"Hey, kamu mau membawaku ke mana!" teriak Olivia sambil berusaha meloloskan diri.
"Namaku Petra Rhanandra. Aku ingin meminjam cincinmu untuk membuktikan sesuatu," jelasnya sambil menyalakan mesin mobil.
"Kalau bicara yang jelas! Membuktikan apa?" tanya Olivia. Sayangnya pertanyaannya tidak didengar, Petra membawanya pergi dari situ.
...
Setelah diteliti beberapa hari oleh dokter keluarga, ternyata cincin dengan batu hitam milik Olivia memang bisa menangkal beberapa penyakit langka. Tentu saja hal itu semakin membuat Petra tertarik untuk memastikan pada dirinya.
Petra menyuruh dokter untuk membius Olivia agar bisa menggunakan cincinnya untuk diuji coba.
Olivia diletakan di samping bangsal Petra. Setelah itu, Dokter membangkitkan emosinya untuk menghidupkan Rex.
Dokter berada di sampingnya untuk menemani sambil menggenggam cincin batu hitam.
Kulit Petra mulai memucat, matanya berubah merah menyala. Rex beranjak bangun dengan kerutan tajam di kening. Bola matanya memutari setiap sudut ruangan.
Dia melihat ada seorang wanita yang berbaring di samping bangsalnya. Saat Rex akan menghampirinya, tiba-tiba Dokter memberikannya sebuah surat dengan tulisan di dalamnya.
'Jangan lukai siapa pun. Ada sesuatu yang ingin aku pastikan. Dengarkan dan patuhi perkataan Dokter.'
Itu adalah surat yang Petra tulis sendiri untuk Rex sebelum Petra berubah.
"Sejak kapan aku mau mendengarkan perintahnya!" geram Rex dengan rahang mengeras. Dia merobek surat itu dan melemparkannya ke udara sampai potongan-potongan kertas berhamburan di lantai.
"Rex, lihat apa yang ada di tanganku," ucap Dokter dengan begitu ramah. Dia bahkan menunjukan senyum pada Rex tanpa rasa takut.
Sebuah cincin dengan batu hitam yang Rex lihat. Rex termenung sejenak menatapnya. Kenapa Dokter memperlihatkan benda berbentuk cincin padanya?
"Ambillah," kata Dokter sambil menyodorkan cincin tersebut.
Rex terlihat sangat ragu. Tampaknya dia menaruh banyak kecurigaan pada Dokter dan Petra. Namun, cincin dengan batu hitam itu sukses membuatnya penasaran, hingga tanpa sadar Rex sudah mengambilnya.
Dokter tersenyum lebar. Dia begitu berharap dengan cincin batu hitam yang sudah berada ditangan Rex, Petra bisa segera sadar. Jika begitu, artinya cincin batu hitam memanglah penangkal kepribadian ganda di tubuhnya.
Namun, setelah lama menunggu, Petra tidak kunjung sadar. Kulit Petra masih pucat, bola matanya pun masih merah menyala. Rex masih menguasai tubuh Petra.
Kenapa tidak bekerja? (Batin Dokter)
Rex melihat kekecewaan dan ketidakpuasan di mata Dokter. Hal itu membuat Rex menemukan semua jawaban dari kecurigaannya.
Tanpa pikir panjang, Rex langsung mencengkeram kerah jas Dokter sambil menatapnya dengan mata berapi-api.
"Apa yang kamu rencanakan dengan Petra?" tanya Rex mengintimidasi.
"Ti-tidak, tidak ada. Saya hanya ingin mengecek kondisi tubuh Anda," jawab Dokter gelagapan, kacamata minusnya sampai miring berantakan.
"Jangan berani mempermainkanku. Jawab dengan jujur atau aku patahkan kakimu," ancam Rex dengan emosi menggebu. Matanya sudah tertutup emosi, membuat Dokter ketar-ketir ketakutan.
"T-tidak ada yang berani mempermainkan Anda, Tuan. Saya diperintahkan Tuan Petra untuk mengecek kondisi tubuh Anda karena katanya sejak terakhir Anda menguasai tubuhnya, Tuan Petra sadar dengan cepat. Hal itu tidak biasa terjadi," jelas Dokter dengan keringat yang mengucur di kening.
"Lalu, untuk apa kamu menyuruhku mengambil cincin ini! Pasti kamu dan Petra mempunyai maksud lain terhadapku, kan?!" tuduh Rex sambil melempar cincin tersebut ke lantai dan mendorong tubuh Dokter sampai punggungnya menghentak dinding dengan keras.
