Kota selanjutnya adalah kota ROQI. Saat ini, mereka sudah melihat kota ROQI dari atas bukit.
"Kau akan ke sana?" Tanya Reikan menatap Rokuro di samping nya.
"Ya, di sana menerima orang seperti kita atau bisa aku sebut makhluk seperti kita" Balas Rokuro.
Lalu mereka masuk ke sana dan bertemu dengan penjaga yang menjaga gerbang di kota itu
"Sebentar kalian berdua, apa kepentingan kalian masuk ke sini? Apakah kalian manusia?" Tatap nya menghadang mereka.
"Apa yang kau maksud sudah jelas sekali manusia" Rokuro langsung membalas.
"Baiklah kalian boleh masuk" Akhirnya penjaga itu menyetujui mereka.
Lalu mereka berdua masuk dan melihat di sana tidak ada makhluk yang sama seperti mereka atau bisa disebut siluman-siluman yang ada di sana tak ada sama sekali yang muncul hanya ada manusia yang berinteraksi sesama manusia lainnya.
"Apa yang kau maksudkan tadi, kau bilang di sini bisa menerima makhluk selain manusia juga tapi aku tak melihat Manusia sama sekali" Tatap Reikan padanya.
"Ya mungkin ada banyak juga di sini siluman siluman yang berkeliaran Dalam Gelap contohnya seperti itu" Tunjuk Rokuro pada seorang pria yang memojok wanita untuk dijadikan budaknya di sana nampak pria itu sedang memojok wanita untuk membujuknya mengikutinya. Pria itu tidak jelas seperti manusia melainkan dia adalah siluman jadi sudah jelas di sini ada banyak siluman juga. Dari perkataannya mereka bisa dengar apa yang dikatakan pria itu ada wanita itu.
"Kenapa susah sekali membilangi kamu, kamu harus ikut aku saja dan jadilah budakku"
"Aku tidak mau, tolong aku, lepaskan aku, aku mohon" Wanita itu tampak terus memohon dengan ketakutan.
Tapi sangat tiba-tiba Rokuro menarik kerah belakang orang itu dan melemparnya ke tanah. "Akh... Sial..." Pria itu nampak terkejut menengadah melihat Rokuro.
"Dasar orang bodo, karena kau, semua orang jadi tidak percaya pada orang luar seperti kita ini" Rokuro menatap seperti menantang dan kemarahannya yang sangat membara.
Lalu Reikan membiarkan wanita tadi pergi. "Pergilah kami akan menanganinya"
"Ba.... Baiklah terima kasih atas pertolongan kalian aku berhutang Budi pada kalian" Lalu dia berjalan pergi meninggalkan Reikan dan Rokuro.
"Ingat ya bro, jika kau melakukan ini lagi sama wanita di sini aku akan datang dan membunuhmu dan tak hanya itu, aku juga akan memotong batangmu" Tatap Rokuro seperti mengancam.
Pria itu nambah ketakutan lalu berdiri dan berjalan pergi dari Rokuro, dia seperti ketakutan layaknya cucunguk.
Setelah itu mereka berjalan pergi dan menemukan penginapan yang menerima mereka.
"Ingin pesan berapa kamar?" Kata si pemilik yang mempunyai penginapan tersebut.
"Satu" Reikan langsung menjawab, hal itu membuat Rokuro terkejut mendengarnya.
Lalu Reikan menatapnya. "Kenapa kok begitu terkejut, satu kamar sajakan memiliki dua ranjang, kau tidak perlu sampai khawatir begitu" Lirik Reikan terpaksa Rokuro menyetujuinya.
Saat di dalam ternyata benar satu kamar itu berisi 2 ranjang. Kira-kira bisa tenang di sana, lalu Rokuro langsung berbaring dan tidur di satu ranjang itu.
"Hhuah Aku sangat malas sekali dan juga tubuhku juga lelah Aku akan tidur dulu"
"Terserah kamu, ini masih siang kau seperti melakukan apa yang akan kau lakukan nanti malam" Lirik Reikan.
"Berisik lah" Balas Rokuro belum tidur dan mulai Menutup Mata.
Sementara Reikan hanya terdiam menatap keluar atau jendela luar. "Aku penasaran kota ini menyimpan apa?" Pikirnya.
