18/7/22
Happy Reading
***
Pukul dua siang di kantor Jarvis ….
Jarvis baru saja selesai mengikuti rapat seperti biasanya. Ia bersandar lelah pada sofa yang biasa digunakannya untuk beristirahat— sofa ini menghadap ke dinding kaca.
Mata bulatnya yang lelah dan mengantuk berkedip-kedip sayu menatap langit biru tak berawan.
"Cerah sekali langitnya." Jarvis menghela napas. "Jadi ingin jalan-jalan, tapi … huhhh!" Lagi-lagi, ia menghembuskan napasnya dengan berat.
Jujur, tadi malam Jarvis tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak menyentuh tubuh Laya secara berlebihan. Ia pikir seks dengan wanita rasanya akan biasa saja tapi ….
Eum, rasa dan perasaannya terbawa hingga sampai saat ini dan ia pun tak bisa mengingkari kenikmatannya hingga ruang dan waktunya benar-benar tersiksa dan tersita oleh keindahan tubuh Laya.
Hem, sampai saat mengikuti rapat tadi pun ia benar-benar tidak bisa berkonsentrasi.
Ia masih ingat betul saat kedua tangan dan bibirnya ini saling bekerja sama membuat mahakarya yang indah di tubuh Laya.
Ia masih ingat betul kedahsyatan seperti apa yang didapatkan dan dirasakannya ketika untuk pertama kalinya ia merangsek masuk ke dalam inti tubuh Laya.
Jarvis memejamkan matanya dan ia pun menggigit-gigit sudut bibirnya dengan napas memburu sesak— sesak karena hingga detik ini ia masih bisa mendengar desah napas serta racauan suara Laya saat memanggil namanya dengan begitu mesra dan getaran tubuh Laya yang begitu seksi saat mencapai nirwananya.
Bayangan akan kulit Laya yang eksotis meninggalkan kesan kemerah-merahan yang sangat menggemaskan saat mencapai puncak orgasmenya dan tertinggal banyak sekali watermark di seluruh tubuh Laya, ia memberikan banyak sekali ciuman penuh nafsu karena rasa penasarannya yang tinggi belum bisa mereda malam itu.
Dan, yang membuatnya lebih bersemangat adalah saat ia melihat ada darah segar yang keluar dari inti tubuh Laya.
Ahh, gadis itu benar-benar membuatnya menjadi orang gila dalam waktu semalam.
Ia sampai menahan diri untuk tidak menerkamnya pagi tadi.
Hah, untung saja ia masih bisa meredakan hasrat liarnya ini. Kalau tidak, pasti gadis itu tidak akan bisa berjalan dan masih terbaring lemah hingga saat ini. Dan, ia pun harus merawat gadis itu hingga sembuh.
Sungguh pengalaman pertama yang mengesankan. Ia berharap masih ada pengalaman-pengalaman yang luar biasa kedepannya.
Jarvis jadi ingin bertemu lagi dengan Laya. Ingin mengulangi malam yang seperti tadi malam tapi ….
"Hemm, kenapa lagi-lagi aku memintanya untuk memutuskan apa yang dimaunya?!"
Tapi kalau tidak seperti itu ….
Hemm, biar bagaimanapun, Jarvis sedikit menyesali keputusannya.
Harusnya ia menyuruh Laya untuk datang nanti malam saja. Tapi, bukankah itu egois?
Ah, sialan! Tidak boleh egois! Tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama.
Lagipula Laya melakukan semua ini untuk tunangannya. Pasti gadis itu sedang mengurus administrasi operasi tunangannya.
Semoga saja urusannya cepat selesai jadi …
"Kapan dia akan datang padaku?" Jarvis membuka mata bulatnya. "Kapan, ya? Aku sungguh tak sabar untuk bertemu dengannya lagi."
Semoga saja ia sabar menunggu gadis itu datang.
Kalau tidak ….
"Aku akan menyeretnya kemari dan memintanya untuk bercinta disini!" Jarvis menepuk-nepuk bahu sofa. "Atau disana." Jarinya menunjuk ke arah meja kerjanya. "Atau disitu saja?" Ia melirik kearah karpet lantai yang berwarna abu-abu. "Tidak masalah. Itu bersih, kan? Ahhh, atau berdiri saja lalu bersandar pada dinding? Itu lebih menantang daripada hanya tiduran, kan?!"
