25/7/22
Happy Reading
***
"Dapat uang darimana?" Finn sangat penasaran akan hal itu.
Laya mengedipkan kedua matanya. Bingung sekaligus heran, kenapa tiba-tiba sekali Finn menanyakan sesuatu hal yang sesensitif itu?
"Haruskah ku beritahu?" Laya balik bertanya, nada suaranya terdengar tidak suka. Pastilah, ia tidak suka. Ini ranah pribadinya. Orang lain tidak berhak untuk ikut campur.
Finn bisa menangkap ketidaknyamanan serta ketidaksukaan Laya akan pertanyaannya itu.
Tapi bodo amat.
Ini semua demi Laya dan rasa penasarannya. Ia juga ingin menepiskan segala prasangka buruknya pada Laya selama ini.
"Aku harus tahu, La. Kau itu sahabatku." Finn mengeratkan tangannya pada tepian ranjang. "Jika kau butuh uang aku bisa memberikanmu segera. Berapapun yang kau butuhkan— malam ini aku bisa membawakan uang itu. Tanpa syarat apapun atau permintaan yang macam-macam," ucap Finn to the point.
"Heuh?" Kedua alis Laya tertaut bingung. Tidak mengerti dengan maksud Finn sebenarnya. "Apa maksudnya?"
"Jangan pura-pura, La!!" Finn sedikit menekan suaranya— hampir saja ia berteriak. "Aku … aku …." Fin tidak sanggup meneruskan ucapannya. Ia menelan ludahnya dengan kasar. "Ku mohon, katakan saja uang itu dari mana, La?!"
"Pura-pura? Dari apa? Maksudnya apa, sih? Lagian aku punya hak untuk tidak mengatakannya padamu. Ini ranah pribadiku Finn." Laya bergeleng heran.
"Tapi—"
"Kau mabuk, ya?"
Finn menggeleng mantap. "Aku masih waras, oke!"
"Oke!" Laya berdiri dari duduknya. "Jika kau mau cari masalah denganku lebih baik kau pergi dari sini." Jari telunjuk Laya menunjuk pintu keluar. "Aku lelah. Aku tidak mau ribut. Keluar!!"
Finn tetap diam ditempat.
Jujur saja dalam hati terdalamnya. Ia ingin sekali menanyakan, apa yang dilakukan Laya di Starlight Moon malam itu?
Bukankah tempat itu adalah rumah bordil bintang lima paling terkenal di negara ini? Lalu kemarin malam, apa yang Laya lakukan di hotel Veteran?
Apa?!
Ya, Tuhan!
Apakah prasangka buruknya selama ini benar?!
Jangan katakan Laya melacurkan diri di sana. Jangan katakan Laya juga menjadi salah satu pelacur di sana dan tadi malam itu Laya sedang melayani salah satu pelanggannya.
Argh! Tidak mungkin!
Sejak kapan?
Sejak kapan Laya jadi pelacur seperti ini?!
Bukankah Laya yang dikenalnya sangat menjunjung tinggi kehormatannya?
Hish!
Finn melihat Laya lalu melihat Vihan yang terbaring lemah tak berdaya. Mata birunya yang indah sedikit berkaca-kaca.
Dasar beban! Lebih kau mati saja daripada menyakiti Laya seperti ini! Finn merutuki Vihan yang sama sekali tidak bisa bertanggung jawab membahagiakan Laya.
Hish! Jangan katakan! Kumohon! Uang yang digunakan untuk operasi Vihan didapatkan Laya dari melacurkan diri.
Tidak mungkin kan dalam waktu sekejap Laya bisa mendapatkan uang sebanyak itu.
Lagipula saat ia bertanya pada pihak administrasi keuangan rumah sakit ini …
Berapa biaya operasi Vihan … biayanya sama sekali tidak sedikit.
Hampir menyentuh angka milyaran!
Dan, lagi untuk menjalankan operasi Vihan … ada syarat yang harus dipenuhi Laya yaitu membayar setidaknya 50% semua hutang biaya perawatan dan pengobatan Vihan selama enam bulan terakhir ini.
Lantas jika ia bertanya uang dari mana itu, tidak salah, kan?!
Iya, kan?!
"Keluarlah, Finn." Laya menghentakan kakinya. Sudah mulai kebal pada Finn yang tidak mau keluar dari ruangan ini. "Kau sudah melihat Vihan dan kau pun juga sudah tahu keadaan Vihan. Jika tidak ada kepentingan lagi. Pergilah. Sebentar lagi, Vihan akan mendapat pemeriksaan."