Karena keributan yang terjadi, Olivia pun tersadar. Dia melihat Petra yang sedang menyerang seorang dokter. Auranya hitam menakutkan seperti sebelumnya.
Saat Olivia akan menolong Dokter dari ancaman Petra, dia melihat cincin batu hitam miliknya yang tergeletak di bawah lantai dengan begitu malang. Olivia pun memungut cincin itu sambil menyentuh kepalanya yang pening dan menyembunyikannya di dalam saku, lalu dia segera menghentikan Petra dengan menarik lengannya.
Olivia masih belum tahu mengenai kepribadian ganda yang Petra alami. Di matanya Petra yang pemarah seperti itu memanglah Petra, bukan Rex.
"Lagi-lagi aku melihatmu sedang marah seperti orang kesurupan! Memangnya tidak lelah?!" kata Olivia dengan mata melotot. "Apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan? Tindakanmu bisa membahayakan keselamatan orang lain! Meski kamu kaya, kamu tidak akan bisa membangkitkan orang yang sudah mati, sekalipun kamu menukarnya dengan semua hartamu!"
Deg!
Rex terpukul mendengar perkataan Olivia yang langsung mengena di hatinya. Mulutnya dibuat bungkam. Perlahan Rex melepaskan cengkeraman di kerah jas Dokter. Dia menatap dalam bola mata jernih Olivia. Perkataannya barusan membuatnya teringat pada ibunya yang sudah lama tiada.
Saat Petra masih kecil orang tuanya pernah bertengkar hebat saat ibunya memergoki ayahnya berselingkuh. Ibunya berniat menyebarkan perselingkuhan ayahnya dengan wanita lain karena sakit hati.
Petra yang pada saat itu masih polos dan tidak tahu apa-apa, melihat ibunya tersakiti tanpa segan membelanya dan balik memarahi ayahnya.
Ayahnya pun marah dan mengancam akan membunuh Petra jika ibunya menyebarkan perselingkuhannya. Kemudian, kata-kata yang Olivia katakan barusan, dikatakan juga oleh ibunya.
'Jangan gila! Dia darah dagingmu! Meski kamu kaya, kamu tidak akan bisa membangkitkan orang yang sudah mati, sekalipun kamu menukarnya dengan semua hartamu!'
Sayangnya, demi menyelematkan nyawa Petra, ibunya yang tertusuk pisau dan akhirnya tak bisa diselamatkan. Sampai saat ini kejadian berdarah itu masih membekas di kepalanya, tidak pernah pudar sedikit pun. Padahal segala macam cara sudah Petra lakukan agar dia bisa melupakannya, tapi semakin dia ingin melupakannya hatinya malah semakin terluka.
Petra tahu saat itu ayahnya tidak benar-benar berniat membunuh ibunya, tapi kebencian dan dendam sudah terlanjur tertanam dalam benaknya sampai dia sulit memaafkan.
Perlahan kulit pucat Rex memudar dan bola mata merahnya berganti amber-kuning keemasan atau seperti warna tembaga yang biasa dikenal sebagai mata serigala.
Melihat keanehan dari tubuh Petra, lagi-lagi membuat Olivia terheran-heran. Dia sampai mengucek kedua matanya hanya untuk memastikan hal yang dia lihat dengan mata kepalanya ini benar terjadi atau tidak. Apakah Olivia salah lihat untuk yang kedua kalinya?
"Aku tidak menyangka kamu berani menyekapku berhari-hari dan membius wanita asing sepertiku hanya untuk mendapatkan sebuah cincin kuno! Dengar baik-baik Tuan Peter, Piter, Petrik atau siapalah itu, sampai kapan pun aku tidak akan pernah memberikan cincin ini pada siapapun termasuk kamu! Permisi," ucap Olivia sambil berlalu pergi dari hadapan Petra dengan emosi menggebu.
Suasana hati Olivia sangat-sangat buruk saat ke luar dari rumah sakit. Bibirnya cemberut, kedua tangannya dilipat di atas perut. Dia duduk di trotoar jalan sambil menggerutu, merutuki perbuatan Petra yang semena-mena sampai hatinya dongkol tak tertahan.
Saat sedang melamun melihat kendaraan yang berlalu lalang, tiba-tiba saja dia memikirkan ibunya karena sudah lama tidak mengabari, membuatnya jadi cemas. Ingin menelepon ibunya pun ponselnya entah di mana. Dari pertama bangun di mansion mewah Petra, dia sudah tidak melihat keberadaan ponselnya. Mungkin ponselnya sudah hilang, Olivia harus merelakannya.
....
BERSAMBUNG!!