Aurora membuka keduanya, dia sedikit merasa terusik dengan sesuatu yang mengganggu pendengarannya, hal yang pertama kali dirinya lihat adalah sebuah kamar, kamar?
Tubuhnya langsung respon duduk, melihat ke seluruh sudut ruangan, dimana kali ini pria itu membawa dirinya? Bahkan Aurora merasa asing lagi dengan bangunan ini, desainnya begitu berbeda, bahkan saat melihat ke arah lain bangunnya juga berbeda.
"Berapa lama aku tertidur." Tanya dengan bingung, dirinya memutuskan untuk keluar dari kamar itu, dia tidak menemukan siapapun disana, yang jelas ini bukan sebuah apartemen tapi kamar hotel.
Lalu saat sibuk mencari sesuatu dirinya mendengar suatu suara dari kamar mandi, apakah pria itu sedang mandi?
'Ini kesempatan bukan? Aku harus melarikan dari tempat ini.' Ucap Aurora dalam hatinya wanita itu melangkah perlahan ke arah pintu luar, begitu dia ingin menyentuh gagang pintu, suara air dari shower berhenti.
Saat itu tangannya mengambang di udara, pria itu sudah menyelesaikan mandinya, jika Aurora keluar sekarang apakah tidak akan masalah?
"Kau sudah bangun?" Tanya Julian, pria itu keluar dengan hanya menggunakan handuk di pinggangnya dan handuk kecil di kepalanya untuk mengeringkan rambutnya.
"Ya–kau bisa melihat sendiri." Ucap Aurora, dirinya melihat ke arah pria itu setelah membalik tubuhnya dengan canggung, setidaknya dia sudah memiliki kartu akses yang dirinya ambil di meja.
"Lalu kau ingin kemana? Kabur dariku?" Tanya Julian, pria itu mendekati Aurora, dengan mudahnya dia mengambil kartu akses itu dari tangannya. "Aku tidak bodoh dengan tipuan seperti ini."
Senyuman di wajah wanita itu langsung menghilang, sekarang entah kenapa setiap kali bersama pria itu dirinya selalu merasa bodoh, tapi lebih bodoh lagi jika dia melompat dari ketinggian hotel ini.
"Aku—,"
"Jangan coba-coba untuk lari dariku Nona, kau tawanan jadi bersikaplah sebagaimana mestinya." Ucapnya, pria itu kemudian memilih untuk menjauh wanita itu dengan kartu akses di tangannya.
Tapi langkahnya terhenti sebentar lalu dia kembali membalik tubuhnya dan menatap ke arah wanita itu.
"Aku ingin menawarkan sebuah tawaran untukmu, tapi keuntungannya tujuh puluh persen milikku dan sisa milikmu." Ucapnya, pria itu menatap wanita itu dengan sebuah tatapan yang mengintai.
Aurora hanya menyempitkan alisnya, dia hanya bingung dengan apa yang pria itu katakan padanya, hanya itu saja karena memang dia tidak mengerti dengan apa yang di maksud dengan pria itu, tawaran apa yang dia maksud?
"Kenapa? Apakah kamu tidak mengerti? Maksudnya win win resolution." Ucapan, yang pria itu maksud adalah keuntungan dari sebuah tawaran yang dia ajukan dan akan bagi hasil yang mereka dapatkan.
"Win win resolution itu hanya akan menguntungkanmu!" Aurora memilih untuk mengabaikan pria itu, melakukan kerja sama dengan seorang mafia sudah jelas bukan endingnya bagaimana? Dia akan tetap berada di posisi yang menerima dan kadang di rugikan.
"Hei! Kau bahkan belum mendengarkan apa tawaran yang aku katakan, ini sungguh menguntungkanmu." Ucap Julian, pria itu hanya menatap bingung saat wanita itu malah melangkah ke arah lain, padahal dirinya sedang berbicara dengannya.
"Aku tidak tertarik." Jawab Aurora dengan cepat, dia membuka kulkas di dapur, menghilangkan rasa haus setelah dia tertidur dalam waktu yang sangat lama.
"Kau yakin?" Tanya Julian, pria itu hanya memastikan sekali lagi, sangat di sayangkan jika wanita itu sampai membatalkan tawarannya, karena dia tidak akan dapat kesempatan kedua kalinya.
