Chereads / DIVE INTO YOU / Chapter 24 - PULANGLAH

Chapter 24 - PULANGLAH

30/6/22

Happy Reading

***

"Kau masih ada kepentingan, ya?" 

"Akhirnya kau sadar juga." Jarvis menghela napas lega. "Aku pergi—"

"Oke, baiklah." Finn mendesah kecewa. "Padahal aku ingin bicara banyak denganmu."

"Aku tidak punya waktu untuk mendengar curhatanmu." 

"Huuuh!" Finn semakin menghela napas panjang. Kecewa mendengar penuturan Jarvis, yang selalu seperti ini dan lagi ia bisa mendengar suara tawa lirih dari Mor dan, siapa wanita yang ada di samping Mor itu?

Ohh, mungkin sekretaris kakaknya. 

"Kau tidak mau mengajakku makan malam? Minum-minum? Atau apa gitu?" tanya Finn, tidak mau menyerah.

Jarvis menggeleng. "Kalau tidak ada yang penting lagi. Aku akan pergi," ucapnya pada Finn lalu beralih pada Mor dan Padma. "Kalian berdua pulanglah. Aku sudah tidak membutuhkan kalian lagi."

"Baik, tuan." Mor dan Padma langsung membungkukkan tubuhnya.

"Antarkan Nona Padma pulang, Mor." 

"Baik, tuan," kata Mor. Mempersilahkan Padma untuk berjalan duluan. 

"Saya permisi, tuan. Selamat malam dan beristirahatlah dengan baik." Padma dan Mor undur diri dari hadapan Jarvis dan memberi salam hormat pada Finn.

"Lalu aku?" Finn mengikuti Jarvis dari belakang. "Kau mau meninggalkan aku sendiri disini, Vis?"

"Sudah pesan kamar, kan?"

Finn langsung mengangguk. Ia celingukan untuk memastikan sekali lagi. Bingung sekaligus penasaran karena tiba-tiba saja Jarvis berhenti di depan lift prioritas tamu VVIP.  "Kau mau kemana?"

"Bukan urusanmu."

"Kau mau menginap di hotel ini juga, ya?" 

"Bukan urusanmu."

"Dilantai berapa? Kamar nomor berapa?" Mata Finn berbinar senang. Yes, punya teman ngobrol. "Aku ikut denganmu, yaa?"

"Hishh, Finn Lamant!" Jarvis berseru kesal. 

Finn langsung berhenti merengek. Kalau Jarvis sudah menyebut namanya seperti itu— itu tandanya Jarvis sudah sangat kesal padanya. 

Dasar emosian! 

"I-iyaaa … iyaa!" Finn merengut kesal.

Pintu lift terbuka, tapi langsung ditahan Jarvis. Memastikan jika Finn tidak ikut masuk.

"Lebih baik kau pulang sana." Jarvis mengambil ponselnya dan menghubungi Mor lagi. "Tidur dirumah saja."

Setelahnya, tanpa basa-basi lagi, "Mor akan mengantarmu pulang!" Jarvis memasuki lift. 

"Ehh, tunggu!!" Finn menahan pintu lift itu. "Kau tidak bisa mengatur seperti itu, Vis!!" 

"Lepas tidak!!"

Finn yang terkejut mendengar teriakan marah kakak tirinya langsung melepas pintu itu— padahal ia sudah sering dibentak-bentak oleh Jarvis, hanya saja untuk kali ini lebih seram dari amukan Mama. Mana warna matanya yang coklat kemerahan, sangat mendukung kegalakannya lagi! 

Hishhh!

Secara perlahan pintu lift terbuka. "Aku tidak akan mengulanginya dua kali. Jika kau malam ini tidak pulang, aku yang akan menyeretmu sampai rumah dan meminta Papa mengurungmu. Paham! 

Tingg!!

Pintu lift tertutup!

Deg!

Astagaaa!!

"Hehhh! Kau hanya kakak tiriku, yaaa!!  Berani sekali kau memerintahku dan mengancamku seperti itu!! Sialan! Awas, kau, Jarvis!!" Finn berteriak, menendang-nendang pintu lift dengan kesal. "Kau tidak bisa mengaturku! Memangnya aku takut denganmu, hah!"

Finn ingin mengatakan tidak, tapi ... nyatanya baru dibentak seperti itu saja, ia sudah ketar-ketir!

Andai saja semua wanita yang mengagumi kakak tirinya itu tahu sifat asli Jarvis yang seperti Maung, pasti semua wanita akan lebih meliriknya dibanding Jarvis.

Huhh!!

"Astaga, tuan Finn!" Mor langsung berlari, menarik Finn supaya tidak menendang pintu lift lagi. "Malu dilihat banyak orang, tuan."

