"Heh, sepertinya belum. Kamu seharusnya sadar, kenapa keluarga hebat seperti kami bisa menerimamu begitu saja. Jangan salah paham, Petra menikahimu karena kamu sangat menguntungkan. Di luar itu, kamu tidaklah penting. Kedepannya kamu akan mendapatkan banyak kejutan, jadi persiapkan dirimu mulai dari sekarang," kata Ny.Rosma dengan senyum penuh kepalsuan.
Dia pun pergi meninggalkan Olivia dengan segudang pertanyaan dikepala. Ada banyak teka-teki dari perkataan Ny.Rosma yang membuat Olivia jadi gelisah tidak tenang memikirkannya.
"Keuntungan apa yang Petra dapatkan dariku? Kenapa kalimat terakhirnya terdengar seperti sedang menakuti?" gumam Olivia dengan bola mata berputar-putar.
Tanpa sepengetahuan Olivia, Petra membuka pintu perlahan dan melihat Olivia yang sedang melamun di hadapan cermin dengan resleting gaun terbuka, hingga punggung mulusnya terpampang jelas, membuat Petra resah.
Petra menyadari kalau Olivia tidak tahu keberadaannya. Dia menatapnya tanpa jeda. Raut wajah Olivia terlihat tidak baik, ada apa dengannya?
Petra berjalan menghampiri, lalu menyentuh kedua bahu Olivia dari belakang dengan lembut. Dia menatap penampilan Olivia dari cermin.
Wajah cantik nan mulus dengan riasan pengantin ala barbie dipadukan mahkota di atas kepalanya serta gaun pengantin putih seputih gading yang sangat elegan, membuat Petra masih tidak menyangka kalau wanita cantik dihadapannya ini adalah Olivia yang sekarang telah resmi menjadi istrinya.
Tanpa sadar Petra menarik kedua sudut bibirnya sambil menatap Olivia. Olivia yang telah menyadari keberadaan Petra menjadi berkeringat dingin dengan tubuh gemetar di tatap selembut itu, apalagi sentuhan tangannya ini yang meresahkan, entah akan melakukan apa.
"E-ehem!" Olivia berdehem untuk mencairkan suasana canggung.
Namun, Petra masih dalam lamunannya. Tangannya tanpa sadar menarik gaun Olivia dan sontak membuat Olivia kalang kabut.
Jantung Olivia berdetak kencang setengah mati. Dia bergegas menyilangkan kedua tangannya di dada sambil berbalik badan.
"A-apa yang mau kamu lakukan?!" tanyanya dengan lutut gemetar.
Lamunan Petra pun membuyar. Dia terkejut dan menjadi sangat malu dengan apa yang baru saja tangan laknatnya lakukan. Sungguh agresif.
"Ki-kita hanya menikah saja, bukan berarti harus melakukan malam pertama juga, kan?" ucap Olivia gelagapan dengan wajah memerah.
"Kamu melepas resletingmu begini, bukankah sedang mengundangku untuk menyentuhnya?" ujar Petra sambil tersenyum usil.
"Tidak! Siapa bilang? Aku, aku ingin berganti pakaian karena gaun ini sangat berat. Kenapa kamu masuk tanpa mengetuk pintu?!" geram Olivia sambil masih menyilangkan tangan di dada, bahkan sekarang lebih erat.
"Aku masuk ke kamarku sendiri, masih perlukah mengetuk pintu? Lagipula kita sudah menikah, tidak ada salahnya seperti ini," balas Petra sambil berkacak pinggang.
"Kita memang sudah menikah, tapi aku ingin kita menjaga jarak dan menghormati privasi masing-masing. Oh ya, kamu masih berhutang penjelasan padaku mengenai alasan menikahiku. Tadi ibumu bilang kalau kamu menikahiku karena aku sangat menguntungkan untukmu, apa maksudnya? Jelaskan semuanya padaku sekarang," pinta Olivia sambil menarik kain apapun yang terjangkau olehnya, lalu dia tutupi dadanya.
"Dia datang kemari?" tanya Petra dengan tatapan tak suka.
Dia? Kenapa Petra memanggil ibu tirinya begitu? Terkesan sangat tidak ramah. (Batin Olivia)
Olivia hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia melihat ekspresi wajah Petra yang langsung berubah setelah dia menyebutkan ibu tirinya. Suasananya jadi tidak baik.
"Jangan memikirkan banyak hal, hari ini kamu sudah menghabiskan banyak tenaga, istirahatlah. Kita bicarakan besok lagi," ucap Petra sambil berlalu melewati Olivia menuju lemari pakaian.
Olivia mengikutinya dari belakang karena dia sangat tidak sabaran.
"Aku tidak akan lelah jika hanya mendengarkan kamu bicara. Aku ingin semuanya jelas sekarang juga," pinta Olivia sambil melipat kedua tangannya di atas perut.