Malamnya saat Reikan tidur Rokuro diam-diam berjalan pergi melewati jendela, belum diketahui Apa maksudnya pergi diam-diam di malam itu. Ternyata ia pergi ke klub malam dan meminum bir. Ia duduk di satu meja saja dengan minumannya sambil berpikir sesuatu.
"(Aku tak mengerti kenapa ini semua begitu melelahkan, dan juga aku heran, kenapa kita tidak berkumpul saja seperti dulu tidak seperti ini mencari sesuatu yang tidak berguna padahal aku yang membunuh sama seperti mereka sudah sama dengan mereka, tak mengerti lagi tapi sudahlah mau bagaimana lagi entah aku harus menyebutkan Anugerah atau ini hanyalah kesialan belaka)"
Setelah minum terlalu banyak dia belum juga pusing maupun mabuk. Ia lalu berdiri dan tampak semua orang menatapnya dengan wajah yang terpelongoh. Karena Rokuro menghabiskan banyak botol hingga di bawahnya ada botol banyak sekali. Berjalan pergi setelah membayar semuanya dia tampak tidak sempoyongan padahal dia minum banyak tapi tidak menunjukkan bahwa dia mabuk.
Di jalannya kembali ke penginapan untuk menemui Reikan agar dia tidak mencurigai Kenapa Rokuro pergi. Dia bertemu dengan seseorang yang merangkul dua wanita di kedua tangannya. Pria itu nampak berwajah sombong pada Rokuro dan juga menghalangi jalannya.
Rokuro terdiam serius dengan wajahnya berdiri di hadapan mereka yang menunggu untuk pergi.
"Halo Bang aku Tomiko, senang bertemu denganmu aku melihatmu punya tubuh yang gede. Lain kali saja ada cewek-cewek yang mau denganmu Bang. Sama sepertiku ini dengan dua ini" Tatapnya menunjukkan wanitanya yang sudah di sampingnya. Di leher wanita itu terikat rantai dan Rokuro langsung tahu bahwa mereka berdua dijadikan budak.
"(Budak memang diperjualbelikan di sini ya)" pikirnya.
"Kenapa Bang, kenapa melirik mereka berdua Apa kau mau satu, aku bisa memberikanmu satu asalkan kita tukeran. Jika kau punya wanita atau gadis berikanlah padaku maka aku akan memberikan apa yang kamu mau dengan banyaknya wanita yang aku punya"
"(Songong banget sih lu) ... Yare yare aku tak ingin wanita yang berbekas. (Tidak suci)" Balas Rokuro.
"Oke, oke.... Aku akan pergi saja" Balas Tomiko dengan kesal padanya lalu dia berjalan pergi membawa dua wanita tadi.
Rokuro terdiam sebentar di sana, dia lalu kembali lagi ke bar. "(Hm, aku pikir lagi Aku ingin minum banyak sampai aku benar-benar mabuk meskipun aku tahu aku tidak akan bisa mabuk)" Pikirnya
Hingga tengah malam tiba, ia benar-benar banyak minum tapi tak mabuk sama sekali lalu berjalan pergi dan melewati sesuatu di sana. Keadaan kota itu di malam hari sangatlah gelap dan sepi, tak ada satupun orang yang berlalu Lalang.
Tapi sesuatu membuatnya berhenti berjalan, yakni sebuah tempat seperti gudang. Ia terdiam menutup pintu gudang itu yang terkunci lalu merasakan sesuatu di dalamnya.
"(Aura ini kenapa baunya seperti dua wanita yang dibawa oleh pria brengsek tadi?)" Rokuro jadi penasaran lalu membuka pintu itu tapi tidak bisa karena terkunci. Alhasil dia mendobrak pintu itu hingga pintu itu hancur. Tampak sekali dua wanita itu sedang duduk di atas jerami sendirian seperti terkurung di sana.
Karena suara tadi yang sangat besar membuat seseorang datang, yakni Tomiko sendiri. Dia terkejut ketika gudangnya pintunya hancur dan melihat Rokuro yang melepas rantai di leher kedua wanita tadi.
"Sialan!! apa yang kau lakukan di sini?!!!" Tatapnya dengan sangat marah.
