Acara pun berakhir dengan penutupan dari penari, Aurora dan Clara mendapatkan tepuk tangan yang begitu kencang dari para penonton yang menyaksikan tarian mereka di atas tiang, indah sekali hingga beberapa orang berebutan mendekati mereka.
Dengan cepat Tuan Jewn langsung membawa kedua gadis itu masuk ke dalam backstage, akan bahaya jika kedua gadis itu di dekati banyak pria dan membuat keduanya dalam bahaya.
Aurora memilih untuk meneguk air minum, tentu saja menari membuat tenaga terkuras habis, baru terasa setelah dia menyelesaikan tarian itu, di penuhi dengan keringat yang begitu banyak.
"Kau sudah melakukan yang terbaik, setelah ini kita akan menunggu sampai semua pada keluar." Ucap Tuan Jewn pria itu mengatakan hal itu di hadapan Aurora dan Clara.
Aurora hanya bisa menghela nafas, dia mengambil kembali jubah untuk menutupi tubuhnya, dia tidak mau mendapatkan tatapan menyebalkan dari beberapa nantinya.
"Bisakah aku ganti pakaian?" Tanya Aurora, sungguh dirinya kurang nyaman, bahkan lebih baik mengenakan pakaian di penuhi senjata daripada seperti ini.
"Ayolah Aurora, sejak kita melakukan misi kau banyak sekali mengeluh? Bukankah kau sering juga menggunakan pakaian seperti ini?" Tanya Clara, wanita itu menatap ke arah Aurora dengan tatapan yang sedikit sinis padanya, entah wanita itu jadi banyak sekali meminta.
Aurora langsung memberikan tatapan tidak percaya pada wanita itu, bagaimana Clara bisa mengatakan hal itu pada dirinya? apakah wanita itu merasa iri dengannya karena dia mendapatkan bunga dari seseorang? bahkan Aurora tidak berharap mendapatkan hal itu.
"Apa maksud dari perkataanmu? jelaskan dimana aku banyak sekali mengeluh?" Tanya Aurora, dia meninggalkan kursi yang dirinya duduki, dengan tatapan yang tidak baik karena dia juga tidak terima dengan yang di katakan oleh wanita itu.
"Kalian! apakah kalian ingin bertengkar sekarang? bersikaplah profesional, kalian bukan baru pertama kali menjalani sebuah misi, diam dan tunggu perintah selanjutnya." Ucap Tuan Jewn, pria itu langsung melerai hal yang tidak boleh terjadi, lebih baik mencegahnya lebih awal daripada terlambat. "Dan pastikan earphone kalian berfungsi dengan baik, terutama dengan Aurora, jika kau lalai lagi aku akan mengatakan pada perusahaan."
Setelah mengatakan hal itu Tuan Jewn langsung meninggalkan tempat itu, dia harus memeriksa tempat lain karena memang posisinya bukan berada disini, dia hanya sebentar untuk memastikan mereka melakukan tugasnya, setelah itu kembali pada posisinya dan memantau keadaan untuk memulai misinya.
Aurora terpaksa mendudukan dirinya di sofa lagi dengan wajah yang kesal, bagaimana bisa Clara mengatakan hal itu, tidak habis pikir Aurora, sampai akhirnya keduanya tidak mengatakan hal apapun dan membahas apapun lagi, memilih untuk diami satu sama lain.
Karena waktu menunggu begitu lama, Aurora memutuskan untuk memainkan ponselnya, dia mendapatkan beberapa pesan masuk dari River yang menceritakan kesehariannya, pria itu memang selalu menyempatkan dirinya untuk memberikan kabar, sedangkan Aurora hanya membacanya dan bahkan tidak membalasnya, mengabaikan pesan pria itu berkali-kali.
'Haruskah aku memutuskan hubungan dengan River? rasanya begitu bosan menghadapi sikapnya, dan juga rasanya begitu kasihan jika aku terus mempermainkan perasaannya.' Ucap Aurora dalam hatinya, dahulu dia selalu berpikiran untuk mengakhiri hubungan dengan pria itu tapi sampai detik ini sulit untuknya melakukan hal itu.
Bukan karena dia memiliki perasaan dengan River sebaliknya, karena pria itu sangat mudah untuk dirinya manfaatkan dimana dirinya bisa menggunakan pria itu sebagai alasan, agar keluarganya juga menyukai dirinya karena memiliki kekasih yang baik dan berpendidikan yang baik juga.
