Well, aku rasa aku tak pernah bilang kalau Kenzie adalah anak yang miskin. Perusahaan nya cukup populer di kalangan pebisnis lain, tapi tidak ada yang pernah tau bagaimana rupa asli dirinya.
Kenzie lalu berjalan menjauh dari rumahnya menuju kerumah barunya. Sedikit yang teman-teman nya tau, bahwa rumah itu Kenzie lah yang membeli nya lalu sengaja menjual nya dengan harga murah agar mereka semua bisa tinggal di tempat yang sedikit lebih besar. Kenzie bahagia memiliki teman seperti mereka tapi dia masih belum jujur tentang bagaimana latar belakang nya. Biarkan saja seperti ini dahulu, nanti Kenzie akan lihat bagaimana kedepannya.
.
"Hei sweetie", Yuta duduk di sebelah Arka saat mereka sedang makan siang bersama di kantin. Taman belakang sedang di renovasi besar-besaran untuk ditanami berbagai macam bunga agar terlihat lebih indah, itupun karena Zivanna yang mengusulkan nya pada kepala sekolah. Zivanna menghela nafasnya, Laki-laki blasteran Jepang itu suka sekali menganggu nya.
"You wearing a make up?"
"Nope"
"Then why you always look beautiful?", Zivanna hanya melanjutkan makan tanpa berniat membalas pujian yang Yuta berikan. Mereka hanya akan berakhir berdebat jika Zivanna tidak mengalah duluan.
Tapi bukan Yuta namanya jika ia tidak menjahili Zivanna seperti yang biasa ia lakukan, entah itu mengambil ponsel nya, bekal makan siangnya, pekerjaan sekolah dan hal yang lainnya akan ia lakukan agar bisa semakin dekat dengan gadis yang ia cintai. Dan sekarang mereka berdebat hebat, karena Yuta terus saja berbicara tanpa henti hingga membuat Zivanna melempar kan makan siangnya ke wajah tampan Yuta. Zivanna mengatur nafasnya lalu pergi dari kantin dan di ikuti oleh Yuta yang wajahnya penuh dengan nasi milik Zivanna.
Tanpa Mereka berdua sadari, ada seseorang yang menahan amarahnya saat melihat mereka berdua begitu dekat, bahkan mereka sudah lebih dekat dari yang ia kira.
"You're fine?", Arka tidak menjawab. Hyerin merasa kan aura tak bersahabat dari Arka. Ini bukan pertama kalinya Arka terlihat marah. Akhir-akhir Arka selalu naik pitam bahkan sang adik yang dulunya tidak pernah ia marahi sekarang selalu ia bentak. Bahkan ia pernah membentak Zivanna, dan berakhir dengan mereka yang tidak saling bicara selama beberapa minggu. Zivanna itu orang yang tidak suka di bentak dan cukup keras kepala.
"Stop following me, you bitch!!",
"Nope, never stop to annoying you"
Zivanna mempercepat langkahnya, ia ingin pergi kemana saja asal si laki-laki jepang itu pergi darinya.
"Go away", Yuta terus menggeleng kan kepalanya sambil terus tersenyum. Mereka sudah mengelilingi hampir seluruh sekolah, meski begitu Yuta masih saja mengekori nya.
"AWAS!!", Teriakan seorang laki-laki mengalihkan perhatian mereka berdua. "Aww...", Ringis Zivanna saat kepalanya terkena bola basket. Dia mengelus dahinya yang merah sedangkan Yuta tertawa terbahak-bahak.
Zivanna menatap Yuta dengan tatapan datarnya. Contoh laki-laki yang tidak akan memperlakukan pasangannya dengan baik.
"Kakak tidak apa-apa?", Tanya seorang lelaki berbadan tinggi. Zivanna mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa dia.
"Ya", Jawab Zivanna dan bangkit dari acara duduknya, sementara Yuta masih tertawa mengingat kejadian tadi.
"Tapi.....dahi kakak me—", Tangannya melayang di udara karena sebuah tangan menghentikan aksinya untuk menyentuh dahinya.
"Hey boy, watch out your move....", Ucap Yuta dengan nada rendahnya. Lebih rendah dan dalam daripada suara Zivanna. Yuta lalu menghempaskan lengan lelaki itu lalu menarik lengan Zivanna untuk pergi dari lapangan basket.
