"ARGHHH.....STOP!!!...HIKS....STOP.....AKU MOHON....", Zivanna bergetar hebat dengan kedua tangan menutup telinganya dan ia terjatuh terduduk di tanah. Arka yang panik segera merengkuh Zivanna dan mencoba menenangkan nya.
"Hiks....please.... jangan lagi.....", racaunya dengan air mata yang maish mengalir deras. Ingatan tentang bagaimana ia di khianati, di caci maki, di bully , di hancurkan, hingga di dorong untik masuk ke dalam jurang yang begitu dalam kembali berputar di ingatan nya.
Bagaimana kejamnya cinta mengambil seluruh kebahagiaan banyak. Bagaimana cinta menjadi alasan dirinya masuk ke dalam jurang kegelapan. Semuanya berputar bak kaset rusak di dalam kepalanya. Arka yang menyadari kebodohannya pun mengucapkan maaf berkali-kali karena ia benar-benar tidak tau apa saja yang sudah di lewati oleh gadis itu.
"Maaf ya maaf, janji gue nggak akan bikin kayak ginian lagi. Biarin perasaan ini gue kubur dalam-dalam oke?", Tidak ada jawaban. Hanya terdengar suara nafas yang teratur dari gadis di dalam pelukannya. Seperti nya gadis itu pingsan karena terlalu banyak tekanan yang ia alami.
Arka kemudian menggendong Zivanna, membawa mereka berdua menuju rumah. di perjalanan pulang, arka terus memperhatikan wajah Zivanna yang terkena pantulan sinar rembulan, wajah bak dewi itu terlihat begitu berkilau di bawah sinar sang dewi bulan. Bahkan arka sampai terpesona melihat nya, tapi jauh di dalam hatinya dia akan mencoba untuk menghapus ingatan tentang trauma masa lalunya.
∞∞∞∞∞∞∞∞∞
Zivanna mengedarkan pandangannya. Ia terlalu bingung dimana ia berada sekarang. Taman yang kuas dan hijau, membuat Zivanna terasa nyaman disini. Tapi ia sendirian, Zivanna mengingat-ingat bagaimana ia bisa ada disini.
"Terakhir kali aku pingsan di pelukan nya Arka. Eh? Apa aku sudah mati?", Zivanna menelisik tubuhnya sendiri. Pakaian serba putih itu yang ia kenakan sekarang.
"Zee?"
Zivanna memutar badannya saat merasa ada yang memanggil dirinya. Matanya membulat saking terkejutnya. Apa dia tidak salah lihat?
"Sedang apa disini?", Tanya pria itu. Zivanna berlari dan memeluk lelaki itu dan terisak di pelukan nya.
"Kau gadis nakal ya, sudah tidak mengunjungi ku dan sekarang malah terisak di pelukan ku", omelnya.
"Maafkan aku, hiks.....maaf"
Lelaki itu mengelus punggung Zivanna, mencoba untuk menyalurkan ketenangan padanya.
"Kenapa? Kenapa kau seperti ini hum?"
"Maafkan aku"
"Bukankah aku sudah meminta mu untik melepasku? Kau kan sudah berjanji"
"...."
"Janji itu harus di tepati, lagipula kulihat sekarang sudah banyak yang menyayangi mu"
Lelaki itu mengelus surai panjang Zivanna yang sedang bersender dibahunya. Sesekali isak tangis masih terdengar dari gadis itu.
"Dasar cengeng"
"Berhenti mengejek ku"
"Makanya berhenti menangis, aku sudah datang ke mimpi seperti janjiku dulu. Maka luangkan lah waktu untuk mengunjungi ku bodoh"
"Berhenti memanggilku bodoh"
"Awa...cup....cup.....cup.... sayang ku tidak bodoh kok, dia yang paling pinta dan manis"
Zivanna mengusap airmatanya dan terkekeh dengan pujian darinya.
"Kenapa bisa sampai disini?"
"Aku juga tidak tau"
"Kenapa masih belum bisa melepasku?"
"...itu tidak mudah...kau cinta pertama ku dan yang terakhir, aku ingin ikut denganmu tapi kau selalu sjaa melarang ku. Kau tau banyak sekali laki-laki aneh yang mencoba untuk menjadi pacarku, dan saat ingin menerima mereka, aku malah melihat bayanganmu seolah kaulah yang ada disana"
"Tapi kau tetap harus melanjutkan kehidupan mu. Kau tidak boleh menyerah hanya karena diriku...ayo buka pintunya lagi dan cobalah untuk membiarkan mereka masuk sampai celah yang ksoong itu terisi kembali"
"Apa kau kecewa?"
"Iya, sangat. Aku benci melihat mu seperti mayat hidup aku benci melihat mu selalu menjauhi orang lain seakan tidak ada kebahagiaan untukmu. Tapi sekarang aku tak perlu khawatir karena tuhan sudsh memberikan mu teman yang bisa menjaga dan melindungi mu"
"Maafkan aku..."
"Sudahlah berhenti meminta maaf, kau hanya perlu memperbaiki persahabatan mu lagi"
"Aku ingin di sini saja bersamamu!!"
"Tidak, ini bukan tempatmu. Tempatmu bersama mereka. Now they're is your magic shop...."
Zivanna terdiam.
Perlahan lelaki itu menghilang. "Jangan.....aku mohon....please.....aku masih butuh kamu....", Zivanna terisak sambil terus mencoba untuk menangkap sosok yang ia rindukan itu.
"Please...hiks.....aku.....tolong...jangan tinggalkan aku!!...."
Lelaki itu tersenyum penuh arti bersamaan dengan tubuhnya yang terus memudar. "Kau akan bahagia", ucapnya sebelum benar-benar menghilang.
"XIAN!!!!", Zivanna terbangun dan menatap sekitarnya, ini adalah kamarnya jadi tadi hanya mimpi tapi kenapa terasa begitu nyata?. Zivanna mengusak wajahnya kasar, dan menyentuh area matanya yang terasa bengkak. Apa dia menangis dalam tidur?
"Akhir nya lo bangun", Hyerin langsung memeluk Zivanna. Dia khawatir setengah mati apalagi saat pingsan dia terus saja menangis. Zivanna menatap Arka yang terlihat lebam. Sepertinya Kenzie memukulinya karena sudah membuat Zivanna jadi seperti itu.
Tapi Zivanna berterima kasih pada Arka. Karena nya dia bisa bertemu dengan seseorang yang selama ini sangat ia rindukan. Besok ia akan pergi ke krematorium untuk menjenguk nya.
Malam itu mereka habiskan untuk berbagi hal yang mengganjal di hati mereka masing-masing. Hingga pada akhirnya mereka berjanji bahwa apapun masalah yang terjadi mereka akan membicarakan nya dengan kepala dingin.
Persahabatan di mulai dari kata kepercayaan, jika kepercayaan itu rusak maka tidak akan ada lagi yang namanya sahabat dan semua itu hanya akan menjadi kenangan buruk belaka. Aku tidak terlalu mengerti apa arti sebenarnya dari sebuah persahabatan, tapi yang kutahu adalah sahabat adalah satu dari seribu orang yang tidak akan meninggalkan mu sendirian bahkan di saat yang terburuk sekalipun.
tbc.