2/7/22
***
Hem, lalu?!
Hening …
Diam …
Hanya ada suara denting jam yang terdengar.
Laya menoleh kesamping kanan dan kiri lalu pelan-pelan menoleh kebelakang.
Tidak ada yang pergerakan yang berarti dari Jarvis.
Jangan-jangan ketiduran. Lalu aku ditinggalkan sendirian gitu? Lah, terus, acara untuk bercintanya batal, dong?!
"Bos?"
"Hem?"
Ehh?
Ternyata tidak tidur. Lalu apa yang harus dilakukannya sekarang?
Laya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Terbesit ide ... biar seperti di film-film romantis yang pernah ditontonnya atau novel-novel yang dibacanya …
Laya meraih salah satu kaki Jarvis dengan lembut, ia berniat akan melepas sepatu yang dikenakan Jarvis tapi …
Jarvis langsung bangkit dari tidurnya dan itu refleks membuat Laya memundurkan duduknya karena terkejut.
"Ada apa, sih?!" Laya mengelus dadanya. "Kau ini tidak bisa tebak sama sekali. Aku suka heran dengan orang sepertimu."
"Aku bukan anak kecil." Jarvis mendengus tidak suka jika ada yang menyentuhnya tanpa izin seperti ini. Tanpa pikir panjang, ia melepas sepatu dan kaos kakinya satu-persatu lalu melemparnya dengan asal ke sembarang arah.
"Katanya bukan anak kecil tapi lepas sepatu saja dilempar-lempar seperti itu." Laya menatap miris salah satu sepatu yang teronggok mengenaskan di atas meja.
Hish! Jarvis melihat sepatunya, lalu menghela napas lagi. Ia tidak mau membahas sepatu itu dan jujur saja, ia pun juga kaget dengan apa yang dilakukannya.
Ada apa sih dengannya? Biasanya ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Ia selalu menata sepatunya dengan rapi.
Ah, mungkin efek karena kesal dengan Finn yang sudah berhasil merusak moodnya. Apalagi malam ini, ia harus bercinta dengan seorang wanita untuk pertama kalinya.
Huhh!!
"Mana?" Jarvis melihat Laya dengan tatapan sok di garang-garangkan.
"Apanya yang mana?" Laya langsung berkedip. Aih, mata bulat itu walau terlihat lelah masih tetap menggemaskan seperti biasanya.
"Aku menitipkan sesuatu padamu, kan?"
Deg?!
Laya menelan ludahnya. Tidak bisa berkonsentrasi lagi untuk mengagumi mata indah Jarvis. "Ko-kondom, maksudnya?"
Jarvis mengangguk. Memasang wajah sedatar triplek.
"Ada ditas," kata Laya, memalingkan wajahnya yang tiba-tiba panas. "Akan aku ambilkan."
Laya cepat berdiri, lalu memukul kepalanya yang mendadak lupa menaruh tasnya dimana. Ia mondar-mandir kebingungan lalu melihat Jarvis yang tampak tenang duduk di tepian kasur.
"Dasar playboy," celetuk Laya tanpa sadar. Entah kenapa melihat ketenangan Jarvis yang seperti itu membuatnya berpikiran seperti itu. Kalau tidak playboy dan tidak sering bercinta dengan banyak wanita, pasti sikapnya tidak akan setenang itu— paling tidak pria itu akan ikutan mencari tasnya, kan?
Iya, kan?
"Ehem." Jarvis berdehem lirih. Ia berdiri sambil melepas jasnya. "Ini tasmu bukan?"
Eh?
Hish? Laya memukul kepalanya lagi. Bisa-bisanya ia lupa, sih!!
"Dimana?" tanya Laya berpura-pura tidak melihat. Harus setenang mungkin tidak boleh kelihatan panik apalagi gugup.
Jarvis hanya menunjuk ke arah nakas.
"Ahh, yaa, maaf aku melupakannya tadi." Laya langsung mengambil tas itu dengan kikuk dan mencari kotak-kotak kondom itu dengan perasaan gugup-gugup panik.
Jarvis mengangguk paham. Ia tahu betul jika Laya saat ini sedang gugup dan mungkin saja takut. Ini akan jadi malam pertama untuk Laya dan untuk dirinya.
Oke, tidak masalah.
"Ini." Laya menyerahkan lima kotak kondom pada Jarvis. Kepalanya langsung menunduk malu. Huh, pasti ketawa nih! Lihat saja!
Jarvis mengambil salah satu kotak kondom dari sodoran tangan Laya. Pun ia sedikit terkejut dengan jumlah kondom yang dibeli Laya. "Kau mau main berapa ronde, La?"
"Ha–hahh?"
"Aku hanya minta beli satu, kan?"
"I-iyaa." Laya menggaruk kepalanya, salah tingkah. "A-anu, akuu bingung harus pilih yang mana tadi."
"Yang ini saja kan' cukup," kata Jarvis meletakkan kotak kondom yang diambilnya ke salah satu tangan Laya yang nganggur.