Yuta membawa Zivanna ke ruang kesehatan untuk mengobati luka lecet di dahi Zivanna. "It's fine, and beside it's not bleeding at all", ucap Zivanna, tapi Yuta tetaplah Yuta. Dia mungkin terlihat tidak peduli saat Zivanan terkena bila tadi, tapi sebenarnya dia punya caranya tersendiri bagaimana cara untuk memperlakukan orang yang ia sayangi.
"Sudah...", Ucap Yuta. Sebagai anggota kesehatan ia tahu betul apa yang yang harus di berikan pada calon kekasihnya ini.
"Kenapa melihat ku begitu?"
"Well, you just remind me of someone"
"Who's?"
"My ex", Yuta terlihat sedikit shock dengan perkataan Zivanna.
"Lo pernah pacaran?, Seriusan?"
"Kenapa emangnya?"
"Nothing.....but....you know.....i can't figure it out who's will take you as his girlfriend"
"Why can't?"
"Ya lo kan pemarah, keras kepala, menakutkan dan pokoknya banyak deh lagii...."
"Jadi ceritanya lagi ngehina?"
"Nggak, maksud gue itu ya.....apa cowok itu nggak takut kalau-kalau dia buat salah terus di pukulin habis-habisan sama lo...."
"Heh!! Kamu pikir aku nggak punya sisi lembut apa?!"
"Enggak"
"You little shit", Zivanna ingin memukul Yuta kalau saja lelaki jepang itu tidak berlari keluar dari ruang kesehatan lebih dulu, tentunya Zivanna tidak akan melepaskan lelaki blasteran jepang itu begitu saja, dan inilah adegan terbaiknya. Zivanna dan Yuta akan berlarian di sepanjang koridor sekolah sampai-sampai para murid mengatakan bahwa mereka adalah couple terbaik di sekolah.
Zivanna yang dulu sudah hilang, dan tergantikan dengan Zivanna yang ceria seperti saat smp dulu. Well, yuta tau bahwa sesungguhnya tidak ada anak ingin menjadi seperti itu, mereka punya sisi lembut tapi hidup di lingkungan yang salah membuat mereka begitu keras pada diri sendiri hingag pada akhirnya mereka kehilangan apa arti dari mencintai diri sendiri.
Tapi sekarang pintunya sudah terbuka, kenangan akan kehidupan yang buruk itu sudah tergantikan dengan banyaknya kenangan indah yang baru saja ia ciptakan. Zivanna bahkan bingung apakah ini benar atau hanya ilusi yang ia ciptakan untuk sekedar merasa bahagia. Karena semua kebahagiaan itu terasa sangat tabu baginya.
∞∞∞∞∞∞∞∞
"Kenapa? Muka nya kok ditekuk terus?", Tanya Zivanna pada lelaki berambut biru di sampingnya itu. Di sebelahnya ada Hyerin yang sibuk bertukar pesan dengan Kenzie.
Sementara itu Arka tidak menjawab pertanyaan Zivanna. Dia memilih untuk mengabaikan gadis itu dan tetap fokus pada ponselnya. Zivanna tau pasti ia melakukan hal yang salah sampai-sampai lelaki itu jadi badmood.
"Hoy!!! Pendek!!", Zivanna menghela nafas, dia tau betul siapa yang memanggil nya itu. Siapa lagi kalau bukam Yuta.
"Lo bilang nau temenin nyari buku kan? Kenapa pulang duluann", ucap Yuta langsung saat ia sudah berada di hadapan Zivanna. Terlihat lelaki itu kesusahan mengatur nafasnya karena ia berlari dari lantai dua demi bisa mengejar Zivanna.
"Okay...okay....", Pasrah Zivanna. Sejujurnya dia tidak berjanji apapun pada laki-laki jepang itu, tapi dia terus saja meminta dan memohon sampai Zivanna pusing mendengar nya dan berakhir mengiyakan ajakan untuk membeli beberapa buku novel terbaru. Yuta dan Zivanna memiliki banyak kesamaan yang semakin berhasil membuat Arka cemburu.
Hyerin menatap Arka yang terlihat menahan amarahnya saat menatap Zivanna yang asyik mengobrol berdua bersama Yuta. Hanya Yuta saja yang terlihat asyik.
Arka lalu berjalan menghampiri mereka berdua, "excuse me for disturbing, but Zivanna have a lot of work at home so she can't help you with it", Ucap arka pada Yuta dan langsung menarik pergelangan tangan Zivanna, membawa nya menjauh dari gerbang sekolah meninggalkan Yuta dengan wajah kesalnya.
***