"Mau pergi ke apartemenku?"
Pria di hadapan Aurora hanya menunjukan seringai, perlahan berjalan mendekati wanita itu dan tangannya mencakup wajah yang ada di hadapannya.
"Nona, kamu tidak seharusnya mengatakan hal." Ucapnya, pria itu menarik sudut bibirnya, lalu perlahan memilih untuk mematikan batang rokok di tangannya.
"Semoga harimu menyenangkan." Menjauh dari wanita itu dan memilih untuk kembali masuk ke dalam club.
"Aku tidak salah berbicara Tuan, Maksudku mengatakan hal itu, karena di apartemenku ada banyak minuman, kamu sudah berjanji membuatku minuman, jadi buatkan untuku di apartemenku." Ucap Aurora, aura yang di pancarkan pria itu sungguh membuat Aurora penasaran dengan sosok yang ada di hadapannya, dia semakin ingin mengenalnya dan tahu siapa dirinya.
Tatapan yang tajam, hidung yang mancung dan alis tebal yang memberikan kesan kharisma dalam dirinya, sungguh pria itu elum pernah dirinya temukan, ternyata New York tidaklah buruk.
Mungkin sudah saatnya Aurora meminta maaf pada kekasihnya yang baik itu, yang tidak pernah dipandang sebagai kekasih dan belum dirinya cintai.
Pria itu menghentikan langkahnya, tentu saja karena gadis itu menahan pergelangan tangannya, sungguh. dia wanita yang berani untuk mendekati dirinya.
Dengan mudahnya dia membalik keadaan dimana kini wanita itu berada rangkulan tangannya, tak ada jarak yang berada di antara mereka, bahkan semua begitu dekat hingga dia bisa melihat wajah indah itu, dia baru sadar jika wanita itu sangat cantik, aura elegan terpancarkan dari mata dan bibir merahnya.
"Sebanyak apa yang Nona milik? berapa toleransi kadar alkohol yang bisa Nona minum?" Tanyanya, tangannya terulur untuk merapikan helaian rambutnya, menyingkirkan agar bisa melihat mata biru yang indah itu, sampai tatapan turun pada bibir yang membuat dirinya sangat penasaran.
"Kita bisa melihatnya nanti, sekarang kita harus ke apartemenku dahulu, untuk bisa menjawab semua pertanyaan Tuan." Ucap Aurora, gugup? sebenarnya ini bukan lagi tentang apa yang pria itu lakukan, hanya saja dia takut pria itu mendengar alat yang dirinya kenakan.
Apalagi kini helaian rambutnya sudah diselipkan di belakang telinganya.
"Nona, aku suka. tapi aku memiliki urusan lain, aku akan menepati janjiku lain waktu." Ucapnya, pria itu mengalihkan pandangannya, dia bertatapan dengan seseorang yang tidak jauh dari jarak mereka, dia mengerti dari tatapan itu.
Yang berarti sudah waktunya untuk menjalankan tugasnya, perlahan dia melepaskan wanita yang ada di genggamannya.
"Aku harus pergi sekarang Nona. sampai bertemu lagi lain waktu." Pria itu menjauh dari Aurora, dia bahkan tidak penasaran siapa nama wanita itu atau mengatur waktu untuk bertemu dengannya.
Orang sepertinya tidak akan bisa diam di satu tempat, terlalu berbahaya untuk bisa menjalin hubungan dengan orang asing, dia yakin wanita yang memiliki bola mata biru itu bukan berasal dari kota ini.
Mungkin sebuah mata-mata, menarik jika itu benar, akan menyenangkan bermain dengan api dan akankah takdir yang menentukan semuanya.
"Katakan siapa namamu, mungkin saja aku akan mengunjungi klub ini lain waktu?" Aurora, dia masih tidak mau melepaskan pria itu, sungguh. dia wanita yang tangguh dan pantang menyerah, karena yang dia tahu hanya nama mafia dan perkumpulannya.
Informasinya masih sangat tidak jelas, sulit untuk di cari.
"Julian."
Dan pria itu meninggalkan Aurora sendirian di tempat yang begitu sepi, wanita itu langsung terdiam di tempat, sepertinya misi kali ini berbahaya untuknya, kenapa dia masih berdebar padahal pria itu sudah pergi jauh, sampai tubuhnya tersentak saat bertabrakan dengan seseorang di belakangnya.
"Wanita manis, kenapa sendirian di sini? apakah perlu untuk aku temani?" Tanya seseorang itu, dengan tidak sopan tangannya merangkul tubuh wanita itu.
Aurora menunjukan ekspresi datar, saat mudah untuk menghancurkan tangan menjijikkan itu dari tubuhnya, hanya dengan sepersekian detik pria itu langsung tergeletak di jalan dengan lemas.
Dengan heels yang dirinya kenakan, Aurora melangkah pergi dari sana, meninggalkan pria yang merintih kesakitan, Aurora sudah terlatih. dia bahkan bisa berkelahi dengan lawan yang memiliki senjata.
Masuk ke dalam club, mencari sosok temannya yang berada di sana, kenapa pergi Clara? di lantai dansa di tidak ada dan tempat lain juga?
"Clara, kau dimana?" Tanya Aurora, begitu dirinya terhubung dengan Clara melalui koneksi dari alat, matanya masih serius menatap ke seluruh penjuru tempat ini.