"I-iyaa, mana kutahu." Laya mengerutkan hidungnya. "Ku pikir kau tidak suka yang ini tapi sukanya yang ini, tapi setelah kupikir-pikir lagi— ku pikir kau lebih suka yang ini daripada ini." Ia menunjuk kotak-kotak kondom itu dengan malu. "Daripada aku bingung mau beli yang mana dan lagi aku tidak tahu seleramu yang seperti apa, jadi aku beli semuanya."
Jarvis menghela napas panjang. "Kau ini!"
Tanpa sadar Jarvis menyentil dahi Laya karena gemas dengan tingkah polos gadis ini.
"Aw!" Laya mengusap dahinya yang sakit.
"Yaa, sudahlah. Sudah dibeli juga. Lumayan untuk cadangan." Jarvis mengedikan bahunya.
"I-iyaa jadi tidak perlu repot untuk beli-beli lagi. Kalau mau pakai tinggal pakai, iya, kan?"
Eh, salah bicara lagi. Laya memukul bibirnya yang menyebalkan. "Maksudku … anu … hish!!"
"Hemm, kalau gitu aku mandi dulu," ucap Jarvis sambil melepas satu persatu kancing kemejanya.
"Hemmm." Laya mendengus. Malunya setengah mati. Pasti Jarvis berpikir yang tidak-tidak nih?!
"Tidak ikut mandi sekalian?"
Laya langsung menegakkan kepalanya. "Apaa?!!"
Jarvis berbalik badan. "Apa?"
"Kau bilang apa tadi?" Laya menelan ludahnya dengan kasar.
Astagaa!!
Hampir saja Laya berteriak histeris saat melihat tubuh bagian atas Jarvis yang sudah telanjang. Tubuh itu sangat indah untuk ukuran seorang pria. Tubuh itu sangat sempurna dan otot-ototnya yang maskulin pun terlihat sangat jantan dan begitu mengesankan.
"Argh! Pria ini toples didepan mataku! Aku tidak salah lihat, kan?! Ke-kenapa dia begitu percaya diri menunjukkannya padaku? Apakah semua wanita yang pernah melihat tubuh Jarvis Isamu akan sama terpesonanya dengan dirinya?!!!" Laya berseru-seru gemas dalam hatinya.
Dahi Jarvis mengernyit. "Memang aku bilang apa tadi?"
"Heuhhh?" Tertampar kenyataan, Laya langsung memfokuskan kembali pikirannya. "Bukankah kau mengajakku mandi bersama?"
Jarvis semakin mengernyitkan dahi, sudut bibirnya terangkat karena gemas melihat kepolosan Laya. "Boleh, silahkan."
"Hah?" Laya semakin membulatkan matanya. "Ti-tidak dingin mandi malam-malam seperti ini?"
"Ada aku, La. Ayolah, tak perlu khawatir. Aku akan menghangatkanmu di dalam sana."
"Apa?!!!"
Jarvis mengorek telinganya yang mendengung. Suara teriakan Laya masih sekencang waktu pertama kali mereka bertemu. "Apanya yang apa?!" Ia balik berseru dengan gemas.
"Heuh?!" Laya semakin bingung dengan keadaan ini.
Ha-hah?
Laya berkedip-kedip tidak percaya dengan apa yang dilihatnya di depan sana. Ternyata Jarvis sudah ada diambang pintu kamar mandi. Masih mengenakan kemejanya tapi kancingnya sudah terlepas semua.
"Astagaa!!" Laya menutup mulutnya yang kurang ajar, ia memukul kepalanya lagi. "Bodoh! Aku barusan halu, yaaa! Sialan!"
"Kau mau buang air besar?" tanya Jarvis, wajah Laya terlihat pucat disana.
Laya menggeleng.
"Mau pipis dulu?"
Laya menggeleng lagi.
"Lalu?" Dahi Jarvis semakin mengerut dalam. Ini anak benar-benar aneh, deh!
"Ti-tidak ada apa-apa." Laya nyengir salah tingkah. "Kau mandilah. Aku akan menunggumu disini."
"Yakin?"
"I-iyaa. Mandinya jangan lama-lama," kata Laya mengusir Jarvis dengan sopan.
"Sudah tidak sabar, ya?"
Laya langsung menutup telinganya. Ahh, pasti halu lagi, nih!
"Aku akan menunggu di dalam."
Laya semakin kencang menutup telinganya.
"Aku ingin menggosok tubuhmu, pasti akan sangat menyenangkan jika kita bisa mandi bersama. Kita bisa saling menyalami satu lain. Melihat seberapa jauh kenikmatan yang bisa kita raih bersama dan yang paling penting, dalam segala proses menuju nirwana dunia, aku akan selalu membuatmu basah dan basah terus menerus hingga kau mencapai klimaks yang sesungguhnya, La ...."
Astagaaa!!!
Bawa aku pergi dari sini!!!
***
Salam
Busa Lin