Aurora kembali ke apartemennya bersama dengan River yang mengatakan dirinya, dia tidak berhasil menemukan keberadaan Clara ataupun Tuan Jewn, berharap mereka baik-baik saja, Aurora sedikit melamun sampai dirinya tidak sadar sudah berada di depan apartemennya.
"Kau yakin bisa sendiri? Aku bisa menemanimu." Ucap River, dia menaruh kedua tangannya di bahu wanita itu, memintanya untuk ke arah dirinya.
Aurora memberikan anggukan ringan pada pria itu, lalu setelah itu dirinya mencoba membuka kode pintu apartemennya, tapi River menahan pergelangan tangannya.
"Maafkan atas apa yang aku lakukan hari ini, aku harap kamu baik-baik saja." Ucap River, sebagai seorang pria dia merasa bersalah mengajak kekasihnya ke tempat yang berbahaya seperti itu.
Aurora terpaksa harus membalik tubuhnya untuk melihat ke arah pria itu, mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi River, dia juga sedikit merasa bersalah karena pria itu harus mengalami hal itu karena dirinya.
"Tidak masalah River, kita tidak akan pernah menduga hal itu akan terjadi bukan? Jadi lupakan, yang terpenting semua baik-baik saja." Ucap Aurora, dia sekarang merasa lelah di campur dia harus menghubungi Clara sesegera mungkin.
"Besok pagi aku akan kembali, jadi ini pertemuan terakhir kita, aku akan menunggu sampai kamu menyelesaikan pekerjaanmu." Ucap River, kini dirinya beralih menggenggam kedua tangan wanita itu, menatapnya penuh dengan serius.
"Maaf aku tidak bisa mengantarmu besok pagi, tapi semoga perjalananmu lancar." Ucap Aurora, dia mendekati sedikit ke arah pria itu lakukan memberikan kecupan di pipi pria itu.
"Aku sungguh lelah, boleh aku masuk?" Tanya Aurora lagi, dia menunjukan senyuman manisnya pada pria itu.
"Selamat beristirahat." Ucap River, pria itu menjauh dari wanita itu, memberikan kesempatan untuk Aurora masuk ke dalam barulah dia pergi.
Aurora tidak mengalihkan pandangannya sampai dia menutup pintu, dengan cepat dirinya melepaskan heelsnya dia jugakan lalu mengambil ponsel miliknya yang lain.
Dengan cepat dia menelepon Clara tanpa berpikir panjang, tapi dia malah mendengarkan suara ponsel yang berdering tidak jauh darinya, membuatnya bingung.
"Clara? Kau di sini?" Tanya Aurora, dia melangkah penuh dengan kehati-hatian, mencoba mencari keberadaan Clara yang mungkin berada di dalam kamar.
Tapi tidak ada jawaban apapun, sampai akhirnya Aurora memutuskan untuk mengakhiri panggilan itu, dia masih menyimpan senjata di balik gaunnya, dia tidak akan takut jila ada seseorang di dalam apartemen ini.
Tangannya perlahan mencoba membuka pintu kamar yang dirinya tiduri bersama Clara, terbuka dan hanya sebuah kamar dengan lampu yang tidak menyala, saat meninggalkan apa Clara mematikannya?
"Clara, kau sudah pulang?" Tanya Aurora dengan nada suara yang biasa, dia tetap meningkatkan kewaspadaan dalam dirinya, hal yang dia lakukan hal mencoba untuk memastikan sesuatu.
Aurora melangkah masuk ke dalam, dia memilih untuk menyalakan lampu kamar itu, begitu menyala tidak ada apapun, dan lampu kamar mandi ikut menyala.
Ini aneh, seharusnya lampu kamar mandi tidak otomatis menyala, Aurora melihat ada seseorang yang sedang mandi di dalam karena terdengar suara shower air menyala, mungkin Clara tidak mendengar dirinya.
"Clara, kapan kamu membalik? Kenapa tidak meninggalkan pesan untukku?" Tanya Aurora, karena dia berpikir itu adalah Clara, dia mulai melepaskan aksesoris yang dirinya gunakan.
Begitu dia ingin melepaskan resleting gaunnya di belakang, tangannya bersentuhan dengan tangan lain, membuat tubuhnya tersentak dan dia yakin ini bukan tangan Clara.