Deg!
Wajah Jarvis langsung memerah panas. Entah mengapa ia jadi malu sendiri dengan isi kepalanya yang mendadak jadi mesum seperti ini.
Aihh, sialann!
Jarvis memukul kepalanya yang mendadak menjadi bodoh dan menyebalkan.
"Kau tidak boleh melakukan itu, oke! Kau itu adalah orang paling sabar saat menghadapi seks. Kau itu tidak pernah kecanduan melakukan seks dan kau bukanlah pria pemaksa, oke!"
Sabar, sabar, sabar!!
Jarvis menyabarkan dirinya sendiri.
Oke, daripada memikirkan gadis itu terus menerus lebih baik dirinya melakukan hal yang berguna.
Apa, ya?!
Katanya dengan olahraga ringan bisa mengurangi keinginan seseorang untuk seks.
Oke, tapi tidak mungkin ia melakukannya disini, kan?!
Jarvis berdiri dari duduknya.
Ia mendekati dinding yang terbuat dari kaca— one way. Ia melihat ke bawah.
Mobil-mobil dibawah sana terlihat seperti miniatur, rumah-rumahnya pun terlihat seperti rumah mainan, ada gerobak-gerobak pedagang kaki lima yang tertata rapi disana sini dan orang-orang yang sedang berjalan seperti seekor semut. Sangat kecil.
Hahaha, lucu sekali mereka.
Lalu Jarvis sedikit demi sedikit menegakkan kepalanya. Ia mencari sesuatu yang bisa dilihatnya lagi.
Eh?
Astaga?!
Mata bulatnya langsung memicing jengah.
Aihh, sialan!
Disalah satu gedung yang jauh lebih rendah dari gedung miliknya— di rooftopnya ada sepasang kekasih yang sedang berciuman dengan sangat heboh.
Si pria dengan begitu brutal membuka kancing kemeja atasan wanita tersebut— tidak sampai terbuka tapi cukup membuat buah dada si wanita sedikit menonjol.
Tidak lama dari itu, si pria dengan perlahan menaikkan salah satu kaki wanita yang hanya menggunakan rok span diatas lutut lalu salah satu tangan pria itu masuk ke dalam rok wanita itu.
"Jangan bilang mereka mau melakukannya disitu? Serius? Astaga?!"
Jarvis bergeleng-geleng tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Benar saja firasatnya— walau pakaian si pria dan wanita itu masih lengkap terpasang tapi … bagian bawah mereka sudah menyatu lalu bergerak dan beradu secara bersamaaan.
Hemm, parahh!!
Ini masih siang, lhoo!
Mana udara dan cuacanya lagi panas-panasnya!
Pria itu sama sekali tidak memiliki rasa kasihan dan rasa sayang pada wanita itu.
Jika punya rasa sayang … dibawa ke hotel kek! Atau cari ruangan yang nyaman untuk bercinta atau apa gitu!
Dasar laki-laki tidak modal, egois dan tidak bermartabat dan untuk wanitanya, kok, ya, mau!!
Hishh!!
Jarvis memukul kepalanya lagi.
Apa-apaan, sih?! Kenapa dirinya jadi tukang ngintip seperti ini? Dan, lagi kenapa ia jadi ikut campur urusan seks orang lain?!
Entah kenapa, ia sangat uring-uringan sekali hari ini dan tidak bisa fokus seperti biasanya.
Padahal, biasanya ia tidak pernah seperti ini. Dulu untuk pertama kalinya bercinta dengan mantan kekasihnya pun ia tak pernah sampai segila ini memikirkan segala sesuatunya.
Hih!!
"Wahhh, kasihan sekali ceweknya, ya, Vis?"
Ehh?!
Deg!!!
Jantung Jarvis gampir melompat saat mendengar suara yang tak asing untuknya.
Kepalanya menoleh perlahan ke arah samping, matanya yang bulat langsung membulat sempurna saat melihat rambut yang sudah beruban tepat di hadapannya dan senyuman khas pria tua menyebalkan ini tidak lain tidak bukan adalah ….
"PAPA!!" Jarvis berteriak kaget.
***
Salam
Busa Lin