Chereads / Dangerously in love with mafia / Chapter 5 - Bab 05 - the face

Chapter 5 - Bab 05 - the face

Keesokan paginya.

Aurora membuka kedua matanya dengan susah, sungguh hari kemarin adalah kesialan yang tidak bisa terhindar, dia berjanji akan menemukan pria itu dan membalas segalanya.

Tatapan tertuju pada pemandangan indah di hadapan, kota New York di pagi hari, tidak jauh dengan banyak kendaraan, sedikit labut masih menutupi beberapa bangun tinggi.

Tangan terulur untuk mengambil ponselnya, dia terus berdering mungkin lima menit, mematikannya lalu melihat jam yang menunjukan pukul delapan pagi.

"Kapan perginya Clara?" Tanya Aurora, melihat sisi ranjang sebelahnya yang kosong, biasa yang bangun lebih awal adalah dirinya, Aurora beranjak dari ranjang dan memilih duduk di meja riasnya.

Melihat betapa wajah cantik di penuhi memar yang kini mulai membiru, untungnya tidak terlalu parah dan dalam tiga hari dia akan segera pulih.

Tapi karena hal ini, Aurora tidak bisa mendatangi acara penting hari ini.

"Aku harus cepat menyembuhkan luka ini, apakah ayah sudah tahu?" Tanya Aurora, dia berharap kejadian ini belum tersampaikan kepada orang tuanya, dia meninggalkan tempat itu dan kembali ke ranjang.

Melihat ponselnya, dua panggilan masuk dari River dan pesan yang Clara tinggalkan.

Clara : 

"Hari ini beristirahat saja, jangan pikirkan aku. Acara biar aku yang urusan bersama dengan Tuan Jewn, pesanku. 

Jangan berbuat macam-macam lagi dan hal yang terjadi kemarin, aku janji akan merahasiakan dari kedua orang tuamu apalagi perusahaan, jadi jangan cemaskan hal itu. 

Aku akan pulang siang." 

Aurora langsung tersenyum membaca pesan dari Clara, dia memang partner terbaik, seakan merasa seperti punya kakak perempuan yang bisa membantunya. 

Karena tidak ada hal di lakukan, Aurora memilih keluar dari kamar, melihat balkon kamar yang begitu luas dengan kolam renang, ini sudah menyejukan. 

Tangan melepaskan pakaian satu persatu, air kolam renang tenang itu terguncang saat Aurora melompat masuk ke dalam, ini adalah hal kesukaannya. Dia tidak akan tenang jika melihat kolam yang kosong, dia menuruti kolam dari ujung ke ujung hingga berhenti di tepinya.

Melihat pemandangan kota, New York. Benar-benar kota penuh dengan kejutan, apalagi bertemu dengan pria itu.

'Julian?'

"Kenapa hanya Julian saja? Apakah namanya memang hanya itu? Aku ingin bertemu dengannya lagi." Ucap Aurora, dia tersenyum hanya dengan mengingat wajahnya, dengan cepat dirinya menggelengkan kepalanya. 

Membalik badan dan kembali menjernihkan pikirannya. Hingga dua puluh lima menit berlalu, dimana akhirnya Aurora meninggalkan balkon dengan tubuh basahnya.

Kembali masuk ke dalam kamar, dimana ponselnya kembali berdering, satu panggilan masuk.

"Apakah River? Ada apa dengan pria itu, tidak biasa dia terus menelponku." Ucapnya, mau tidak mau Aurora harus menjawab panggilan itu.

Sebelum mengangkat Aurora memastikan suara terdengar baik, dia hanya tidak mau memperpanjang durasi nanti jika River mendengar suara berbeda.

"Katakan ada apa kamu menghubungiku?" Tanya Aurora, langsung ke pokok pembicaraan, karena masih ada hal lainnya yang harus dirinya lakukan, mempercepat adalah hal penting.

River : "Aku hanya menelpon, kamu tidak memberi kabar padaku saat sampai, hanya memastikan saja. Apa aku mengganggumu? Disana sudah pagi bukan?"

Aurora hanya memutar bola matanya dengan malas, dia membawa ponsel itu untuk ke dapur, mengambil sesuatu yang bisa dirinya makan, dan pilihan itu jatuh pada buah apel.

"Aku sangat lelah, jadi aku tidak sempat memegang ponselku, disini memang sudah pagi, aku juga sedang bersiap-siap. Istirahatlah River, aku baik-baik saja disini." 

Aurora menggigit apel itu hingga setengah, walau mulutnya terasa sakit saat mengigitnya dan mengunyahnya, dia meletakan apel itu dan mengambil botol minum, lalu meneguknya sedikit.

River : "Baiklah, sesekali kirimlah pesan kepadaku atau ayahmu, aku akan menunggumu kembali, I Love you." 