Apakah telah terjadi sesuatu padanya? Apa yang sebenarnya telah terjadi, lagi-lagi Aurora tidak mendengarkan koneksi apapun saat bersama pria itu, ini sungguh aneh.
Apa yang pria itu memiliki, bahkan bertemu dengannya rasa seperti mendapatkan hipnotis.
"Aurora dimana kau? Ada apa denganmu? Aku berusaha menghubungi tapi koneksi selalu terputus, kau yang ada dimana sekarang? Aku mencarimu saat kau tidak ada!" ucap Clara, dia. Sudah jauh dari club dan bersama team lainnya mencari keberadaan Aurora.
"Kau pulang saja ke apartemen, aku masih club. Aku juga tidak mengerti. Aku akan menjelaskannya nanti." Ucap Aurora, dia dengan cepat langsung keluar dari sana, tapi tubuhnya menabrak seseorang dan saat itu penglihatan Aurora berubah menjadi gelap.
Saat itulah dia tidak ingat apapun.
"Aurora? Kau dalam bahaya!" Hanya itu hal terakhir yang Aurora dengar, dia juga hanya diam saat tubuhnya entah kenapa terasa ditarik oleh seseorang, apa yang sebenarnya terjadi.
*******
"Bagaimana hasilnya? Apakah kalian menemukan keberadaan Aurora, dia belum kembali. Aku sudah menunggu selama tiga jam dan ini sudah terlalu lama!" Ucap Clara, begitu dia bisa terhubung dengan Aurora sejak saat itu wanita itu tidak juga muncul.
Jam sudah menunjukan waktu jam tiga pagi, dan ini bukan jam baik untuknya berkeliaran diluar sana, dan Clara tahu jika Aurora selalu sesuai dengan ucapannya, apakah telah terjadi sesuatu padanya?
Ponselnya dan koneksinya juga tidak di aktif. Dengan cemas Clara terus menelpon team-nya tidak akan dirinya biarkan semua tenang saja, posisinya Aurora sedang tidak membawa identitasnya, akan sulit jika sampai berurusan dengan kepolisian.
"Kalian ini mencari dimana? Sekarang coba lacak dia! Jangan sampai pusat tahu dengan apa yang terjadi, kalian semua ingin mati? jika itu keinginan kalian jangan libatkan aku!" Ucap Clara, suara begitu kencang di waktu yang bukan baik di lakukan.
Di jam dimana semua orang sedang beristirahat tapi wanita itu belum bisa memejamkan matanya sekalipun rasanya melelahkan.
Sampai bunyi suara bell mengalihkan pandangannya, tanpa memikirkan apapun, ponsel itu terjatuh begitu saja dari tangannya, dengan terburu-buru dia membuka pintu apartemen dan betapa terkejutnya dia melihat keadaan dimana Aurora sangatlah buruk.
Bahkan wajahnya di penuhi oleh luka yang cukup parah, apa yang telah terjadi dengan wanita itu?
"Aurora, apa yang terjadi padamu, kenapa kamu terlihat sangat menyedihkan." Clara membantu membawa masuk Aurora, setelah tubuhnya di bantu oleh security apartemen ini.
Aurora antara sadar dan tidak, dia tidak bisa membuka matanya, dia tidak tahu kenapa rasanya sangat sakit di bagian perutnya dan dia ingin menangis sekarang, dia hanya diam saja saat Clara menaruhnya di sofa.
Dengan tindakan yang cepat, Clara mengambil kotak luka untuk membersihkan seluruh luka di wajah Aurora, tidak pernah dia melihat Aurora sangat seperti, dia bukan sangat baik dalam berkelahi.
"Apa kau telah melakukan sesuatu? Aurora katakan apa yang terjadi?" Tanya Clara, dia bisa mengirim seluruh anggota untuk melakukan hal yang sama.
"Aku tidak tahu, aku hanya tahu seseorang menaruh sesuatu di dalam mulutku dan begitu aku bangun aku berada ditempat asing, aku tidak tahu siapa melakukan hal ini padaku." Ucap Aurora dengan susahnya, dia bahkan tidak bisa melihat dengan baik.
"Kau bodoh! Dengan siapa kau berkelahi, saat kau pergi kau bertemu siapa? Apa pria yang menjaga bar itu? Aurora, aku tahu kau sangat hebat, tapi ini kota berbahaya untuk kita, trik itu sangat mudah buat membuatku lemah, ingat kita disini untuk mencari tahu informasi para mafia, untuk urusan menangkap itu bukan tugas utamanya, ingatlah kita ini wanita dan mereka itu ada banyak."
"Akh! Lebih pelanlah, aku hanya memberikan pelajaran pada pria brengsek!" Aurora merintih kesakitan, untuk pertama kali dia menyesali kecerobohan yang terjadi dalam dirinya, kenapa dia bisa seperti ini?
"Kau tidak lupa bukan besok kita akan datang ke acara resmi dan luka ini menghancurkan segala! kau tahu itu bukan Aurora! Kau membuatku pusing, bagaimana aku melaporkan hal itu pada team?"
"Baiklah, kali ini aku tahu aku bodoh dan ceroboh, aku minta maaf atas hal yang terjadi."
"Kau ini, aku pikir kau sudah mati."
Sungguh kekacauan yang terjadi hanya dengan bertemu dengan pria itu. Siapa sebenarnya dia? Dia seperti sebuah hal misterius.
Julian?