Petra membuang napas kasar, lalu berkata, "Kita bicarakan besok!" serunya tegas yang terdengar tidak enak di telinga Olivia. Dia mengambil handuk kemudian masuk ke kamar mandi meninggalkan Olivia yang sedikit terkejut.
"Aih, kenapa harus emosi? Aku hanya menagih janjinya, bukankah aku yang seharusnya marah karena dia tidak menepati janji?" gerutu Olivia sambil berkacak pinggang.
Suasana hatinya langsung berubah jadi tidak baik. Dia kembali menutup resleting gaunnya, lalu memutuskan untuk ke luar dari kamar dan berjalan tanpa tujuan.
Dari jendela lantai atas, Olivia melihat ayah Petra dan ibu tirinya masuk ke dalam mobil. Sepertinya sudah akan pergi.
Saat sedang mengintip diam-diam, dia dikejutkan oleh Lucas yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Kakak ipar!" ucap Lucas dengan senyum yang lebar. Aura di sekitar jadi terasa positif saat kehadirannya.
"Ah, kamu! Bikin kaget saja," kata Olivia sambil mengelus dadanya.
"Sedang apa di sini? Belum berganti pakaian? Aku lihat dari tadi sepertinya kakak ipar tidak nyaman menggunakan gaun ini," ucap Lucas membuka pembicaraan.
"Emm, aku hanya sedang jalan-jalan sambil mencari udara segar saja. Petra sedang mandi, aku tidak mau mengganggunya. Ah, ngomong-ngomong jangan memanggilku kakak ipar. Sepertinya kita seumuran, panggil nama saja, hehe," ujar Olivia sungkan.
Lucas mengangguk sambil tersenyum. "Umurku hanya berbeda dua tahun dari Kak Petra. Menurutku aku masih lebih tua sedikit darimu, hihi...."
"Ah, begitu ya, sungguh tidak terduga. Eh iya, Lucas, sebenarnya aku tidak membawa baju ganti, apa di sini tidak ada pakaian wanita?" tanya Olivia malu-malu sambil menggaruk telinganya.
"Seharusnya sudah disiapkan semua. Tapi, jika kamu membutuhkan sesuatu, kamu bisa katakan pada Pak Lim, dia adalah kepala pelayan di sini. Dia akan menyiapkan semuanya untukmu," jelas Lucas sambil tersenyum ramah.
"Apa tidak merepotkan?" tanya Olivia tidak percaya diri.
"Itu sudah menjadi tugasnya. Sebentar lagi Kakak selesai mandi, cepat masuk ke kamar pengantin. Jangan membuatnya lama menunggu, hihi...." Lucas tertawa usil sambil mencolek lengan Olivia. Sifatnya sangat berbeda dengan Petra yang membosankan.
Olivia langsung menundukkan wajahnya karena sangat malu. Dia tahu apa yang Lucas bicarakan, pasti menjurus pada sesuatu yang menggairahkan.
"Aku pamit dulu. Aku harap kamu bisa menjaga kakakku dengan baik," bisik Lucas, senyum yang tadi begitu mengembang tiba-tiba menyusut hilang saat mengucapkan kalimat terakhir. Membuat rasa penasaran Olivia kembali bangkit.
Saat Lucas berbalik dan akan pergi, Olivia buru-buru menarik lengannya. "Tunggu sebentar!" ucapnya dengan tatapan penuh tanya.
"Aku merasa kalian semua menyembunyikan sesuatu dariku, apa aku benar?" duga Olivia. Dari bola matanya terlihat dia begitu ingin tahu.
Lucas menjadi gelisah, dia melirik ke sana-kemari kebingungan. Membuat rasa penasaran Olivia semakin menggerogoti. Lucas menarik lengannya dari genggaman kasar Olivia.
"Lucas, apa yang kalian sembunyikan dariku? Katakan padaku," pinta Olivia dengan tatapan memohon. Dia hampir mati karena penasaran, sebab tidak ada yang mau menjelaskan.
"Itu ... -"
"Lucas!" panggil Petra tiba-tiba.
Tatapan Lucas dan Olivia langsung tertuju pada Petra yang baru selesai mandi dengan berbalutkan handuk kimono. Petra terlihat sangat segar dengan rambutnya yang basah berantakan. Dia berjalan menghampiri Olivia tanpa melirik Lucas sedikit pun, lalu menarik lengannya dengan kasar dan menyeretnya masuk ke dalam kamar.
Lucas ditinggalkan begitu saja, tapi dia malah terlihat lega sampai mengelus dadanya.
"Aku tidak mengerti jalan pikiran Kakak. Kakak begitu rumit," gumam Lucas sambil berjalan menuruni tangga.
...
BERSAMBUNG!!