Rokuro menoleh dan berdiri menatapnya. "Apa yang aku lakukan di sini? Sudah jelas aku membebaskan kedua budak ini kau tak bisa menjadikan manusia itu sebagai budakmu meskipun kau sendiri tahu, kau adalah manusia juga. Tanpa sadar Kau membuat dirimu seperti binatang yang biadab" Menatapnya dengan Tatapan yang sangat serius.
Sehingga hal itu membuat Tomiko kesal dan menarik pedangnya menodongkannya dari jauh. "Dari tadi kau benar-benar mengesalkan, lebih baik kita duel hidup mati. Aku akan membunuhmu pendatang baru yang sangat lemah!!" Ejeknya dengan sangat marah.
"Oh, ingin duel? Benar nih, aku bakalan bisa mengalahkan mu dengan sekali jentil nih" Rokuro menatap sombong.
"Aku juga bakal melakukan nya, kau akan kalah dengan tiupan angin saja..." Tomiko tak mau kalah dalam saling merendahkan.
"Siapa yang takut" Balas Rokuro dengan senyuman yang miring dan sangat kecil.
Tak lama kemudian nampak mereka berdua terlihat berhadapan di depan gudang itu yang memiliki jalan yang sangat luas, gelap dan sepi tak akan ada orang yang datang. Jadi mereka akan langsung memulainya.
"Di mana senjatamu" Tatap Tomiko dengan bingung.
"Tentu saja aku tidak akan menggunakan senjata, tak apa tak usah menyebutnya ini duel aku juga kalau menang nantinya" Kata Rokuro dengan sombong.
Ini bukan lagi perang yang berduel tapi ini adalah perang kesombongan.
"Hahaha baiklah aku akan membuatmu mulai duluan pukul aku saja jika kau bisa kok kamu menangkisnya jika aku bisa menangisnya kau berarti lemah kenapa kamu carikan senjata hahaha" Kata Tomiko dengan tawanya yang sangat-sangat besar, sangat meremehkan Rokuro yang terdiam kesal lalu melesat memukul dadanya, tanpa ada persiapan sama sekali, Tomiko yang tertawa dari tadi menjadi terpukul hingga terpental ke dinding sebuah rumah hingga hancur. Dia nampak pingsan di sana sambil berbatin
sendiri menyesal. "(Sialan aku kalah dengan nya, ini benar benar menyebalkan....)"
"Halah pada akhirnya jika kau yang menang aku juga bakal memukul begini" Lalu Rokuro melepas rantai kedua wanita itu.
"Pergilah, jangan membuat diri kalian menjual tubuh kalian pada orang-orang yang tidak berguna" Kata Rokuro, lalu mereka menundukkan badan berterima kasih kepada nya dan berjalan pergi meninggalkannya.
Tapi Tomiko berdiri lagi. "Hei!!" Dia memanggil membuat Rokuro berhenti berjalan dan menoleh padanya.
"Ada apa lagi? Kurang pukulan nya? Aku bisa membuat mu langsung ke langit"
"Cih, kau curang tadi, aku tahu itu..."
". . . Curang? Hanya pecundang yang mengatakan kata itu pada lawan nya"
"Tetap saja, sialan.... Ayo tanding lagi.... Aku akan menang!!" Tomiko benar benar keras kepala. Dia lalu mengambil pedang nya lagi dan lansung menyerang tanpa aba aba membuat Rokuro terkejut dan untungnya menghindarinya dengan sangat lincah meskipun terus mundur.
"Sialan!! Berhentilah bergerak agar aku bisa menebas kepala mu!!" Tomiko terus mengayunkan perdang nya ke kanan dan ke kiri.
"Haha... Coba saja..." Rokuro terus menghindari, hingga tiba tiba ketika ia menunduk untuk menghindari dari pedang itu. Tak di sangka, ujung helai rambutnya tertebas membuat nya terdiam, helaian rambut itu jatuh terbang ke depan nya melewati matanya.
Seketika dia mengepal tangan. "Sialan!! Berani beraninya kau menyentuh rambut ku!!!" Dia langsung berteriak membuat Tomiko terkejut berhenti karena dia merasakan aura besar di sana. Seketika Rokuro langsung memukul nya membuatnya terpental. "Akh!!" Terpental sambil pingsan di tembok rumah.
"Cuih...." Rokuro menatap kesal, lalu ia berjalan pergi meninggalkan nya.