tubuhnya melangkah mendekati ayahnya yang sedang menikmati secangkir kopi di tangannya, dia memilih untuk duduk di seberang ayahnya.
Aurora harus merayu ayahnya sekarang, pria yang yang sangat menentang dirinya berangkat ke New York bahkan sampai mendatangi kantor untuk memberikan tugas pada yang lain, tapi mau bagaimana? Perintah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan.
Sama seperti janji Aurora pada team dan perusahaan, apapun itu dia akan ada dimana perintah itu datang dan menyelesaikan dengan hasil yang baik.
"Ayah, jangan marah. Aku akan kembali dengan keadaan yang sama, kenapa ayah jadi penakut seperti ini." Ucap Aurora, padahal pria itu yang membawa dirinya ke dunianya, kenapa dia jadi yang cemas?
"Kau putriku, kamulah satu-satunya harapanku dan dimana aku juga ingin kamu hidup normal, walau aku yang membuatmu ada di posisi ini, tapi aku sadar kamu juga punya kehidupan yang harus kamu jalani, bagaimana aku bisa tega membiarkanmu kesana Aurora. Pria tua ini tidak mau kehilanganmu." Ucap Ayahnya, meletakkan kopi yang ada di tangannya, menatap putri yang sudah dewasa sekarang.
Waktu berlalu begitu saja, dia sudah bisa menjadi sebesar ini dan waktunya untuk menentukan kehidupan dirinya.
"Ayah, aku akan kembali. Aku tidak akan mati sebelum memberikanmu seorang cucu, jadi aku mohon untuk terakhir kali ini saja, biar aku pergi ya?" Tanya Aurora, dia sampai menunjukan wajah memelas ke arah ayahnya.
"Ayolah ayah, waktuku tidak banyak. Aku tidak akan tenang jika ayah tidak mau mengatakan apapun!" Rajuk Aurora, dia sampai berjongkok di hadapan ayahnya.
Pria itu mengusap kepala putrinya dan memberikan kecupan di keningnya, bagaimana dia bisa melarangnya. Akan lebih sulit lagi jika sampai dirinya melarang. Karena perjanjian itu sudah terikat dengan Aurora.
"Pergilah, janji sama ayah jika kamu harus kembali dalam keadaan seperti ini, utama dirimu. Untuk misi yang berbahaya ini, aku harap kamu mengerti Aurora, kembali dalam keadaan seperti ini!"
Aurora mengangguk penuh dengan semangat yang tinggi, dia langsung bangun dari posisinya dan memberikan hormat ke arah ayahnya. "Aku janji ayah, aku akan kembali seperti ini dan menyelesaikan misi terakhirku dengan baik."
Dan saat itu juga bertepatan dengan mobil yang menjemput Aurora datang, di dalam sudah ada clara yang melambaikan tangan ke arahnya dan Aurora membalasnya, dia masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil seluruh barang miliknya.
Kini saat berpisah, dengan senyuman tipis, melihat kedua orang tuanya yang melambaikan tangan ke arahnya sebelum mobil itu membawa pergi dirinya dari rumahnya.
"Maaf mom dan ayah, aku tidak yakin berhasil, tapi apapun yang terjadi semoga kalian bahagia."