Chereads / Legenda Buronan Pertama [HIATUS] / Chapter 64 - Chapter 64 Rokuro Bakeneko

Chapter 64 - Chapter 64 Rokuro Bakeneko

"Apa kau pernah bertemu dengan saudara ku sebelumnya?" Rokuro menatap pada Smirna yang masih ada di belakang nya mengobati punggung nya.

"Sepertinya tidak, Karena aku selalu ada di sini juga.... Anda yang pertama kali menemukan tempat ini dan bertemu dengan ku" Balasnya.

"Ah, begitu.... Lalu kau ada rencana keluar dari sini?" Rokuro menoleh menatap.

". . ." Smirna yang mendengar soal itu, menjadi terdiam bahkan juga menghentikan tangan nya mengobati Rokuro.

". . . Aku.... Tidak mau keluar hanya sebatas memenuhi sesuatu.... Jika memang sesuatunya mendesak, aku tidak akan mau keluar...."

". . . Jika kau ada di sini, bagaimana caramu mencari pasangan?" Rokuro mendadak bertanya begitu membuat Smirna terkejut.

"Aku mempunyainya.... Bahkan kami sudah menikah, tapi, dia tak sengaja aku korban kan hanya untuk mempelajari sihir sakral...."

"(Manusia yang harus pengetahuan, apa mereka juga melakukan hal ini....)" Rokuro terdiam memaklumi itu.

Tapi tiba tiba dia merasakan tangan Smirna memegang pipinya dan perlahan mendorong nya untuk Rokuro menoleh padanya.

Rokuro terdiam bingung, tapi wajahnya sangat dekat dengan Smirna yang terus mendekat hingga saat itu juga, Smirna mencium bibirnya. Rokuro membuka mata lebar dengan itu dan tangan nya yang menyangga, ia mengepal tangan nya.

Lalu Smirna melepas ciuman itu dan perlahan meletakan kepalanya di dada Rokuro dan tangan nya juga memegang dada Rokuro, mengusapnya perlahan.

Rokuro terdiam menatap bawah, ia mencoba menahan sesuatu tapi wajahnya juga seperti mengerti sesuatu. "Apa yang sedang, kau lakukan..."

". . . Aku sudah lama tidak merasakan kehangatan dari pasangan ku yang sudah lama mati... Aku harap kau mengerti ini.... Hanya sekali saja... Aku mohon"

Rokuro masih terdiam, dia hanya diam, tidak mengangkat tangan nya atau apapun itu. Hanya mematung tak bergerak karena dia menerima permohonan Smirna, dia mengerti bahwa wanita cantik itu sudah lama tidak merasakan kehangatan dari pasangan nya.

Lalu Smirna menatapnya dan kembali mencium bibirnya. "Kenapa hanya diam.... Apa kamu sengaja melakukan ini.... Bukankah seharusnya kamu juga langsung memegang ku, kau boleh melakukan itu..."

". . . Jika sesuatu yang kecil saja sudah membuat mu berpikir aku mengizinkan mu melakukan itu, maka jangan meminta lebih... Aku memang tidak seharusnya menerima godaan seperti ini, tapi aku di ajarkan untuk memilih wanita yang baik" Kata Rokuro membuat Smirna terdiam mendengar itu.

"Lalu, kenapa kau tidak menolak ku saja tadi?"

"Jika kau suka melakukan nya, lakukan saja tanpa aku mengikutimu...." Rokuro langsung membalas.

Smirna lalu tersenyum lembut. "Entah aku harus menganggap mu apa Tuan, pria baik atau malah pria yang sedang mencoba mengatakan kau tak mau tergoda.... Jika seperti ini, kau juga akan di injak injak nantinya, oleh wanita sekalipun"

"Itu sifat ku, karena semua wanita sungguh sangat cantik"

Seketika Smirna yang mendengar itu menjadi terkejut dan berwajah merah.

Sementara itu, Reikan menatap sesuatu di atas rak itu, ia melihat ada buku kecil. Tertarik untuk mengambilnya dan mumpung Smirna dan Rokuro baru ada di ruangan lain, ia lalu mengambil buku itu dengan kursi lalu duduk di bawah rak dan membacanya. "(Buku ini tampak menarik)" pikirnya. Tapi ketika dia membuka nya, sesuatu muncul. Seperti lubang hitam yang membawanya masuk. Reikan terkejut, ia mencoba menahan tubuhnya agar tidak masuk, tapi sudah terlambat, ia sudah masuk ke sana.