"Hai baby."
Suara itu membuat tubuh Aurora tersentak sampai dia tidak bisa berkutik, nafasnya sedikit sesak, dia tidak menggerakan tubuhnya sedikitpun.
"Siapa yang kamu cari? Hanya ada aku disini."
Aurora tahu siapa suara itu, dia pikir semua akan mudah untuk di lakukan, dia tidak tahu seberbahaya apa pria itu, sungguh kali ini dalam hidupnya dia merasa takut.
"Haruskah aku membantumu melepaskan gaunmu? Sayang sekali aku sudah menghabiskan air hangat, tidak masalah jika kamu membutuhkan kehangatan dariku." Ucap pria itu, dia menjatuhkan bibirnya di permukaan hangat punggung wanita di hadapannya.
Aurora hampai menahan nafas saat dia merasakan apa yang pria itu lakukan, hingga tidak ada sedetik tubuhnya di tarik untuk menghadap ke arah pria itu, mempertemukan tatapan mereka dalam jarak yang begitu dekat.
Sangat dekat hingga Aurora bisa menyentuh hidungnya.
"Senang bertemu denganmu Nona Rose? Aku senang memanggilmu seperti itu." Ucapnya, pria itu menarik sudut bibirnya.
Aurora hanya diam saja, dia tidak boleh takut karena di balik gaun yang dirinya kenakan dia bisa menyelamatkan diri dari pria itu.
"Kenapa hanya diam saja? Kamu takut padaku sekarang? Pria yang tidak bisa kau mainkan begitu saja, baby." Ucapnya, pria itu banyak sekali berbicara.
Aurora menelan air liurnya, dia harus mengatasi ini, dia harus bisa.
"Tidak, aku tidak pernah takut dengan hal apapun." Jawab Aurora, dia menahan dirinya untuk tidak berbicara dengan nada gemetar, memberanikan dirinya bagaimana dia menatap wajah pria itu seperti sebelumnya.
"Kau tahu? Bukanlah hal sulit untuk mengetahui siapa dirimu, dan senjata yang kamu simpan." Ucap pria itu, tangan terulur untuk menarik kaki Aurora hingga berangkat.
"Si–siapa kau?" Tanya Aurora, dia berusaha untuk menjauhkan dirinya dari genggaman pria itu tapi terasa begitu sulit karena pria itu begitu kuat menahannya.
"Aku? Pikirkan aku ini apa." Jawab pria itu, lalu dengan mudahnya dia menghempaskan tubuh gadis itu di atas ranjang, dimana kini dirinya memilih mengenakan pakaiannya.
Aurora semakin takut, pria itu mengambil senjata miliknya, dimana dia tidak tahu harus melakukan hal apa, dia berusaha untuk terduduk dan menatap pria itu.
"Aku bukan pria yang suka di permainkan, dan kau sudah menolakku, itu berarti kau harus berhadapan denganku." Ucapnya, pria itu sudah rapi dengan jas yang dia kenakan, dengan pelan melangkah mendekati wanita itu.
"Kau sekarang mulai takut padaku? Kita tidak punya waktu, kau mau menyiapkan pakaianmu atau aku memaksamu pergi dari sini?" Tanya pria itu, dia mendekati wanita itu dan memperlihatkan sebuah pistol di tangannya.
"Aku tidak mau ikut denganmu! Bunuh saja diriku!" Ucap Aurora walau di hadapan ada senjata itu, lebih baik dia mati untuk menutupi mulutnya daripada ikut dengan pria itu.
"Baik, keteputusan sudah di tentukan."
Pria itu menarik tubuh Aurora lalu dengan mudahnya menaruh tubuh itu di atas bahunya, mengangkat wanita itu seperti sebuah benda, kemudian membawa keluar melalui lift.
"Tidak! Lepaskan aku!! Kau tidak bisa membawaku!" Aurora menolak keras dengan terus memberontak pria itu, walau kini tangannya di ikat oleh pria itu.
Ini tidak boleh terjadi, dia tidak boleh ikut dengan pria itu!
"Diamlah, jangan memaksa menutup mulutmu dengan mulutku!"