Aurora menghela nafas, menyandarkan dirinya di penyangga sofa, memejamkan matanya. Setiap kali memikirkan tentang kehidupan asmaranya dia tidak pernah beruntung, selalu saja dengan berakhir dirinya mendapatkan pria yang brengsek.
"Permisi, aku ingin mengantarkan minuman untuk Nona, pengirimnya dengan atas nama Tuan Julian." Ucap salah satu pelayan yang membawakan sebuah nampan di tangannya, dia membawakan minuman yang akan dirinya berikan pada salah satu wanita itu.
Mendengar nama pria itu di sebutkan Aurora langsung membuka kedua matanya, lalu menatap ke arah luar dimana ada pria itu juga, Aurora tidak mengerti apa karena hal yang dia lakukan pria itu langsung menyukai dirinya? pria itu sangat gampangan sekali, menyesal dirinya pernah tertarik dengan pria itu.
"kau bisa memberikannya padanya lagi." Ucap Aurora, jika bukan sedang dalam situasi dimana dia harus profesional mungkin dirinya sudah menemui pria itu dan menolak semua yang dirinya berikan.
"Katakan minuman ini khusus untuk nona, seperti permintaan Nona tempo hari." Jawab pelayan itu lagi, dia kini melangkah masuk ke dalam lalu meletakkan di meja yang langsung berhadapan dengan Aurora.
Clara hanya memperhatikan apa yang terjadi di hadapannya, hanya bisa menarik sudut bibirnya, lagi dan lagi hanya pria brengsek yang ingin mengambil hatinya, padahal wanita itu tidak ada apa-apanya.
"Terima kasih." Ucap Aurora, karena sudah terlanjur dirinya hanya mengatakan hal itu, dia tidak boleh minum apapun di tempat ini, bisa saja dia mengalami sebuah jebakan, jadi lebih baik dirinya berwaspada.
Dibawa minuman itu terdapat sebuah note.
'Untuk Nona manis.
Sesuai dengan janjiku, ku harap kamu menyukainya.'
Aurora membawa gelas itu lalu dia membuang di wastafel, sayang sekali saat ini pria itu adalah target yang harus dirinya waspadai, jika bukan mungkin dia akan menerima bunga mawar dan juga minuman ini, atau sedikit melakukan obrolan dengannya.
"Sepertinya pria itu tertarik denganmu." Ucap Clara, dia tidak menatap ke arah Aurora, hanya tertuju pada ponselnya saja tapi dirinya seakan thu apa yang wanita itu lakukan.
"Dia hanya pria brengsek yang sedang mencoba merayuku agar mau tidur dengannya." Ucap Aurora, tentu saja dia tahu semua apa yang pria itu inginkan darinya, jika bukan sebuah keinginan apalagi tidak mungkin semudah itu pria itu langsung jatuh cinta padanya.
"Dia tampan kenapa tidak mencoba untuk mengenalnya."
Aurora hanya memutar bola matanya dengan malas, kenapa juga dia harus tertarik dengan visual tampannya. "Kekasihku jauh lebih tampan jika aku suka, mungkin aku sudah lama mengajak tidur, kenyataan aku tidak begitu tertarik dengan pria tampan."
Lalu hingga waktu berlalu tapi belum ada perintah apapun, bahkan saat waktu sudah menunjukan pukul satu malam, bahkan dari Clara dan Aurora yang sigap menunggu sampai keduanya mulai menguap dan mengantuk.
Hingga akhirnya Tuan Jewn kembali ke backstage lagi, pria itu memberikan sebuah tas pada mereka yang berisikan pakaian yang akan keduanya gunakan, karena ternyata ada perubahan jadwal dimana itu di tunda.
"Kita harus pulang, mereka mengubah jadwal, jadi tidak ada yang harus kita lakukan." Ucap pria itu. "Gantilah pakaian kalian dan kita pulang, aku akan menunggu di luar."
Kedua wanita itu hanya menghela nafas, bagaimana bisa mengubah jadwal tanpa melakukan dengan awal? sungguh sia-sia usaha mereka mulai dari menari hingga menunggu selama ini.
"Setidak kita sudah melakukan hal terbaik." Ucap Aurora, dia mengajak Clara untuk segera mengganti pakaian mereka agar bisa pulang lebih cepat.
"Ya, kau benar!"