---

Reikan terbangun di tempat yanga aneh, tepatnya tempat yang berpadang rumput luas.

"Apa yang terjadi kenapa di sini? banyak sekali domba, dan sekarang di mana aku, aku benar-benar tidak tahu, terakhir kali aku bangun aku benar-benar mengingat satu hal saja yakni aku masuk ke dalam buku. Aku harap ini bukanlah mimpi buruk, dan mereka ini....." Tatap Reikan pada para domba-domba yang ada di depannya. Domba-domba Itu tampak terus menatapnya dengan tetapan kosong, berdiri seperti hewan yang buas dan liar tanpa adanya tuan.

Dia terdiam bingung melihat mereka semua, lalu mencoba melihat sekitar dan rupanya di padang rumput yang luas itu ada banyak sekali domba yang hampir mengepungnya di sana. Alhasil dia menjadi panik.

"(Astaga, kenapa di sini banyak sekali domba? Dan mereka ini kok seperti aneh sekali, seperti ingin menerkam ku?!)"

Pikirnya dengan sangat hati-hati, lalu mencoba melihat sekitar lagi dan menemukan sesuatu yang tidak ia ketahui, diantara domba-domba itu tepatnya di bawah mereka ada benda putih-putih tua yang terlihat seperti sesuatu yang sudah ditebak oleh Reikan sendiri. Seketika wajahnya menjadi terkejut dan pucat bahwa yang ia lihat adalah tengkorak-tengkorak manusia yang sudah tidak ada dagingnya, kalau dia berpikir bahwa domba-domba itu Memanglah buas.

"(Sepertinya aku harus lari!!!)" Reikan menjadi panik dan langsung berlari, tak hanya diam saja, para domba-domba itu juga akan mengejarnya. Jumlah mereka tak terbatas dan sekarang seperti menganggap Reikan adalah makanan mereka yang akan ditangkap oleh mereka sendiri.

Reikan terus berlari dan berlari, ia tak melihat jalan di depannya dan hanya menoleh ke belakang memastikan bahwa domba-domba itu tetap jauh mengejarnya.

Tapi apa dayanya, dia tak lihat bahwa di depannya akan ada jurang yang sangat tidak terlalu dalam.

Seketika tanpa Waspada, dia langsung jatuh ke dalam Jurang itu.

"Astaga!! Aaahhhh!! Tidaaaaakkk!!" Teriakan yang sangat terdengar, sangat-sangat panjang dan sangat sangat tidak tanpa henti menandakan bahwa jurang itu memang dalam. Hal itu membuat para domba-domba berhenti dari lari mereka dan melihat tepi jurang. Mereka terdiam sama-sama melihat Jurang itu tak menemukan mangsanya sama sekali karena Reikan juga sudah terjatuh di sana.

Setelah itu mereka memastikan bahwa Reikan telah melarikan diri lalu kembali ke tempat asal mereka. Kini Reikan telah keluar dari pengajaran domba dan sekarang Dia aman tetapi dia terlihat terpingsan di tepi sungai yang terletak di bawah jurang tadi.

Tak lama kemudian dia membuka matanya dan bangun duduk, melihat sekitar sambil memegang kepalanya yang sakit.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku masih hidup? Bukannya aku jatuh dari jurang ini. Seharusnya aku langsung mati dong?!"

Pikirnya dengan bingung, lalu ia melihat sungai itu yang mengalir ke satu arah menunjukkan bahwa arah itu adalah arah yang tepat untuk keluar dari sana. Reikan juga berpikir begitu. Dengan tanpa adanya luka-luka di tubuhnya dia langsung berdiri dan berjalan mengikuti aliran sungai di sana, hanya mengandalkan aliran sungai saja dia bisa keluar dari sana dengan hidup-hidup. Kenapa dia tak terluka karena belum di ketahui apakah dia sedang bermimpi atau tidak.

Setelah sampai di tempat yang mengalirkan sungai yang sangat besar. Dia sudah keluar dari jurang tadi atau tebing tadi. Lalu mulai membelokkan arah jalannya hingga ia sampai di Padang bunga. Bukan ladang yang kecil, melainkan padang-ladang yang sangat luas dipenuhi dengan bunga-bunga yang tak diketahui jenisnya yang berbeda-beda.

