13/7/22
Happy Reading
***
Silau cahaya yang keluar dari sela-sela gorden kamar sontak membuat mata Laya langsung terbuka kaget. Kepalanya sedikit pening karena semalam baru tidur sekitar jam 3 pagi dan lagi …
"Astagaaa!" Laya terduduk. Otak cantiknya untuk sesaat mengalami kebekuan yang intens. "Aku dimana?" gumamnya panik sendiri, karena ruangan yang remang-remang ini terasa asing untuknya dan lagi saat ia memutar tubuhnya setengah putaran terdengar suara kretekan tulang yang seksi dari beberapa ruas tulang belakang dan pinggulnya.
"Auhhh," rengeknya mempuk-puk pinggangnya yang terasa pegal dan lagi …
"Aduh … duh!" Laya semakin merengek kesakitan saat merasakan kewanitaannya yang terasa perih bekas robekan dan lagi ia merasakan kepegalan yang sesungguhnya di bagian selangkangannya.
Ihh, kenapa sakit sekali, sih!
Laya menghembuskan napasnya. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam pada tubuhnya ini dan ….
"Ahh, iya!" Laya yang ingat semua kejadian semalam langsung memukul kepalanya dengan gemas. Entah kenapa, seluruh tubuhnya tiba-tiba menghangat malu.
Semalam setiap jengkal tubuhnya ada dalam kuasa Jarvis dan lagi ….
Sentuhan tangan Jarvis yang lembut, ciuman bibir Jarvis yang begitu intens, tatapan mata Jarvis yang nakal, napas hangat Jarvis yang mendebarkan, desahan deru napas Jarvis yang seksi, dan suara Jarvis yang begitu jantan … ahh, dalam waktu semalam ia bisa merasakan dan melihat itu semua.
Huhhh, malam tadi adalah malam yang menurutnya terasa singkat namun bisa memberikan rasa nyaman dan tenang untuknya.
Padahal malam tadi adalah malam pertaruhan untuknya.
Harusnya setiap gadis yang baru saja kehilangan keperawanannya karena keadaan mendesak seperti dirinya akan merasakan kesedihan mendalam dan menyesali telah melakukan hal hina seperti ini tapi sedikit pun ia tidak merasakan penyesalan.
Atau semua ini gara-gara perlakuan Jarvis pada dirinya?
Semalam Jarvis sama sekali tidak menyakitinya.
Pria itu benar-benar memperlakukannya dengan sangat layak dan penuh perhatian. Pria itu benar-benar menganggapnya seperti sebuah gelas kaca yang mudah pecah. Pria itu benar-benar melayaninya seperti seorang ratu … sangat membuat tenang.
Apalagi saat milik Jarvis masuk ke dalam miliknya … walau awalnya sangat sakit dan dunianya seperti terbelah dua dalam sekali hentakan tapi bisa kalian bayangkan sendiri …
Rasanya sangat mengesankan dan begitu mendebarkan.
Entah mengapa ….
Sepertinya ada yang salah dengan dirinya …
Laya mengelus dadanya yang berdebaran.
"Kenapa aku tidak menyesal sedikitpun sudah melakukan ini?"
Ada apa dengan dirinya?
Padahal dulu— sumpah demi Dewa Neptunus yang tak pernah dilihatnya— saat masih kuliah, ia adalah satu-satunya wanita yang menentang adanya Free Seks dan selalu mengatakan pada teman-temannya, "Nikah aja dulu!"
Banyak sekali gadis-gadis seumurannya sudah melakukan seks dan free seks seenaknya. Mereka mengatakan hal itu sangat menyenangkan dilakukan dengan pria yang dicintainya tapi tetap saja i ia selalu menganggap hal itu adalah sesuatu yang menjijikan dan tidak berkelas.
Bahkan Vihan pun yang terlihat kalem dan terlihat seperti pria baik-baik, pernah memintanya untuk melakukan seks tapi ia menolak hal itu dengan tegas dan memarahi Vihan dari A-Z karena seks sebelum menikah menurutnya itu tidak baik dan tidak menyenangkan.
Hem, apalagi sahabat terbaiknya yang bernama Savita itu … jangan ditanya lagi deh! Jika Savita tidak memiliki pacar yang bisa dibawa ke kost atau ke hotel untuk esek-esek pasti pelampiasannya menggunakan alat-alat gila itu.