"Kau belum menjawab pertanyaanku, La." Finn masih kekeh pada keingintahuannya.
"Yang mana?!"
"Dapat uang darimana?"
Laya mendengus. "Kau tidak berhak tahu, Finn. Itu bukan urusanmu, oke?! Sekarang kau pergi!!"
"Aku tidak akan pergi sebelum—"
"Ehemm?!"
Deg?!
Laya dan Finn kompak melihat ke arah sumber suara.
Syukurlah, suster Rose sudah datang.
"Kalian tahu ini rumah sakit, kan?" Suster Rose menatap tajam ke dua orang ini.
Laya mengangguk sedang Finn hanya diam saja.
"Kalau mau bicara, silahkan keluar." Suster Rose melihat kedua anak muda ini dengan kesal.
"Ayo, La." Finn mengulurkan tangannya. "Aku masih ingin bicara denganmu." Ia melihat Laya. Matanya berharap penuh kepastian.
Laya menggeleng dengan tegas. "Aku tetap disini bersama Vihan, Finn. Aku tidak akan kemana-mana."
Finn menghela napas panjang.
"Kau pergi lah." Laya mengusir halus.
Tanpa mengatakan sepatah katapun Finn langsung pergi meninggalkan ruangan Vihan. Hatinya sedikit jengkel karena tidak mendapat informasi apapun.
Tapi, disisi lain, ia merasa bersalah karena menanyakan hal itu secara blak-blakan. Mana waktunya tidak tepat.
Sayup-sayup, Finn bisa mendengar sedikit obrolan suster itu dengan Laya. Katanya, Vihan akan segera dibawa ke ruang pemeriksaan karena jadwal operasinya besok pagi.
Oke.
Finn dengan rasa penasarannya yang tinggi. Menuju ke tempat administrasi keuangan lagi.
Kali ini tujuannya adalah keruangan direktur keuangan rumah sakit Fransisco-Isamu.
Ia sangat penasaran dengan riwayat pembayaran seluruh pembiayaan perawatan serta operasi Vihan.
Apakah Laya hanya membayar 50% saja atau melunasi keseluruhannya?
"Ohh … oh, tuan Fin." Direktur keuangan yang sedang bersantai-santai ria menikmati secangkir kopi langsung berdiri panik saat melihat kedatangan putra tiri Tuan Jonathan Isamu itu. "Ada yang bisa saya bantu, tuan?"
"Vihan Mahendra." Finn duduk senyaman mungkin di sofa single yang disediakan di ruangan ini.
"Ya?" Direktur keuangan melebarkan telinganya. Jujur saja, ia tidak dengar dengan apa yang dikatakan Finn tadi.
"Berikan aku rincian keuangan seluruh biaya milik Vihan Mahendra. Pasien kecelakaan 6 bulan lalu yang akan melakukan operasi besar besok pagi pukul 9." Finn mengatakan hal itu dengan terperinci.
"Tapi, tuan." Direktur keuangan membungkuk dengan sopan. "Maafkan saya. Demi kenyamanan pasien di rumah sakit ini saya tidak bisa memberikan—"
"Aku akan memecatmu." Finn memotong dengan pasti ucapan direktur keuangan itu.
"Tapi …?"
"Aku akan memecatmu!" Dengan tegas Finn mengatakan hal itu lagi.
"Baik. Beri saya waktu 5 menit, tuan Finn."
Finn mengangguk dengan pasti.
Setelah lima menit.
Direktur keuangan itu menyerahkan beberapa lembar kertas.
Disana sudah ada rincian lengkap seluruh pembiayaan perawatan Vihan.
Deg?!
Ternyata Laya sudah melunasi semuanya.
Tidak ada hutang lagi.
Clear!
Bahkan, Laya sudah membayar biaya pasca operasi Vihan dan seluruh biaya perawatan Vihan selama tiga bulan kedepan.
Hish!!
Uang darimana?
Finn melempar kesal kertas itu.
"Dia membayar pakai uang apa?!" Finn berteriak kesal.
"Maaf, tuan. Saya juga tidak tahu." Direktur keuangan itu hanya nyengir. Tidak tahu pasti transaksi yang digunakan, karena yang mengurus masalah seperti ini adalah bawahannya.
"Tapi disana tertera pembayarannya menggunakan uang cash dan sisanya menggunakan debit, tuan."
"Heuh?"
Finn memeriksa sekali lagi kertas itu.
Ah, iya?!
Atas nama siapa?
Eh? Tidak salah, kan?
Ini …
Atas nama Laya Gemina.
Lho?!
Apa-apaan ini?!
***
Salam
Busa Lin