Dia terkesan melihat semua itu, melihat bunga yang sangat indah berwarna-warni.

"Wah bunganya sepertinya sangat cantik"

Tapi Tak lama kemudian Ia baru merasakan sesuatu, melihat sekitar dengan sangat detail lalu mulai berpikir serius.

"(Hmm sepertinya ini bunga beracun, karena aku tak melihat ada serangga sama sekali di sini. Jika ini memang bunga yang baik pastinya banyak serangga yang akan mencari makan di sini, tapi aku sama sekali tidak menemukan serangga satupun, sebaiknya Aku tidak terlalu menyentuh mereka)" Pikirnya dengan sangat pintar, lalu ia terkejut dengan membuka matanya lebar-lebar melihat sesuatu yang belum pernah Ia lihat sebelumnya. Bahwa ia melihat sebuah akar-akar hijau yang membentuk tubuh seorang wanita yang sedang membawa buket bunga yang sangat indah. Sayangnya hanya terdiri dari satu warna, yakni hijau karena akar-akar itu memang berwarna hijau. Reikan menjadi mengerti melihat itu, ia kembali berpikir dengan sangat serius.

"(Sepertinya itu adalah sesuatu yang menunjukkan bahwa bunga ini dapat membuat kita seperti patung itu karena senyawa beracun yang ada di bunga ini akan membuat kita kaku dan lemas, wanita itu menggambarkan bahwa banyak sekali yang terkena racun ini rata-rata wanita karena wanita memang menyukai pemandangan maupun bunga-bunga yang cantik di sini. Sebaiknya aku segera pergi, ini memang petualangan yang bagus tapi sangat membosankan karena aku sudah bisa menebak semuanya)"

Pikirnya, tapi tiba-tiba saja sebuah cahaya putih muncul di depannya dan membuat bayangan yang terlihat seperti buku, rupanya memang benar, bahwa bayangan itu telah memunculkan sebuah buku kecil. Dari sana ada Reikan tahu bahwa buku itu adalah buku yang sama saat ketika ia ada di dunia nyata dengan memegang buku itu, jadi selama ini dia ada di dunia dongeng yang pastinya dia harus memecahkan setiap misteri dalam pemikirannya yang tidak dangkal. Karena dia berhasil memecahkan semua misteri yaitu, buku itu menjadi muncul dan ia membukanya dan seketika ia terbangun dari tidurnya.

---

"Hei, hei gadis drakula, apa yang kau lakukan di bawah sana, kau bisa kedinginan" Tatap Rokuro berlutut menatap Reikan yang tertidur di bawah rak tadi.

Lalu Reikan perlahan membuka mata dan melihat buku yang masih ia pegang dengan wajah yang linglung, di saat itu juga Smirna datang. "Buku itu, buku dongeng pikiran" Kata Smirna.

"Eh, aku benar benar tak sadar aku masuk ke dalam dongeng ini?" Pikir Reikan dengan bingung.

"Ya, buku ini memunculkan dua hal yang akan membuat mu berpikir dengan detail, jika kamu tidak bisa berpikiran detail, maka akan terus ada level bertambah yang akan membuat mu terjebak di sana, kamu hebat bisa menyelesaikan tantangan awal nya, aku sendiri yang membuat buku ini ketika masih remaja" Kata Smirna.

"Wah wah, kenapa jadi bahas buku, ingat, kau harus segera menyelesaikan masalah kotak itu" Tatap Rokuro sambil berdiri menatap.

"Oh heheh, baiklah, aku akan segera mempelajari nya" Balas Smirna. Lalu ia berjalan meninggalkan mereka.

Lalu Rokuro menoleh ke Reikan yang tidak sampai untuk mengembalikan buku itu, alhasil ia menolong nya dengan meletakan nya, bahkan rak yang tinggi itu bisa di gapai Rokuro tanpa meninggikan kakinya.

"Cih, apa kau sedang mengejek?!" Bukanya berterima kasih, Reikan malah kesal membuat Rokuro terdiam bingung.

"Memang nya kenapa? Kau memang bocil" Rokuro tambah mengejek.