"Kenapa kau menanyakannya? tentu saja aku tidak akan mengulanginya." Jawab Aurora setelah meneguk botol mineral itu.
"Kau hanya akan mengenakan pakaian seperti itu? Mengganggu pandanganku saja!" Ucap Aurora lagi, apakah pria itu tidak memiliki niat untuk mengenakan pakaian atau setidaknya menutupi dadanya itu.
Julian menarik sudut bibirnya, dia menyadari jika saat ini wanita itu sedang bersikap meninggikan keangkuhannya, apakah dia ingin mendominasi? Tidak akan sebuah itu.
Bukannya masuk ke dalam kamar pria itu malah mendekati wanita itu lalu melingkarkan tangannya di pinggang tamping wanita itu, dengan mudahnya menarik tubuh itu dan menepis jarak di antara dirinya dengan nya.
"Kenapa kau merasa tidak tahan melihatku seperti ini?" Tanya Julian, memberitakan tatapan tajam pada wanita di hadapannya.
"Lepaskan! Tubuhmu masih basah!" Ucap Aurora, wanita itu menggerakan tubuhnya agar pria itu menjauh darinya, dia hanya tidak ingin merusak pandangannya.
"Kenapa? Kau belum mandi, jadi apakah aku harus memandimu juga?" Tanya Julian, pria itu memberikan tatapan yang begitu nakal padanya, memprovokasi wanita itu agar mengekspor tangannya di seluruh dada bidangnya.
"Tidak! Kau pikir siapa!" Jawab Aurora dengan lantang, pria tidak suka jika pria itu sedang merangkul tubuhnya, karena dia benci melihat tatapan penuh dengan tajam.
Rasa ingin mencolok keduanya matanya begitu kuat.
"Kau saat ini sedang memiliki kekasih, jadi bagaimana jika aku adalah selingkuhanmu?" Tanya Julian, dia melepaskan tubuh wanita itu dan dudukan di meja makan, kedua tangannya berada di sisi tubuh wanita itu.
Aurora menunjukan seringai, walau dia sedikit gugup dengan jarak ini karena pria itu begitu dekat dengannya, apalagi dia tidak bisa melakukan hal lalu, jika bergerak sedikit itu semakin memberikan cela untuknya.
"Berhentilah berbicara omong kosong, aku tahu kau hanya tertarik pada tubuhku." Ucap Aurora, dia mengalihkan pandangannya, dia hanya tidak mau melihat pria itu.
"Bukan hanya your body, tapi aku sungguh tertarik dengan agen rahasia Aurora, alasan utama dia sekarang ini menjadi tawanan seorang mafia."
Aurora langsung menatap ke arah pria itu, jadi selama ini pria itu tahu identitas dirinya? Apakah ini akan menjadi hari terakhir?
"Aku yakin kau pintar, tapi kenapa kau masih mau bersama dengan pria yang mungkin bisa menghancurkan hidupmu, bukankah kau yang lebih dahulu tertarik padaku?" Tanya Julian, pria itu menggunakan tangannya untuk menarik dagu itu agar menghadap ke arahnya.
Tiba-tiba Aurora menelan air liurnya, dia merasa tertampar dengan ucapan pria itu, rasanya malu karena dalam hatinya dia membenarkan apa yang pria itu katakan.
Benar, seharusnya dia punya cara bisa untuk kabur dari pria tapi hingga detik ini dia tidak melakukan tindakan apapun, padahal selama menjadi agen rahasia banyak cara yang dia dapatkan untuk melarikan.
"Jika diam, bisakah aku menganggap itu benar?" Tanya Julian, dia menangkap kegelisahan di wajah wanita itu dan juga gerakan tubuh yang begitu kaku darinya.
"Tidak! Itu tidak benar, aku sangat mencintai kekasihku! Tidak mungkin aku tertarik dengan pria lain! Jadi menjauhlah." Ucap Aurora, dengan cepat dia mendorong pria itu menjauh darinya lalu setelah itu dia memutuskan masuk ke dalam kamar mandi.
Dia sungguh malu, rasanya seperti tertangkap basah atas hal yang dirinya lakukan pada pria itu.