Sambungan telepon itu berakhir, Aurora tidak kalimat terakhir yang River katanya, dia dengan malas meletakan ponsel itu di meja makan, kembali melanjutkan aktivitas sarapan paginya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

********

Sore harinya.

Aurora menyekat keringat di keningnya, memilih untuk duduk di lantai setelah rasanya seluruh kegiatan yang dirinya lakukan hari ini begitu melelahkan.

Menatap jam yang sudah menunjukan pukul empat sore, mengatur namanya untuk lebih stabil lagi, tubuhnya seperti butuh extra olahraga lagi, hanya karena latihan menari dia sudah merasa sangat lelah.

"Bisakah latihan ini berakhir sekarang? Aku sungguh merasa lelah." Ucap Aurora, dia berbicara pada pelatih yang tidak jauh darinya, lalu mengambil handuk untuk menyekat seluruh keringat di tubuhnya.

Pelatih itu memberikan anggukan pada Aurora, dia mulai merapikan alat yang digunakan untuk berlatih tadi.

Sedangkan Aurora memutuskan untuk membaringkan tubuhnya di lantai, memejamkan matanya. Dia terlalu menganggap latihan menari hal mudah, ternyata bergerak di atas tiang seperti bukanlah hal mudah.

"Aku akan datang besok lagi, pastikan kalian berdua berlatih bersama." Ucap sang pelatih, dia sudah bersiap untuk pergi dengan tas yang ada di bahunya.

Aurora membuka kedua matanya, dia bangun dari posisinya.

"Tentu saja, Clara akan berlatih besok hari ini dia sedang ada urusan di luar." Lalu Aurora bangun dari posisinya, dia menemani sang pelatih dengan membuka pintu untuknya.

"Terima kasih untuk hari ini, sampai bertemu di latihan berikutnya." Ucap Aurora lagi, dia hanya mengantarkan sang pelatih sampai depan pintu.

Lalu berselang dengan perginya sang pelatih, akhirnya Clara muncul juga, wanita itu berjalan dengan Tuan Jewn yang bersamanya, dengan cepat Aurora langsung menutup pintu kamar hotel itu.

Dia hanya menghindar saat Tuan Jewn bertanya pada dirinya, walau dirinya tahu Clara sudah menjelaskan situasinya, tapi Aurora merasa tidak perlu menemuinya.

Dirinya memutuskan untuk ke dapur, mengambil sebotol air untuk menghilangkan rasa haus di tenggorokannya, bersamaan dengan pintu hotel yang terbuka.

Clara dengan pakaian formalnya, dia melangkah masuk dengan kasar melepaskan heels yang dirinya kenakan, lalu melemparkan tas miliknya ke arah sofa dan terkejut melihat keberadaan Aurora di hadapannya.

"Bagaimana? Kenapa lama sekali? Kamu mengatakan hanya sampai siang, aku jadi menelepon pelatih agar aku tidak bosan." Tanya Aurora, melontarkan banyak pertanyaan dimana Clara baru datang, belum ada lima menit dirinya disana.

"Bisakah kau membiarkan aku bernafas? Rasanya aku begitu muak dengan semuanya, kau bersyukur tidak hadir di acara itu." Ucap Clara, dia melepaskan jas dirinya kenakan, membebaskan dirinya dari pakaian formal itu.

"Terus aku harus mengatakan apa? Aku juga tersiksa, latihan menari di atas liang itu tidak mudah!" Balas Aurora, dia melanjutkan meneguk minuman itu hingga setengah.

'Tidak ada yang menyuruhmu melakukan hal itu!" Clara berjalan melewati wanita itu, dia juga butuh sesuatu untuk menenangkan pikirannya, sampai akhirnya dia mengambil whisky.

Menuangkan ke dalam gelas lalu meminumnya secara perlahan, memejamkan matanya saat rasa anggur itu begitu pahit saat di telan, tapi itulah minuman terbaik.

Semakin tua usianya semakin enak rasanya.

"Aku akan katakan jika pria yang kau perhatikan kemarin di bar, dia datang dengan membawa seorang wanita." Ucap Clara, karena selama acara dia terus memperhatikan banyak orang, dan tanpa sadar melihat pria itu.

"Siapa?" Tanya Aurora, dia mengalihkan pandangannya, topik yang langsung membuatnya begitu penasaran dengan apa yang Clara ucapkan, pria yang di bar?

Julian? 

"Mana aku tahu namanya, yang jelas dirinya bukan orang sembarangan, dia bahkan berpakaian mewah dan mengandeng seorang model, aku rasa itu bukan hal kebetulan." 

Aurora terdiam, jika di ingat kembali dirinya juga mengamati bagaimana pria itu mengenakan jam tangan mewah malam itu, semakin yakin jika pria itu pasti hanya seseorang yang sedang menyamar.

"Kapan kita akan datang ke klub itu?"