Hemm …
Tapi sekarang, lihatlah! Laya Gemina yang selalu kekeh pada pendiriannya kini hanya bisa menjaga keperawanan sampai usia 25 tahun saja.
Hahah!
Huh! Andai saja Vihan tidak kecelakaan dan Mama Papanya tidak meninggal … mungkin saat ini ia sedang menjalani bulan madu dengan penuh gairah sepanjang malam bersama Vihan.
Terkadang takdir memang sangat menyebalkan!
"Kau sudah bangun, La?"
Deg?!
Eh?
Mendengar suara yang sudah sangat familiar didengarnya itu, membuat Laya langsung memutar tubuhnya. Matanya membulat kaget saat melihat Jarvis yang sudah rapi dengan kemeja putih dan celana kainnya, bahkan pria itu sudah memakai sepatu.
Huh!
Dasar!
Itu curang namanya! Masa' Jarvis sudah rapi-rapi duluan, mana tidak membangunkannya lagi.
Jika ia bisa menebak keadaan dirinya saat ini, pasti ia mirip dengan orang-orangan sawah. Sangat berantakan dan tidak berbentuk.
Eh … eh?!
Laya langsung membelitkan selimut dengan erat ke tubuhnya, ia menggeser duduknya dengan canggung karena tiba-tiba saja Jarvis duduk ditepi ranjang.
"Kau baik-baik saja?" Jarvis mengambil dasi yang ada di atas nakas.
Bukannya menjawab pertanyaan Jarvis justru Laya menelan ludahnya salah tingkah saat melihat dasi berwarna hitam yang sedang dipakai Jarvis.
Dejavu, pasti!
Walau bukan dasi yang sama, tapi gara-gara benda yang bernama dasi sialan itu, ia sama sekali tidak bisa berteriak dengan bebas dan memanggil nama Jarvis dengan leluasa.
Anehnya, semalam dasi itu dilepas sama Jarvis saat ia akan merasakan tubuhnya mencapai nirwana.
Apalagi, ia sadar betul saat tubuhnya secara mendadak merasakan getaran yang nikmat setelah mendapat pelepasan yang entah apa itu namanya dan semalam saat melihat mata bulat Jarvis yang sayu-sayu menggemaskan itu, ia bertekad akan mencari tahu di internet apa yang sudah dirasakan dan dialaminya semalam itu.
Menyebalkan!
Tahu rasanya tapi tidak tahu namanya. Kan, aneh!!
"La?"
"I-iyaaa?!"
Jarvis memutar tubuhnya. "Kau bisa memasang dasi tidak? Aku ada rapat," ucapnya sambil menarik kanan kiri tali dasinya.
"Heuhhh?" Laya berkedip kaget. "Jangan bilang kau tidak bisa memakai dasi?"
Jarvis mengangguk dengan polos.
"Jangan bohong?!" Laya sama sekali tidak percaya.
"Untuk apa aku bohong?!"
"Lalu selama ini?"
"Mor—"
"Jangan bilang Pak Mor yang memasangkan dasi untukmu seperti ini …." Laya dengan cepat sekaligus gemas menarik dasi Jarvis. Hal itu otomatis membuat Jarvis jadi memperbaiki posisi duduknya. "Romantis dong, setiap pagi dipakaikan dasi seperti ini." Laya hampir tertawa saat melihat kedipan malu-malu mata Jarvis.
"Tidak seperti yang kau bayangkan." Jarvis berdehem kikuk karena dari jarak sedekat ini, ia bisa melihat wajah Laya yang baru bangun tidur sekaligus kelelahan disana.
Hemm, sangat menggemaskan. Apalagi muka bare facenya terlihat sangat cantik.
"Lalu?"
"Mor sudah membuatkan beberapa dasi untukku."
"Ohhh, lalu digantung dilemari gitu?"
Jarvis mengangguk.
"Kalau kau mau pakai dasi tinggal pakai?" Laya memperjelasnya lagi.
"Ya, seperti itu. Setiap hari Mor melakukan itu untukku."
"Hahaha, ternyata Bos Jarvis ku yang sangat tampan dan sempurna ini ada kekurangannya juga, yaaa?!" Laya terkekeh.
Eh, tapi …
Laya langsung melepas tangannya dengan canggung saat sudah selesai memasangkan dasinya.
Bisa-bisa, ia kebablasan sih!!
***
Salam
Busa Lin