Chereads / Dendam Anak Pungut / Chapter 26 - Bab 26 Acara Keluarga Mama

Chapter 26 - Bab 26 Acara Keluarga Mama

Mama melanjutkan perbincangan dengan Eyang di ruang tamu. Sedangkan Gavriel dan Viola bermain dihalaman depan, aku sendiri melanjutkan makan siangku yang sempat tertunda karena menemui Eyang yang baru datang tadi. Sedikit banyak aku bisa mendengar apa yang Eyang bicarakan dengan Mama, hingga ada beberapa hal yang berhasil menarik fokusku pada perbincangan mereka. Yaitu, acara keluarga yang akan dilaksanakan di keluarga Eyang.

"Tumben banget, ada acara keluarga tapi sambil healing segala. Emang acara keluarga apaan sih, Pa." Ucap Mama pada Eyang putra. Rupanya Mama juga tidak begitu paham dengan acara yang diadakan di keluarga Eyang.

Biasanya hanya makan malam biasa dengan keluarga besar saja. Dan sejauh ini, hanya dengan para Paman dan Tante dari Mama yang datang. Atau bisa dibilang, saudara-saudara Mama.

Mama adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dan kedua saudara Mama sudah berkeluarga, kecuali Adik Mama yang masih melanjutkan pendidikan S3 di luar negeri. Om Ivan adalah saudara tertua, dia memiliki tiga orang anak. Yang usianya terlampau jauh dariku, karena anak-anak Om Ivan sudah ada yang berkeluarga dan meneruskan pendidikannya dijenjang perguruan tinggi.

Saudara Mama yang kedua adalah Tante Sandra, dia memiliki empat orang anak. Dan yang paling muda, umurnya sepantaran denganku. Namanya Shanum, dia cantik seperti Tante Sandra. Dan saat ada acara kumpul keluarga, aku, Gavriel dan dia sering bermain bersama.

Sedangkan saudara Mama yang terakhir yaitu Om Dimas. Dia belum menikah, karena masih meneruskan pendidikannya di luar negeri. Jarang sekali aku ataupun saudara yang lain bertemu dengannya, kecuali memang saat dia ingin pulang atau liburan saja kami bertemu.

"Bukan healing, Sekar. Hanya saja keluarga besar dari Eyang buyut kamu ini, jumlahnya tidaklah sedikit. Makanya, tempatnya ditentukan pada daerah yang sekiranya punya Villa yang cukup luas untuk kumpul keluarga. Kamu bayangkan saja, dari keluarga kita sendiri ada berapa orang beserta anak-anaknya."

"Eyang buyut? Berarti bisa dikatakan, silsilah dari Kakek Neneknya Papa dong?"

"Iya, makanya bisa sangat banyak. Dan kami para tetua sepakat untuk menyewa Villa di Puncak. Tempat yang lumayan bagus, luas dan pemandangannya masih sangat asri." Eyang putri menjelaskan panjang lebar tempat yang akan menjadi pertemuan acara besar keluarga itu.

Aku tetap menyelesaikan makan siangku, dan tetap berusaha mendengarkan perbincangan antara Mama dan Eyang. Karena aku cukup penasaran, dengan acara keluarga itu. Pasti seru sekali, dan pastinya banyak sekali anggota keluarga yang tidak ku kenal sebelumnya.

Ditengah perbincangan Mama dan Eyang, Papa terlihat menuruni tangga dan bergabung dengan Mama. Ku lihat Papa sepertinya sangat kelelahan, mungkin dia tengah menghabiskan waktu untuk tidur siang tadi.

"Papa sama Mama sudah lama nyampeknya?" Tanya Papa pada Eyang saat sudah berada di ruang tamu dan menghampiri mereka.

"Ya, lumayan lama, Yasa. Kata Jonathan kamu sedang istirahat tadi, jadi kami melarang Sekar untuk membangunkanmu. Sepertinya kamu sedang banyak kerjaan akhir-akhir ini,"

"Iya, Pa. Karena sebentar lagi aku akan membuka cabang perusahaan baru di Pekan Baru. Agak repot sih, karena jaraknya lumayan jauh dari kantor pusat. Jadi Yasa hanya bisa mengawasi dari jauh, tapi kapan-kapan harus melakukan survei lagi ke tempat."

Pantas saja Papa selalu terlihat sibuk sejak pulang liburan hingga sekarang. Hari libur pun Papa tetap terlihat sibuk dan bergelut dengan beberapa dokumen yang dibawa dari Kantor, bahkan ponsel dan laptop juga senantiasa mendampingi peralatan kantor Papa.