"Lepas!! Dimana kamar, Jarvis, Mor? Katakan!! Aku akan menyusulnya!!"

Mor tidak menggubris. Ia menggandeng tangan Finn dengan kuat supaya tidak lari memasuki lift yang sudah terbuka. Pasti Finn akan mengejar Jarvis hingga keujung dunia. 

"Hissh!! Kenapa kau bisa sabar bekerja dengannya selama ini, sih!!" Finn mulai menggerutu. Berusaha melepas tangan Mor yang sangat kuat memeganginya.

"Tuan Jarvis orang baik, tuan."

"Baik-baik, dari mananya!!" Finn tidak terima. "Kau tadi tidak dengar apa yang dikatakannya padaku, hahh!!

"Tuan Jarvis hanya ingin melihat Anda istirahat dengan tenang, tuan." Mor menghela napas panjang. "Lagipula, kemarin malam saat Tuan Jarvis pulang kerumah yang ditanyakan pertama kali Anda, bukan Nona Muda."

"Heuh, benarkah?" Hati Finn melambung tinggi. Ternyata diam-diam Jarvis mengkhawatirkannya.

"Apalagi yang mereka bicarakan?"

Mor mengedikan bahu. "Setelahnya Tuan Jarvis tidak mengatakan apa-apa. Hanya saja dari raut wajahnya yang lelah, Tuan besar meminta Tuan Jarvis untuk menjaga Anda."

"Ahhh, pantas!!" Finn jadi berteriak. Salah paham lagi. "Dia terbebani punya adik sepertiku, kan? Iya, kan, Mor?!"

"Astaga, tuan Finn!!" Mor bergeleng heran. Ternyata lebih gila dari Tuan Jarvis. "Ayo, pulang saja!!"

Mor memasukan Finn kedalam mobil, dan dengan sigap pintunya langsung ditutup oleh Padma.

"Wahh, aku baru pertama kali bertemu dengan adiknya, tuan Jarvis, Mor."

Mor hanya menghela napas panjang. 

Untuk mengurus Tuan Jarvis saja butuh banyak tenaga, ehh, ini tiba-tiba saja muncul satu manusia seperti Tuan Finn.

Jujur, mereka berdua sama-sama gila dan aneh. Tapi level kegilaan mereka berbeda. 

Tuan Jarvis masih lebih gila dari Finn.

*

*

*

Laya yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih berdiri diambang pintu, langsung terkejut saat melihat kedatangan Jarvis yang tiba-tiba seperti itu.

Mana kelihatannya sangat suntuk— padahal ia sangat berharap jika Jarvis akan datang dengan wajah dingin yang seperti biasanya bukan wajah yang terlihat marah seperti ini.

Ada apa nih? Rapatnya tidak berjalan lancar atau ada masalah lainnya lagi?

Jarvis berhenti tepat di depan Laya, ia melirik sekilas lalu menghela napas panjang. Tanpa mengatakan apa-apa, ia melanjutkan langkahnya lagi— menuju ke tempat tidur. 

Laya mengikuti Jarvis dari belakang. 

Jika berjalan di belakangnya seperti ini, ia hanya bisa melihat punggung Jarvis.

Hemm, padahal ia ingin sekali melihat wajah Jarvis yang terlihat lelah itu. 

Brukhh!!

"Hahhh!"

Helaan napas yang berat terdengar bisa Laya dengar …

Ehh? 

Terkejut!

Laya langsung mengangkat kepalanya yang tertunduk. "Ada apa?" tanyanya yang langsung berlari ke arah ranjang. Khawatir dengan keadaan Jarvis yang seperti banyak beban. "Kau sakit, bos?" 

Jarvis menggeleng. Menutupi perasaannya. "Aku hanya kelelahan," ucapnya sambil menutup mata dengan salah satu tangannya. 

"Kau butuh sesuatu?" tanya Laya. "Akan ku ambilkan segera."

Jarvis menggeleng lagi.

"Lalu?"

Jarvis memberi isyarat dengan tangannya, meminta Laya untuk duduk dimana saja.

Ditepi kasur, boleh. Disampingnya, boleh. Atau dimana saja lah, yang penting gadis ini diam sebentar. 

Hanya sebentar saja.

"Apa?" Laya memajukan satu langkahnya. Mencoba mencari, dimana letak mata bulat Jarvis yang menggemaskan itu.

"Duduk." Jarvis menghela napas panjang.

Lelah juga ternyata.

"Ohh." Laya duduk disamping kaki Jarvis yang menggantung. "Rapatnya lancar, kan?"

Jarvis mengangguk. 

"Tidak ada masalah, kan?"

Jarvis menggeleng.

Hem, lalu?!

Hening …

Diam … 

***

Salam

Busa Lin