Papa memang pekerja keras dan pantang menyerah. Meskipun sudah ada beberapa cabang perusahaan di berbagai daerah, tetap saja, Papa tak pernah puas dengan apa yang dicapainya. Hingga selalu berusaha mengembangkan perusahaan yang ia miliki.

"Bagus sekali, Yasa. Tapi kamu jangan sampai lupa, untuk tetap menjaga kesehatan kamu. Jangan sampai sakit." Ucap Eyang putri menasehati Papa.

"Iya, pasti Yasa akan selalu ingat itu kok, Ma. Oya, tadi Yasa sempat dengar Papa sama Mama akan mengadakan acara keluarga besar, acara apa, Ma? Bukannya tiap tiga bulan sekali kita sudah melakukan acara keluarga ya! Satu bulan yang lalu kayaknya sudah deh."

"Iya, tapi bukan acara keluarga itu, Yasa. Ini lebih besar dari sebelumnya. Karena acara ini baru pertama kali diadakan berdasarkan kesepakatan para tetua dari keluar Papa, yaitu silsilah dari Eyang buyutnya Sekar."

Eyang putra mulai menceritakan sebuah komunitas keluarga yang baru terbentuk beberapa hari. Hingga pihak keluarga besar Eyang menyepakati untuk mengadakan acara besar keluarga itu, dengan tujuan untuk silahturahmi dan lebih mengenal satu sama lain.

Keluarga Eyang saja sudah banyak menurutku, apalagi ditambah keluarga lainnya nanti. Pasti akan sangat banyak anggota keluarga lain dari berbagai pihak yang hadir.

"Wah, banyak banget dong, Pa. Anggota keluarga lain yang akan hadir nanti? Memang acaranya kapan? Aku takut nanti malah bentrok dengan jadwal kunjunganku ke Pekan Baru."

"Minggu depan, Yasa. Tepat hari weekend juga, memang diarahkan pada hari yang sekiranya libur. Agar semua anggota keluarga bisa menghadiri acara itu, dan tak memiliki alasan dengan pekerjaan. Toh anak-anak juga libur, bukan!."

"Baiklah, ku rasa tidak akan mengganggu jam kerja dan jadwal kunjunganku, Pa. Jadi, akan ku pastikan aku, Sekar dan anak-anak akan menghadiri acara itu."

Kenapa harus minggu depan? Kenapa tidak hari lain saja, minggu depan aku ada lomba olimpiade. Lantas, apakah aku tidak bisa ikut pada acara keluarga itu? Atau aku tidak perlu ikut lomba itu, tapi ini olimpiade pertamaku. Tak mungkin aku harus menolak lomba ini, apalagi waktunya sudah kurang satu minggu. Jelas wali kelasku tak akan mengizinkan aku untuk tidak mengikuti olimpiade ini. Karena akan sangat susah mencari pengganti, dan lagi para juara kelas di kelasku semuanya diikutkan.

Awalnya aku tidak ingin mengatakan terlebih dahulu pada Papa dan Mama, kalau aku akan ikut olimpiade. Tapi jika keadaannya begini, aku harus mengatakan secepatnya. Dan lagi, aku juga butuh didampingin oleh mereka saat olimpiade nanti. Aku butuh dukungan dari mereka, anak-anak lain juga akan diantar oleh keluarga mereka masing-masing.

Tapi, apakah Papa dan Mama mau, mengantar dan menemaniku saat olimpiade nanti? Jika waktunya saja bentrok dengan acara keluarga ini. Mama pasti tidak akan mau membatalkan untuk tidak menghadiri acara keluarga ini. Sedangkan Papa, aku tidak tau. Apakah Papa bisa membatalkannya untuk tidak hadir demi aku atau tidak.

Aku jadi bingung sendiri, bagaimana cara menyampaikannya pada Papa dan Mama? Padahal niatnya aku ingin membuat kejutan pada mereka, tapi nyatanya malah seperti ini. Aku ragu, bingung, dan takut jika nanti mereka malah memilih untuk menghadiri acara itu, dari pada mengantar dan menemani aku saat olimpiade. Karena jika mereka memilih menghadiri acara keluarga itu, aku akan menjadi anak malang yang tanpa orang tua saat olimpiade.

Ya Tuhan... Bantu aku, semoga Papa bisa menemaniku nantinya, dan pergi setelah acara olimpiade selesai. Tak apa jika Mama menolak untuk menemaniku, karena aku tau Mama pasti tidak mau mengorbankan acara itu demi aku. Aku tidak ingin menjadi anak malang yang hadir tanpa orang tua saat olimpiade nanti.